5 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Liong dan Barongsai, Hidup dan Kuat Setelah Sempat “Dimatikan” | Cerita Tercecer Imlek di Singaraja-Bali

Sonhaji AbdullahbySonhaji Abdullah
January 31, 2025
inPanggung
Liong dan Barongsai, Hidup dan Kuat Setelah Sempat “Dimatikan” | Cerita Tercecer Imlek di Singaraja-Bali

Liong pada malam perayaan Imlek di Klenteng Ling Gwan Kiong, Pelabuhan Tua, Singaraja-Buleleng | Foto: tatkala.co/Son

SEEKOR naga terbang dari Klenteng Ling Gwan Kiong, di Pelabuhan Tua, Singaraja-Buleleng, Selasa malam, 28 Januari 2025. Orang-orang tegap berdiri. Mereka menonton dan sedikit terkejut. Hewan legenda itu mengelilingi mereka.

Malam itu merupakan perayaan Tahun Baru Imlek 2576 Kongzili, dan Dinata Kusuma menjadi nyawa naga yang bisa melayang-layang itu di udara. Naga dimainkan oleh sembilan orang, dan Dinata Kusuma salah satunya. 

Naga itu terbang membentuk lingkaran kecil. Pertunjukan naga atau liong itu membuat anak-anak senang, bapak-bapak terbengong sambil menjaga anak mereka, dan istri juga tersenyum gembira.

Barongsai pada malam perayaan Imlek di Klenteng Ling Gwan Kiong, Pelabuhan Tua, Singaraja-Buleleng | Foto: tatkala.co/Son

Musik khas Cina itu terus ditabuh. Naga semakin menggeliat, ekornya panjang. Kepalanya seberat 2,5 kilogram. Sebagai orang yang berperan memainkan bagian kepala naga, Dinata bertugas menggerakkan arah pandang dan membuka jalan atau membuat pola gerakan.

Ia berdiri kemudian di antara tubuh teman-temannya, mengacungkan kepala naga itu ke udara. Naga itu berada di atas ketinggian seperti sedang memberi berkat ke semua orang.

Dalam kepercayaan orang Cina, naga menjadi lambang keagungan. Bahkan raja-raja terdahulu menggunakan gambar naga, selain di jubah, di kamar mereka juga penuh desain naga dan menyebut itu dengan sebutan ranjang naga.

“Cukup berat. Untuk pertunjukan liong, itu kami terus atraksi tanpa berhenti, dan kami mengandalkan fisik dan kecermatan sebagai tim. Saat ritme gerakan sedikit santai, kami mengatur napas tapi naga harus tetap di atas,” kata Dinata setelah pementasan liong selesai.

Setelah musik pelan dan lalu berhenti, naga itu kembali ke arah klenteng tempat ia masuk. Tambur kembali ditabuh lebih kencang setelah pergantian pemain. Semakin semarak. Sorot mata mencari arah kejutan.

Barongsai pada malam perayaan Imlek di Klenteng Ling Gwan Kiong, Pelabuhan Tua, Singaraja-Buleleng | Foto: tatkala.co/Son

Seekor barongsai masuk. Dua ekor barongsai masuk, dan seterusnya. Lebih atraktif. Tepuk tangan menyala seperti semangat baru. Ombak di laut utara Bali dikalahkan oleh semarak mereka. Antusias.

Dua badut bernama Ti Tou Fu atau juga disebut Bi Lek menemani barongsai itu bermain dan membagi angpao kepada para penonton, terutama anak-anak.

Di China, permainan ini sudah populer sekitar tahun 420-589 Masehi pada Zaman Dinasti Selatan dan Utara (Nan Bei). Ketika itu—dalam sebuah pertempuran (pasukan gajah) Fan Yang dari Negri Lin Y dengan Raja Song. Raja Song membuat tiruan singa untuk mengusir gajah-gajah itu pergi, dan hasilnya puas. Pasukan Raja Fan berhasil didepak mundur. Karena telah berhasil, barongsai kemudian dipertahankan sebagai budaya atau tradisi—mereka yang menyimbolkan keberuntungan.

Tetapi eksistensinya, barongsai sudah dimainkan sejak 300-200 SM di lingkungan istana di kawasan Cina Daratan pada peperangan antara tujuh negara yang kemudian dipersatukan oleh Dinasti Chin. Sementara di Indonesia, sejak kedatangan warga Cina—ketika migrasi ratusan tahun lalu atau sekitar abad ke-17 di Nusantara, barongsai menyebar dan menjadi budaya etnis Tionghoa sejak itu.

Barongsai dan orang-orang dari lintas etnis dan agama berdesakan pada malam perayaan Imlek di Klenteng Ling Gwan Kiong, Pelabuhan Tua, Singaraja-Buleleng | Foto: tatkala.co/Son

“Ada banyak legenda atau cerita rakyat tentang barongsai atau liong. Di Tiongkok, konon pada zaman dahulu, barongsai digunakan untuk mengusir hama atau hewan buas jika masuk ke pemukiman warga, dengan bantuan alat-alat ditabuh kencang, hewan buas itu kemudian pergi setelah dihadapkan dengan barongsai yang lebih besar dari badan binatang itu,” kata Koh Iwan, salah satu pendiri Kelompok Bahana Surya Darma.

Menghidupkan Tradisi

Mereka yang tergabung dalam pementasan barongsai dan liong di Klenteng Ling Gwan Kiong, merupakan atlet-atlet terlatih dari Kelompok Bahana Surya. Kelompok ini didirikan sejak tahun 2003 dengan semangat menghidupkan tradisi, yang barangkali sempat vakum selama 32 tahun saat masa Orde Baru, tentu di seluruh Indonesia.

Etnis Tionghoa menjadi satu korban rasial secara terstruktur di masa Soeharto. Terbitnya Inpres No.14/1967 tentang Agama, Kepercayaan dan Adat Istiadat Cina—yang membatasi setiap kegiatan mereka, seperti liong atau barongsai pada perayaan Imlek, arak-arakan Toapekong dan lain sebagainya yang berbau Etnis Cina. Dibatasi dan cenderung dimusuhi, bahkan, nama—yang berbau kecina-cinaan juga diatur. Tidak boleh.

Barongsai dan orang-orang berdesakan mengambil foto pada malam perayaan Imlek di Klenteng Ling Gwan Kiong, Pelabuhan Tua, Singaraja-Buleleng | Foto: tatkala.co/Son

Kemudian setelah reformasi atau rezim Orba roboh, di masa kepresidenan Abdurrahman Wahid (Gusdur), etnis Tionghoa dibebaskan sebagaimana agama lain dalam merayakan keagamaannya. Gusdur menjamin itu melalui terbitan Kepres No.6/2000 yang memberikan kebebasan ekspresi ibadah pada umat Khongucu. Sekitar tahun 1999, pertunjukan barongsai mulai hidup dari kematiannya beberapa tahun silam itu.

“Kelompok ini dibangun, agar tradisi tidak punah dengan melakukan regenerasi. Agar budaya kami tetap lestari,” kata Koh  Iwan.

Romantisme orang-orang dalam permainanan barongsai kala itu, cukup banyak peminatnya. Tapi sayang, kata lelaki itu. “Sempat vakum juga kami di 2006 karena banyak yang bekerja dan lain sebagainya. Katakanlah sibuk. Tapi pementasan barongsai tetap berjalan dengan orang-orang seadanya,” lanjut lelaki itu.

Di tahun 2009, kelompok Bahana Surya kembali pada debutnya dalam melakukan regenerasi. Sugar Marley, ikut terlibat setelah diajak Koh Iwan tentang pementasan barongsai. Sugar merasa senang, ia bertahan dan mulai belajar cukup giat, hingga saat ini ia menjadi seorang pelatih dan tetap setia mengempu anak-anak berlatih. Semangat membangunnya tinggi. Semoga seterusnya.

Sekitar 34 orang anggota mereka dengan 3 kali latihan dalam seminggu. Kini, ada banyak anak-anak ikut terlibat dalam pementasan. Mereka tetap dilatih bagaimana memainkan barongsai atau liong, atau menjadi badutnya. Hanya saja karena mereka masih kecil, mereka dipentaskan pada alat musik seperti tambur, ceng-ceng atau sambal, dan ling dengan jumlah sepuluh orang.

Liong pada malam perayaan Imlek di Klenteng Ling Gwan Kiong, Pelabuhan Tua, Singaraja-Buleleng | Foto: tatkala.co/Son

Barongsai ada dua jenis, Hoksan dan Fatsan. Hoksan memiliki konstruk bibir seperti bebek, dan memiliki tanduk cenderung tumpul. Sementara Fatsan terlihat seperti kucing, dan memiliki tanduk cenderung lancip. Warna boleh apa saja.

Barongsai-barongsai itu, beberapa didatangkan dari Malaysia dan Semarang. “Nanti kita mau beli lagi untuk ukuran yang lebih kecil, agar mereka yang anak-anak bisa juga ikut pentas. Mereka sangat semangat,” kata Koh Iwan.

Liong dan anak-anak yang takjub bergembira pada malam perayaan Imlek di Klenteng Ling Gwan Kiong, Pelabuhan Tua, Singaraja-Buleleng | Foto: tatkala.co/Son

Menariknya, para pemain atau yang menjadi bagian dari kelompok ini tak hanya orang dari etnis Tionghoa atau beragama Khongucu, dari agama lain juga ada—lintas agama. Toleransinya cukup kuat sehingga melahirkan solidaritas tim yang sama kuatnya.

Salah satunya Ni Komang Devika Triana Wedhani, atau biasa dipanggil Vika, ia beragama Hindu, sekitar tahun lalu ia baru bergabung. Meski tergolong baru, permainannya sudah lincah.

Malam itu, Vika ikut serta dalam pementasan barongsai, dengan bertugas menggerakkan kepala barong. Mengedipkan mata. Membuka mulut, dan yang paling terpenting menggigit angpao. Perempuan itu berpatner dengan Nyoman Gede Sukiada—yang bertugas memainkan ekornya dan menahan tubuh Vika ketika melakukan akrobat ke udara.

Liong dan anak-anak yang takjub bergembira pada malam perayaan Imlek di Klenteng Ling Gwan Kiong, Pelabuhan Tua, Singaraja-Buleleng | Foto: tatkala.co/Son

Dalam permainan barongsai, komunikasi menjadi penting selain kuda-kuda harus kuat. Berat kepala barongsai sekitar tiga kilogram. Perempuan itu cukup kuat ketika mengangkat kepala barong yang lebih besar dari kepalanya.

“Saya senang ikut bergabung di kelompok ini, bisa belajar banyak hal salah satunya kerja tim,” kata Vika.

Begitupun dengan Sukiada, ia tampak gembira—bahkan sudah banyak pementasan yang sudah ia kerjakan. Untuk menggerakkan ekor dan mengangkat Vika ke atas, kuda-kuda sebagai tumpuannya menahan sudah terlatih. Latihan sudah digelar sangat lama untuk bisa lihai seperti mereka.

Tak hanya pementasan saat hari raya atau pada acara raya biasa, kelompok ini juga—menjadi salah satu kelompok yang pernah mengirimkan delegasinya untuk Bali di Pekan Olahraga Nasional (PON) Sumatra Utara pada ajang lomba barongsai. Dan dua tahun lalu, 2023 pernah menjadi juara umum di Kejuaraan Daerah (Kejurda) Bali di ajang perlombaan yang sama. Keren. Teruslah hidup….  [T]

Reporter/Penulis: Sonhaji Abdullah
Editor: Adnyana Ole

Menabur Doa pada Ramalan Ular Kayu | Cerita Imlek dari Klenteng Ling Gwan Kiong Singaraja
Tags: barongsaiHari Raya ImlekImlekKlentengSingarajaTionghoa
Previous Post

Pembahasan Buku “Representasi Ideologi Dalam Sastra Lekra” Karya I Wayan Artika

Next Post

Tirtayatra Toska Se-Delod Ceking : Pura Geger Dalem Pemutih dan Pura Karang Boma

Sonhaji Abdullah

Sonhaji Abdullah

Kontributor tatkala.co

Next Post
Tirtayatra Toska Se-Delod Ceking : Pura Geger Dalem Pemutih dan Pura Karang Boma

Tirtayatra Toska Se-Delod Ceking : Pura Geger Dalem Pemutih dan Pura Karang Boma

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Covid-19 dalam Alam Pikir Religi Nusantara – Catatan Harian Sugi Lanus

    Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Sumbangan Ketut Bimbo pada Bahasa Bali | Ada 19 Paribasa Bali dalam Album “Mebalih Wayang”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ritual Sebelum Bercinta | Cerpen Jaswanto

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tidak Ada Definisi untuk Anak Pertama Saya

by Dewa Rhadea
June 4, 2025
0
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

KADANG saya mencoba menjelaskan kepada orang-orang seperti apa anak pertama saya. Tapi jujur saja, saya tidak tahu bagaimana harus mendefinisikannya....

Read more

The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

by Wulan Dewi Saraswati
June 4, 2025
0
The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

MALAM di taman kuliner Ubud Food Festival sangat menggiurkan. Beberapa orang sudah siap duduk di deretan kursi depan, dan beberapa...

Read more

Susu dan Tinggi Badan Anak

by Gede Eka Subiarta
June 3, 2025
0
Puasa Sehat Ramadan: Menu Apa yang Sebaiknya Dipilih Saat Sahur dan Berbuka?

KALSIUM merupakan mineral utama yang diperlukan untuk pertumbuhan tulang kita, tepatnya untuk pertumbuhan tinggi badan. Kandungan kalsium tertinggi ada pada...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Kopernik dan Jejak Timor di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Kopernik dan Jejak Timor di Ubud Food Festival 2025

“Hey, do you sell this sauce? How much is it?” tanya seorang turis perempuan, menunjuk botol sambal di meja. “It’s...

by Dede Putra Wiguna
June 5, 2025
Menjaga Rasa, Menjaga Bangsa | Dari Diskusi Buku “Ragam Resep Pangan Lokal” di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Menjaga Rasa, Menjaga Bangsa | Dari Diskusi Buku “Ragam Resep Pangan Lokal” di Ubud Food Festival 2025

MATAHARI menggantung tenang di langit Ubud ketika jarum jam perlahan menyentuh angka 12.30. Hari itu, Minggu, 1 Juni 2025, Rumah...

by Dede Putra Wiguna
June 4, 2025
Lalapooh: Cinta, Crepes, dan Cerita di Tengah Pasar Senggol Pelabuhan Tua Buleleng
Kuliner

Lalapooh: Cinta, Crepes, dan Cerita di Tengah Pasar Senggol Pelabuhan Tua Buleleng

SORE menjelang malam di Pasar Senggol, di Pelabuhan Tua Buleleng, selalu tercium satu aroma khas yang menguar: adonan tipis berbahan...

by Putu Gangga Pradipta
June 4, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [18]: Bau Gosong di “Pantry” Fakultas

June 5, 2025
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co