25 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Syair Pilu Berbalut Nada, Dari Ernest Hemingway Hingga Bob Dylan

Ahmad SihabudinbyAhmad Sihabudin
February 3, 2025
inEsai
Syair Pilu Berbalut Nada, Dari Ernest Hemingway Hingga Bob Dylan

Ahmad Sihabudin

”Satu-satunya tulisan sejati yang muncul selama perang adalah puisi.” Tulisan-tulisan lainnya adalah bom yang meledak di gedung-gedung rumah sakit dan rumah-rumah yang berdebu, sebelum akhirnya roboh dan rata dengan tanah. Itulah tulisan-tulisan yang ditembakkan dari hati yang benci, pikiran yang dirasuki superioritas, dan degup jantung yang haus kekuasaan”. -Ernest Hemingway-

Peraih Hadiah Nobel Sastra Ernest Hemingway (1899-1961) pernah menulis puisi pedih tentang akibat Perang Dunia I. Pada puisi berjudul ”Tahanan” itu, Hemingway menggambarkan kelelahan manusia akibat berpikir untuk saling membenci. Mundur dan berharap telah selesai.

Pada dasarnya semua orang telah menjadi tahanan atas kekejian demi kekejian, yang akhirnya menjadi kesedihan dan kematian. Bahkan penyembuhan yang dilakukan justru menghasilkan perang yang berkepanjangan.

Sastrawan  dan jurnalis ini mengalami luka mendalam akibat perang. Bahkan para serdadu yang kelak ditemuinya tidak mampu menolongnya terbebas dari rasa perih dan ngeri. Salah seorang di antara mereka bernama Eric Dorman-Smith, yang dengan gagah berani mengutip dialog dalam drama Henry IV Bagian Dua karya William Shakespeare.

”…Aku tidak perduli, mati hanya satu kali; kita berutang maut kepada Tuhan…dan biarkanlah hal itu terjadi sesukanya; orang yang mati tahun ini berarti bebas pada tahun depan…,” kata Eric. (www.kompas.id/baca/opini/2023/11/14)

Barangkali penderitaan Hemingway akan jauh lebih dalam, kalau saja ia sempat mendengar ungkapan warga Palestina bernama Ahmed Abu Al-Saba (35). Di tengah-tengah suasana muram dan duka di Rumah Sakit Al-Shifa di kota Gaza, Ahmed berkata lirih, ”Kami menuliskan nama kami di tangan kami dan nama anak-anak kami di lengan mereka. (Itu semua) Agar tubuh kami dapat dikenali jika pesawat pendudukan (Israel) mengebom kami.” (www.kompas.id/baca/opini/2023/11/14).

Mereka tak hanya menulis nama di lengan, kaki, dan tubuh mereka, tetapi juga tempat-tempat di mana mereka bisa berharap kelak ketika bom menghancurkan tubuhnya, mereka bisa segera dikenali. Dan pengenalan atas tubuh yang berkeping-keping akibat kebiadaban perang akan menjadi bagian paling menyedihkan dalam sejarah umat manusia.

Barangkali itulah puisi paling syuhada, puisi yang menderetkan nama-nama orang yang bersiap menjemput kematian dengan perasaan gemuruh. Barangkali juga (seharusnya) hanya puisi yang mampu menusuk ke dalam ingatan para pengebom dengan harapan merasakan rasa sakit yang sama. Sebab, bukankah perang adalah peristiwa saling bunuh untuk memuaskan rasa superioritas satu manusia atas manusia lainnya?

Di  Gaza tengah terjadi pembantaian anak-anak, dan oh.. kaum ibu, ibu kita!!?, penduduk sipil yang tak bersenjata, kaum lemah. Peristiwa di Gaza menurut saya bukan perang antara negara Palestina dan Israel, tetapi adalah Hollocoust niat busuk, orang-orang Yahudi menghilangkan orang Palestina di Gaza sana.

Disebut perang adalah kalau masing-masing pihak bersenjata, apa pun senjatanya bambu runcingkah, golok, klewang, tombak, keris, slepetan dan lain sebagainya, seperti ketika kita menghadapi penjajah Belanda dan Inggris di Surabaya saat mempertahankan kemerdekaan, itu namanya perang. Seheroik apa pun perang tetap perang, suatu hal yang menyedihkan.

Di Gaza sana bukanlah peperangan, tetapi rencana pemusnahan bangsa Palestina. Dalam tulisan ini saya tidak akan membahas lebih jauh peristiwa yang memilukan itu. Melihat dasyatnya penderitaan orang-orang di Gaza sana.  Semoga segera berakhir tragedi di Gaza.

                                              ***

Penulis merasakan penderitaan mereka, melalui syair-syair pilu berbalut nada para seniman, seperti lagu a hard rain’s a-gonna fall (1962), dari Bob Dylan (seorang Yahudi) yang secara simbolik menggambarkan dan mengkomunikasikan penderitaan, kekacaubalauan, kenistaan, kepiluan dan kepedihan peperangan. Lagu yang sampai sekarang masih sering penulis dengarkan dalam berbagai kesempatan.

Syair lagu ini banyak menanyakan dengan nada lirih sesuatu yang menakutkan selalu hadir dalam kedamaian.  Lagu ini mendapatkan penghargaan Nobel pada 2016, bidang sastra setelah 53 tahun dinyanyikan dan disenandungkan oleh banyak penyanyi, satu penggalan syairnya  ” Oh, dari mana saja, anakku  yang bermata biru? Oh, dari mana saja kau, anakku yang manis? Aku tersandung di sisi dua belas gunung berkabut, Aku sudah berjalan dan aku merangkak di enam jalan raya yang bengkok, Aku telah melangkah di tengah tujuh hutan yang menyedihkan, Aku sudah berada di depan selusin lautan mati, Aku sudah sepuluh ribu mil di mulut kuburan,..”

Terus  terang saya tidak akan menyadari apa pun kecuali kebingungan, ketidakpastian, hari-hari gelap, perpecahan, kejahatan demi kejahatan, bencana kemanusiaan dan akan menjadi sebuah ritual pemakaman yang tidak pernah putus.

Satu lirik lagi, sebetulnya masih banyak lirik-lirik berbalut nada kepiluan, lagu Epitaph.  Saya sebut lagu tersebut dalam tulisan ini adalah “Syair untuk sebuah nisan”, bila membaca seluruh lirik lagunya. Sebuah kidung bernada murung ini menempati track ketiga pada album In The Court of Crimson King yang rilis di penghujung 1960-an, salah satu hits milik King Crimson, band progresif rock (Progrock) asal Inggris, kerap masih; sering saya dengarkan di setiap kesempatan luang, dan membekas dalam sanubari penulis.

Greg Lake, salah satu komposer lagu itu yang juga pemain bass merangkap vokalis band tersebut, mengatakan “Epitaph pada intinya adalah lagu yang bertutur tentang kebingungan memandang dunia yang semakin gila.” Lake, dan jutaan pemuda lainnya kala itu adalah generasi yang kecewa. Para pemuda yang tumbuh setelah Perang Dunia II itu, mungkin merasa terpukul, karena konflik ternyata masih saja berkecamuk, terutama di Vietnam. (https://mediaindonesia.com/nusantara/82078/memoar-tentang-surga)

Greg Lake, sang pelantun lagu itu, wafat karena kanker di usianya yang ke-69. Dia pergi di tengah dunia yang masih saja karut-marut. Entah kalimat apa yang bakal tertera di batu nisannya kelak, tetapi tolong tuliskan saja, dengan lantang saat bersenandung, “Confusion will be my Epitaph”.

Kebingungan akan jadi batu nisanku, saat ku merangkak pada jalan yang retak dan rusak. Jika berhasil, kita semua bisa duduk-duduk dan tertawa, tapi aku takut esok aku bakal meratap, ya, aku takut esok aku bakal meratapi impian tentang surgaNya.

Saya tidak bermaksud menganalisis dan menyampaikan bait demi bait isi lagu tersebut, saya hanya ingin menyampaikan sebuah keadaan impian memoar tentang surga hadir, dalam situasi masyarakat banyak yang berkeluh kesah.

Di antara gerbang kuat terjal dan kokohnya nasib, benih waktu kutaburkan dan kusiram, dengan amalanku dan amalan mereka. Siapa yang tahu dan siapa yang diketahui, semuanya tidak ada yang tahu amalan mana yang bakal menemani kita menuju SurgaNya. Karena pengetahuan adalah sahabat yang berbisa dan teman yang mematikan. Ketika tidak  ada yang menata cara dan menetapkan aturan. Nasib seluruh umat manusia, tampaknya ada di tangan orang-orang genius dan gila. Demikian yang dikeluhkan para seniman perihal getirnya perang, Greg Lake dan Bob Dylan.

Ya Allah, kau zat yang Mahakuasa, hancurkanlah, sakitkanlah, sadarkanlah orang-orang berniat memusnahkan saudara kami, ya Allah Kau zat yang Mahakuat, kuatlah saudara kami di Gaza yang tengah berjuang melawan angkara murka, lemahkanlah ya Allah kaum angkara murka itu, karena mereka makhluk Mu juga ya Allah.

Kami membaca dan begitu menghayati firmanMu ya Allah dalam (QS. Al Baqarah, ayat 155), dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan kami pun mendengar seruan NabiMu, ya Allah, “sampaikanlah wahai Nabi kabar gembira kepada orang-orang yang sabar menghadapi musibah tersebut, bahwa mereka akan mendapatkan sesuatu yang menyenangkan hati mereka di dunia dan di akhirat.

Lalu kami pun selalu yakin kepadaMu, ya Allah dengan mengimani firmanMu ya Allah selalu,  berprasangka baik kepada Allah bahwa dalam setiap kesulitan dan permasalahan terdapat kemudahan dan jalan keluar (QS. Al-Insyirah: 5). Kami yakin pada firman Mu ya Allah, sangat yakin, segerakan pertolonganMu hadir di Gaza. Melalui malaikat-malaikatMu. [T]

Penulis: Ahmad Sihabudin
Editor: Adnyana Ole

  • BACA artikel lain dari penulis AHMAD SIHABUDIN
Karya Sastra dan “Counter Ideology” Peran Perempuan
Kelecung ”Eco Village” Tabanan: Menjawab Keresahan Gempuran Investor
”Ngeceng”, Tradisi Lisan Humor Betawi — [Bagian 1]: Bentuk dan Struktur
Tags: Bod DylanErnest HemingwaylaguPuisisastra
Previous Post

Kekerasan Seksual Terhadap Anak dan Kasus Pencabulan pada Taraf Gawat: Di Buleleng Tertinggi | Podcast Lolohin Malu – tatkala dotco

Next Post

Konten Kreatif Berbahasa Bali Peluang Besar Hasilkan Cuan

Ahmad Sihabudin

Ahmad Sihabudin

Dosen Komunikasi Lintas Budaya, Fisip, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta), Banten

Next Post
Konten Kreatif Berbahasa Bali Peluang Besar Hasilkan Cuan

Konten Kreatif Berbahasa Bali Peluang Besar Hasilkan Cuan

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Galungan di Desa Tembok: Ketika Taksi Parkir di Rumah-rumah Warga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

AI dan Seni, Karya Dialogis yang Sarat Ancaman?

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 25, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

“Seni bukanlah cermin bagi kenyataan, tapi palu untuk membentuknya.” -- Bertolt Brecht PARA pembaca yang budiman, kemarin anak saya, yang...

Read more

Catatan Ringkas dari Seminar Lontar Asta Kosala Kosali Koleksi Museum Bali

by Gede Maha Putra
May 24, 2025
0
Catatan Ringkas dari Seminar Lontar Asta Kosala Kosali Koleksi Museum Bali

MUSEUM Bali menyimpan lebih dari 200 lontar yang merupakan bagian dari koleksinya. Tanggal 22 Mei 2025, diadakan seminar membahas konten,...

Read more

Saatnya Pertanian Masuk Medsos

by I Wayan Yudana
May 24, 2025
0
Saatnya Pertanian Masuk Medsos

DI balik keindahan pariwisata Bali yang mendunia, tersimpan kegelisahan yang jarang terangkat ke permukaan. Bali krisis kader petani muda. Di...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Kala Bukit Kini Berbuku, Inisiatif Literasi di Jimbaran
Khas

Kala Bukit Kini Berbuku, Inisiatif Literasi di Jimbaran

JIMBARAN, Bali, 23 Mei 2025,  sejak pagi dilanda mendung dan angin. Kadang dinding air turun sebentar-sebentar, menjelma gerimis dan kabut...

by Hamzah
May 24, 2025
“ASMARALOKA”, Album Launch Showcase Arkana di Berutz Bar and Resto, Singaraja
Panggung

“ASMARALOKA”, Album Launch Showcase Arkana di Berutz Bar and Resto, Singaraja

SIANG, Jumat, 23 Mei 2025, di Berutz Bar and Resto, Singaraja. Ada suara drum sedang dicoba untuk pentas pada malam...

by Sonhaji Abdullah
May 23, 2025
Pesta Kesenian Bali 2025 Memberi Tempat Bagi Seni Budaya Desa-desa Kuno
Panggung

Pesta Kesenian Bali 2025 Memberi Tempat Bagi Seni Budaya Desa-desa Kuno

JIKA saja dicermati secara detail, Pesta Kesenian Bali (PKB) bukan hanya festival seni yang sama setiap tahunnya. Pesta seni ini...

by Nyoman Budarsana
May 22, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co