DELIRIUM
mengoleksi klakson
dari setiap lampu merah
yang pernah kau terobos
memasuki kamar
dengan diri dan daya tahan
yang sudah lengket
nyalakan baling-balingnya
agar Tuhan berkata
dalam bentuk angin
biarkan setiap ketidakpunyaan,
rencana-rencana cuma wacana,
bermimpi yang tak pernah bebas,
atau dicuri sebelum sempat memiliki
dijadikan bahan firmannya
sebelum semua kembali ditutup
oleh rasa takut dan keheningan
di mana aku bercermin
memilikimu
TEMPERAMEN
bantinglah banting
semua yang mulanya hening
keluar dan masukkan teriak
ke kebisuan kecoak-kecoak,
dinding, bantal, atau guling
sebagai tutorial memakan diri sendiri
tidak pernah akan ada sapu
untuk membereskan kata-katamu
yang nonsens, tanpa sekuen
hanya keheningan
teman liat yang tahan
mendengar, memaafkan
rumah rahasia
yang tak bisa kau minta
di mana pernah
kau mengerti artinya
ada atau tak ada
VERTIGO
tak ada tali di sini
bukan ini arah
yang ingin aku tuju
selalu
di mana betahistine
air putih, zat dari jamur
berbaring, berbaring
kusebut kau pusar angin
mengelilingi ciptaanmu
dalam sekejap
hanya dengan gelap
berbaring, berbaring
kutemukan dunia
karena condong sebelah
menujumu, selalu
hanya bisa kutempuh
dengan dunia yang lambat
ALERTA
sudah kubilang,
sudah tak bisa aku mendengarmu
sejak jarak mikrofon itu terlalu jauh
dari kemiskinanku
kalau hari esok pun mangkrak,
tinggal berdiri aku
menyanyikan lagu nasional
dalam birama 4/4
untuk kedatangan lalat-lalat
seperti biasa
kalau pun nasib telat datang lagi,
sudah biasa aku lari buru-buru,
berdesak, bergantungan
sambil bersulang tulang
di KRL-KRL 3.000 an
di mana bisa kucintai
tidur tanpa mimpi
dan lanskap luar hari
MEMORANDUM
badut itu
masih duduk di atas kursi
yang dirakit dari hari-harimu
yang patah
hanya menguap saja dia
sambil menonton sebuah layar
yang memutar hal-hal hilang
darimu dariku
seseorang
yang salah mengetik keluarga
dengan negara
seseorang
yang senyum permanennya
adalah sebuah meme
yang mencuri semua stok tertawa
yang kita punya
seseorang
yang mencuri buku Filosofi Teras
dari hari liburmu yang langka
***
Penulis: Willy Fahmy Agiska
Editor: Adnyana Ole
- Baca PUISI LAIN dari penyair Indonesia