PAGI hari yang gerah, di gedung berlantai dua. Pada pukul 09.00 WITA, orang-orang mulai berdatangan memenuhi Aula Kantor Perbekel Desa Pengastulan. Orang-orang itu, satu persatu, menduduki kursi sembari bergurau dengan rekannya. Kursi-kursi yang mereka duduki sangat beragam. Ada yang mencolok dengan balutan kain berwarna putih dengan diikat pita biru dan ada kursi plastik berwarna hijau. Mereka tampak begitu serius menunggu sembari menyantap kudapan.
Beberapa menit berselang, kegiatan “Verifikasi Lapangan Desa Pengastulan: Pengakuan Masyarakat UNESCO/IOC Tsunami Ready” dimulai. Antusias masyarakat bisa dirasakan saat lagu kebangsaan “Indonesia Raya” diputar. Dengan diiringi musik dan dirihen, mereka bernyanyi dengan penuh semangat. Berdiri dengan hikmat menghentikan aktifitas mereka sejenak.
Desa Pengastulan, Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng, Bali, dikenal sebagai wilayah yang masuk kedalam zona rawan dampak bencana. Pada 25 hingga 26 April 2024, Desa Pengastulan akhirnya menjalani proses verifikasi. Verifikasi dilakukan oleh Komisi Oseanografi Antarpemerintah UNESCO (IOC/UNESCO), lembaga khusus menangani ilmu pengetahuan dan jasa kelautan.
“Sebagaimana diketahui bersama, wilayah Indonesia adalah wilayah yang rawan gempa bumi dan tsunami. Perlu adanya indikasi mandiri dan rantai peringatan yang cepat, tepat dan akurat. Perlu dibiasakan terutama pada daerah yang rawan,” ujar Sodikin, Kepala Sub Bagian Tata Usaha Stasiun Geofisika Denpasar, mewakili Arief Tyastama selaku Kepala Stasiun Geofisika Denpasar, Jumat (26/4/2024).
Sodikin menjelaskan bahwa Tsunami Ready adalah salah satu program peningkatan kapasitas masyarakat. Dalam rangka membangun masyarakat yang berada di pesisir, yang rawan tsunami agar dapat bersiap-siap dalam menghadapi potensi bencana.
Pemaparan 12 indikator tsunami ready oleh perwakilan Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Desa Pengastulan | Foto Swandewi
Terdapat 12 indikator yang diterapkan dalam Tsunami Ready, bekal yang harus dipersiapkan untuk mengurangi dampak dari tsunami. Adapun indikator-indikator verifikasi tersebut terbagi menjadi tiga kriteria, yakni assessment (penilaian), preparedness (kesiapsiagaan), dan response (respon).
Perwakilan Forum Pengurangan Risiko Bencana Bencana Desa Pengastulan menjelaskan indikator-indikator sudah dipersiapkan. Tahapan proses dimulai pada tahun 2023. Forum sosialisasi dan simulasi bencana di wilayah Desa Pengastulan telah dilaksanakan. Pemahaman terkait bagaimana cara menyelamatkan diri, di mana titik kumpul, dan jalur evakuasi, telah disampaikan kepada masyarakat. Media informasi telah ditempatkan di tempat-tempat yang terlihat dan mudah dijangkau oleh masyarakat.
Verifikator Tsunami Ready, Wiwin Windupranata, menjelaskan tujuan dari verifikasi lapangan untuk memastikan dan menegaskan pemahaman masyarakat tentang apa itu Tsunami Ready. Kemudian terkait 12 indikatornya untuk memastikan dan mengkonfirmasi kapasitas masyarakat dalam melaksanakan, memelihara, dan mempertahankan indikator tersebut.
“Bukan tidak percaya, tugas verifikator memang untuk memverifikasi. Agar terbukti dan benar adanya,” ujarnya.
Wiwin menegaskan satu hal, dengan diperolehnya Tsunami Ready bukan jaminan bahwa Desa Pengastulan pada saat kejadian tsunami tidak ada korban. Ini adalah bentuk upaya untuk mengurangi risiko bencana.
Sementara itu, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Buleleng, Putu Ariadi Pribadi, berharap dengan adanya pelatihan dan membuka forum pengurangan resiko bencana, masyarakat Desa Pengastulan dapat memahami informasi terkait bencana khususnya gempa bumi dan tsunami.
Gempa tahun 2019 menjadi pengalaman dan pembelajaran tidak hanya bagi masyarakat Seririt tapi juga bagi seluruh masyarakat kabupaten buleleng. “Ini adalah berita hoax, terjadi karena kurangnya informasi dan juga pemahaman terkait gempa dan tsunami,” ujar Ariadi.
Ariadi menambahkan, setidaknya ada dua pembelajaran yang dapat di ambil. Pertama, pesisir utara Pulau Bali merupakan daerah yang memiliki potensi bencana tsunami. Kedua, masyarakat Buleleng, khususnya daerah rawan bencana, perlu membangun kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana tsunami.[T]
Penulis adalah mahasiswa prodi Ilmu Komunikasi STAHN Mpu Kuturan Singaraja yang sedang menjalani Praktik Kerja Lapangan (PKL) di tatkala.co.
Reporter/Penulis: Gusti Ayu Putu Sri Swandewi
Editor: Jaswanto