ANDA siap menikah? Siap. Ah, tunggu dulu. Di Kabupaten Buleleng ada Tim Pendamping Keluarga (TPK) yang selalu siap sedia memberi berbagai pengetahuan atau edukasi kepada calon pasangan pengantin. Edukasi itu, salah satu yang ama penting, adalah pengetahuan tentang pencegahan stunting pada anak yang akan dilahirkan setelah pasangan itu menikah..
Nah, jika satu pasangan sudah diberikan edukasi tentang stunting, barulah yang pasangan itu disebut siap untuk menikagh, sekaligus siap untuk merawat anak-anak mereka kelak.
Apa itu stunting? Stunting adalah kondisi yang ditandai dengan kurangnya tinggi badan anak apabila dibandingkan dengan anak-anak seusianya. Salah satu penyebab stunting adalah kurangnya gizi. .Tidak ada satu pun pasangan yang mau punya anak stunting. Dan, maka itulah, edukasi pranikah itu penting.
Edukasi pada pasangan pranikah adalah salah satu bagian dari kerja-kerja yang dilakukan Pemkab Buleleng untuk percepatan penurunan stunting. Kerja-kerja lainnya tentu saja masih banyak, dan semua itu dilakukan dengan terpadu, sehingga stunting di Buleleng akhirnya bisa turun.
Kepala Dinas P2KBP3A Buleleng I Nyoman Riang Pustaka
Tugas edukasi pranikah dilakukan oleh petugas dengan penuh dedikasi dari Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P2KBP3A) Kabupaten Buleleng.
“Edukasi pranikah itu bagian dari Program Bangga Kencana atau Pembangunan Keluarga Kependudukan keluarga Berencana di Dinas P2KBP3A Buleleng,” kata Kepala Dinas P2KBP3A Buleleng I Nyoman Riang Pustaka ketika berbincang tentang upaya-upaya percepatan penurunan stunting di Buleleng, Kamis, 20 Juni 2024.
Program Bangga Kencana itu, kata Riang Pustaka, paling utama adalah menyiapkan keluarga berkualitas. Sebuah keluarga dianggap berkualitas jika sudah ada dimensi kemandirian, dimensi ketentraman dan dimensi kebahagiaan di dalam keluarga itu.
Untuk menjalankan program-program itu, dibentuklah Tim Pendamping Keluarga (TPK) yang anggotanya ada di setiap desa di Buleleng. TPK inilah yang kemudian melakukan pendampingan terhadap pasangan yang akan berkeluarga dan pasangan yang sudah berkeluarga.
“Mereka berkoordinasi dengan desa-desa adat dan lembaga lain untuk mengetahui siapa-siapa pasangan yang akan menikah, lalu diberikan pendampingan, terutama dalam pencegahan stunting,” kata Riang Pustaka.
Tim ini beranggotakan 1.830 kader di seluruh Kabupaten Buleleng. Mereka bekerja keras dan proaktif mencari data bukti dari sumber-sumber desa, kelian adat, kelian dusun, dan lain-lain. Dan dari laporan TPK, pada tahun 2023 terdapat 1.030 orang yang menikah, dan hingga bulan Mei 2024 terdapat 232 pasangan yang menikah. “Semua pasangan itu diberikan edukasi,” ujar Riang Pustaka.
Tim Percepatan Penurunan Stunting
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Buleleng memang mengerahkan hampir seluruh dinas dan lembaga lain untuk terus bergotong-royong secara padu-padan mempercepat penurunan stunting di Buleleng.
Seperti juga di kabupaten lain, Buleleng membentuk Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS). Dulu ketuanya adalah Wakil Bupati. Karena Buleleng belum memiliki wakil bupati, ketuanya digantikan Sekda. TPPS ini tersebar di tingkat kecamatan, kabupaten hingga desa.
Secara garis besar, terdapat dua jenis intervensi yang bisa dilakukan pemerintah untuk percepatan penurunan stunting. Pertama, intervensi spesifik. Kedua, intervensi sensitif.
Intervensi Spesifik adalah intervensi untuk hal-hal yang secara langsung berhubungan dengan faktor penyebab dari stunting itu. Nah, tugas Dinas Kesehatan Buleleng. Dinas itu lebih banyak melakukan intervensi spesifik yang berhubungan langsung dengan penyebab stunting, seperti perbaikan gizi, imunisasi, ASI ekslusif, termasuk hal-hal yang dilakukan puskesmas dan posyandu.
Interveni Sensitif dilakukan oleh dinas-dinas di lingkungan Pemkab Buleleng secara terpadu. Bappeda sebagai perencana, BPKPD, Dinas PU, Dinas Perkimta, Dinas Sosial, termasuk Kementerian Agama yang ada di Buleleng untuk memberikan edukasi kepada masyarakat. Selain itu, Dinas Pendidikan juga bergerak dengan melakukan proses-proses pendidikan, seperti di PAUD secara holostik
Dinas kebudayaan juga tak tinggal diam. Dinas ini ikut membantu di bidanga adat dan budaya, Dinas DKPP untuk memperkuat ketahanan pangan sebagai sumber protein utama misalnya sumber protein dari Ikan.
Dinas Pertanian menyiapkan dan memastikan adanya beras yang terpotifikasi kandungan yang bagus Lalu ada juga Dinas Perindag yang melakukan pengawasan makanan.
“Stunting itu penyebabnya dari multifaktor jadi yang memberikan intervensi dari multisektor. Di Dinas P2KBP3A Buleleng kami memiliki bidang yang erat kaitannya dengan perlindungan perempuan dan anak, jadi kami melakukan sesuai dengan bidang yang ada di dinas kami,” kata Riang Pustaka.
Riang Pustaka mengatakan, Pemkab Buleleng selalu mengadakan rembuk stunting. Kegiatan rembuk stunting ini bertujuan untuk memastikan perencanan dalam mengintervensi angka stunting di Buleleng bersama pihak terkait.
“Kegiatan ini harus dilakukan Pemerintah Kabupaten Buleleng untuk memastikan pelaksanaan rencana kegiatan intervensi pencegahan dan penurunan stunting dilakukan secara bersama-sama antara OPD penanggung jawab pelayanan dengan sektor atau lembaga non pemerintah dan masyarakat,” katanya.
Sebagai upaya percepatan penurunan stunting di Kabupaten Buleleng akan terus berlanjut untuk mencapai target nasional yang telah ditetapkan. Kerjasama antara pemerintah kabupaten, pemerintah desa, lembaga swadaya, dan seluruh masyarakat terus menjadi kunci dalam menangani masalah ini secara efektif.
Stunting Turun Signifikan
Sekretaris Daerah (Sekda) Buleleleng Gede Suyasa mengatakan, program percepatan penurunan stunting di Kabupaten Buleleng telah menunjukkan hasil penurunan yang sangat signifikan. Prevalensi stunting yang tinggi menurut SSGI pada tahun 2021 silam yakni sebesar 8,9%, dan meningkat pada tahun 2022 menjadi 11 %, menurut data terakhir ePPGBM yakni pada bulan Pebruari 2024 prevalensi stunting di Kabupaten Buleleng menunjukkan penurunan menjadi 3,5 %.
Meskipun mengalami penurunan pravelensi stunting yang sangat signifikan, Suyasa menekankan agar tidak boleh lengah dan harus tetap awas agar kondisi yang sudah mengalami perbaikan ini dapat dipertahankan.
“Penurunan stunting harus tetap terlaksana bersama secara konvergensi antara pemerintah kabupaten, pemerintah desa, lembaga swadaya, lembaga donor dan seluruh masyarakat. Keberhasilan intervensi stunting memerlukan kerjasama lintas program dan lintas sektor mulai dari perencanaan penganggaran, implementasi, monitoring dan evaluasi,” kata Suyasa.
Masalah stunting di Kabupaten Buleleng, kata Suyasa, masih perlu mendapat perhatian serius. Rendahnya tingkat pengetahuan tentang kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa kehamilan dapat berdampak pada perkembangan janin.[T][Ado/Adv]
Reporter: Pande Putu Jana Wijnyana
Penulis/Editor: Adnyana Ole
Catatan:Artikel ini ditulis dan disiarkan atas kerjasama tatkala.co dan Dinas Komunikasi, Informatika, Persandian dan Statistik (Kominfosanti) Kabupaten Buleleng.