IDA Padanda Wayahan dari Griya Jumpung, Banjar Dinas Sembung Gede, Desa Sembung Gede, Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan, begitu setia merawat lontar meski secara sederhana. Dengan begitu, lontar koleksinya terpelihara dengan baik.
Ketika Penyuluh Bahasa Bali melakukan konservasi dan identifikasi lontar di griya itu serangkaian dengan pelaksanaan Bulan Bahasa Bali (BBB) VII, ditemukan beragam lontar yang masih terawat dan tentu saja masih berguna.
Salah satunya, ditemukan lontar koleksi kakawin yang sudah dilengkapi dengan arti. Lontar tersebut adalah milik Ida Pedanda Gede Wayahan yang merupakan warisan para leluhur.
Ida Pedanda Gede Wayahan memiliki sejumlah 50 cakep lontar. Naskah lontar koleksi Griya Jumpung itu terdiri dari jenis tutur, wariga, asta kosala kosali, kakawin, usada, geguritan. Isi lontar itu berkisaran pada Puja Mantra, Indik Babantenan, Wariga, Plutuk, Kakawin, Usada, dan Geguritan. “Nah, koleksi Kakawin ini banyak yang sudah dilengkapi arti,” kata Koordinator Penyuluh Bahasa Bali Kabupaten Tabanan, Kadek Muliadi, Kamis 6 Februari 2025.
Penyuluh Bahasa Bali saat melakukan konservasi lontar di Griya Jumpung Kerambitan | Foto: Bud
Naskah-naskah lontar koleksi griya ini masih baik, karena disimpan di lemari kayu. Beberapa naskah lontar dari koleksi tersebut memang sering dibuka dan dibaca karena kepentingan keseharian Ida Sulinggih, sehingga tampak lebih terawat keadaan fisiknya.
“Secara umum, lontar-lontar ini dalam kondisi baik, sekalipun beberapa ada yang tidak lengkap, rusak karena termakan ngengat, robek, dan patah di beberapa bagian,” ucapnya.
Karena itu, Tim juga memberikan bagaimana tata cara merawat naskah lontar yang secara sederhana dapat dilakukan. Khususnya mengenai tempat penyimpanan naskah lontar yang baik, diantaranya naskah lontar tidak terpapar sinar matahari langsung, disimpan dalam lemari. Kondisi fisik dicek secara berkala minimal dua bulan sekali untuk mengetahui keadaan fisik lontar (lembab atau kering), dan sebagainya.
Selanjutnya, menjelang Hari Suci Saraswati, sebelum diupacarai mesti diawali dengan membersihkan naskah lontar dengan kuas kemudian mengangin-anginkan. “Pada saat naskah lontar di upacarai, dan setelah memercikkan air suci mesti diangin-anginkan terlebih dahulu agar naskah lontar tidak lembab disimpan setelah diupacarai,” tambahnya.
Ida Padanda Wayahan menuturkan, lontar ini dirawat secara sederhana. Lontar itu diletakkan dalam lemari dengan tetap memantau kondisi naskah karena tetap difungsikan sebagai literasi tradisi sesuai kebutuhan keseharian. Lontar ini, hanya dibersihkan setiap upacara. Itupun hanya badan naskah tidak sampai menyentuh lembar demi lembar naskah lontar. “Kami melaksanakan upacara piodalan pada Hari Sataswati, dan hanya membersihkan seadanya dari debu dan sisa-sisa canang/sarana upacara,” papar Ida Pedanda.
Ida Padanda Wayahan mengucapkan terimakasih atas program Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, karena sangat membantu khususnya dalam perawatan naskah lontar. “Kedepannya kami berharap agar perawatan naskah lontar ini dapat dilanjutkan karena sangat bermanfaat bagi masyarakat pemilik naskah,” harapnya.
Penyuluh Bahasa Bali saat melakukan konservasi lontar di Griya Jumpung Kerambitan | Foto: Bud
Naskah lontar menjadi terawat dengan bantuan alat dan bahan konservasi yang telah diberikan oleh Dinas Kebudayaan Provinsi Bali. Apalagi, mendapatkan tambahan pengetahuan atau wawasan mengenai tata cara perawatan dan penyimpanan naskah lontar yang baik yang dapat diterapkan secara sederhana oleh pemilik. “Kasmi harap program Dinas Kebudayaan Provinsi Bali dengan Penyuluh Bahasa Bali ke lapangan tetap dilanjutkan, segingga warga yang memiloiki lontar mendapat tuntunan dalam hal perawatan naskah lontar agar naskah lestari.
Tim ini yang dilibatkan saat itu sebanyak 40 orang terdiri dari Dinas Kebudayaan Provinsi Bali bersama Penyuluh Bahasa Bali di Kabupaten Tabanan. Ikut dalam proses konservasi itu, yaitu Ratu Pedanda Gede Wayahan lanang dan istri, Penglingsir dan kulawarga griya Jumpung, Bendesa Adat Sembung Gede, Sekretaris Desa Sembung Gede, Kepala Kewilayahan Sembung Gede Kelod, serta Pengurus, Baga Lontar dan Penyuluh Bahasa Bali Kabupaten Tabanan. [T]
Reporter/Penulis: Budarsana
Editor: Adnyana Ole