Di depan Batu Kolkata aku adalah Stanford Raffles
yang menggondol batu prasasti Jawa menuju India
Oh Wurawari yang khianat
Oh Chola yang angkuh
Di depan Batu Kolkata aku adalah Rafffles yang tersedu terkenang diri sebagai Raja Airlangga
Di depan Batu Kolkata aku Airlangga yang tersadar sebagai Mpu Sindok
Kuperjuangkan Jawa kembali dari Wurawari
Kuperjuangkan kemerdekaan Sumatera dari Chola
kuusir agar mereka kembali ke Kaveri
Di depan Batu Kolkata aku adalah penatah batu
yang hanya ingin hidup sederhana
melintas jaman ke jaman dengan aksara leluhur
Kutatah namaku sendiri dan para Dewata yang kumuliakan lintas ruang waktu
//svasti//
tribhirapi guṇairupeto nṛnāvvidhāne sthitau tathā pralaye aguṇa iti yaḥ
prasiddhastasmai dhātre namassatatam
Hormat dariku untuk-Mu Brahma Sang Pencipta seluruh isi semesta, Engkau yang mencipta manusia dengan tiga dayanya, tetapi tak berdaya ketika kematiannya tiba
agaṇitavikramaguruṇā praṇamyamānassurādhipena sadā (a)pi
yastrivikrama iti prathito loke namastasmai.
Salam sujud dariku Sang Triwikrama
yang mengayunkan langkah melintas tiga dunia.
Hormat untuk-Mu dewa para pahlwan, Indra,
yang membuat para pasukan mati dengan tersenyum
Di depan Batu Kolkata aku kembali teringat diriku adalah Mpu Sindok
pemuja Śiwa penuh setia
lintas kelahiran
penuh janji harga diri
ya sthāṇurapyatitarāyyathepsitārthaprado guṇairjagatām
kalpadrumamatanumadhaḥ karoti tasmai śivāya namaḥ
Sembah sujudku untuk-Mu Tuhan Śiwa dengan kasih-MU melebihi semua imajinasi yang bisa dibayangkan umat manusia
yang selalu memberkahi dunia melampaui kasih dan berkah pohon kehidupan abadi
cahaya kasih yang menembus hati mereka yang bahkan tidak pernah percaya keberadaan-Mu sebagai pintu Yang Maha Sempurna
Di depan Batu Kolkata aku kembali pembaca lontar-lontar yang diturunkan dari beratus generasi
berjumpa citra pujaanku yang terlahir
Di depan Batu Kolkata aku adalah lembar masa silam yang membatu
Melepuh ragu
tersentak terlahir kembali
dalam desir dewi yang fana
Aku membaca lontar Kawi
Aku Stanford Raffles
yang mengirim batu silsilah ke kota Kolkata
Aku Erlangga
yang menggempur Chola
Aku Sindok
yang menulis Siwasasana
Di depan Batu Kolkata aku adalah anak-anak bangsa dari masa silam yang menangis muram melihat masa kini
kecut memuliakan masa lalu leluhur
gigil memecah-mecah batu prasasti masa lalu
agar remuk tak terbaca
terhapus sejarah prasasti masa lalu
Di depan Batu Kolkata aku adalah manusia tak bernyali
melarikan diri dalam potongan-potongan cerita layar screen
Takut
bahwa gelap hari ini tidak bisa diobati dengan terang masa lalu
bahwa pekat hari ini adalah citra ketakutan yang tak tuntas dari masa lalu
Aku kecut dan terkoyak ingin memecah-mecah batu prasasti masa lalu
meremuk diri agar tak terbaca.
— Catatan Harian Sugi Lanus, 5 Maret 202