PINO membeli mobil beberapa minggu lalu. Karena dia punya kebiasaan menamai barang-barang miliknya, mobil itu pun dia beri nama Ismuka. Nama ini dia ambil dari Bahasa Arab yang berarti namamu. Namun, setelah dipakai beberapa hari, Pino baru merasa dan baru tahu bahwa mobil itu produk gagal. Sebab itu pula dia harus mempertanggungjawabkan kecerobohannya di hadapan bapak dan ibunya sebagai penyuplai utama uang belanjanya.
Lupakan dulu cerita tentang mobil produk gagal itu. Jangan pula kita grusa-grusu, ojo kesusu, menduga-duga akan diapakan si Pino oleh bapak dan ibu. Mari kita nikmati pagi, minum jus atau kopi, sambil membahas kata mobil dari sudut pandang kebahasaan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi V versi daring, kata mobil punya dua makna. Pertama, sebagai kata benda, kendaraan roda empat atau lebih yang digerakkan tenaga mesin berbahan bakar minyak. Keterangan ini perlu disunting lalu ditambah, “…kendaraan berbahan bakar minyak atau tenaga listrik”, karena kini sudah ada mobil listrik. Untuk makna pertama ini, kamus mencantumkan kata turunannya berupa kata bermobil, mobil-mobilan, pemobil, dan permobilan.
Kedua, sebagai kata sifat, mobil bermakna mudah bergerak atau mudah digerakkan; mudah berpindah atau mudah dipindah-pindahkan. Kamus itu pun memberi tamsil, “ia sangat mobil sehingga cocok untuk melakukan tugas luar.” Jangan sampai sampean memahami perkataan “ia sangat mobil”sebagai “ia seperti mobil” sehingga ia cocok bertugas di luar. Tapi kalau sampean tetap menyamakannya demikian, sampean sungguh tak berperikemobilan.
Hassan Shadily dan Jhon M. Echols, dalam Kamus Inggris Indonesia-nya yang terkenal itu, menerangkan entri mobile dengan kata benda berupa mobil sebagai kendaran serta kata sifat dengan arti cempala, aktif, giat, gesit, dan ringan tangan. Sedangkan dalam Tesamoko Tesaurus Bahasa Indonesia Edisi Kedua, Eko Endarmoko, mensinonimkan mobil dengan oto/otomobil (nomina) dan lincah (adjektiva).
Apa yang mempertemukan mobil sebagai kata sifat, kata benda, dan kata kerja? Gerak! Mobil adalah kendaraan yang bisa bergerak karena digerakkan dengan gas dan setir tentu ketika mesinnya dinyalakan dan ada bahan bakarnya. Karena itu pula, dalam bahasa Arab, mobil disebut sayyarah (سيارة) yang bentuk katanya serumpun dengan sara-yasri-sayran (سرى – يسري – سيرا) yang bermakna bergerak atau berjalan atau berangkat. Selain itu, sayyarah juga satu rumpun kata dengan kata sirah (سيرة) yang bermakna perjalanan hidup atau biografi seseorang. Sayyarah juga sekeluarga kata dengan dengan sayyar (سيار)yang berarti planet. Mobil, sejarah, juga planet, adalah entitas yang bergerak. Dengan penelusuran antarbahasa ini pula kita bisa memahami kenapa perangkat teknologi berbasis sel dan jaringan disebut mobile. Alasannya, saya kira, karena perangkat teknologi itu bisa digerakkan atau bisa dikendalikan (mobilize).
Dalam perkembangannya, muncul kata mobilitas dan mobilisasi sebagai turunan dari kata mobil dengan makna kata sifat. Kamus Besar Bahasa Indonesia V mengartikan mobilitas sebagai kesiapsiagaan untuk bergerak; gerakan berpindah-pindah; gerak perubahan yang terjadi di antara warga masyarakat baik secara fisik maupun secara sosial. Kita bisa membuat contoh, “Dengan senjata terkokang, saat itu, aparat memantau mobilitas warga dan aktivis lingkungan yang menolak proyek penambangan batuan andesit di Pegunungan Wadas, Purworejo, Jawa Tengah.”
Adapun mobilisasi, dalam kamus besar itu, bermakna dua. Pertama, pengerahan orang untuk dijadikan tentara. Kamus mengamsalkan, “Dalam keadaan perang, Pemerintah dapat mengundangkan mobilisasi bagi pemuda-pemudinya.” Makna kedua, gerak yang mudah; gerak yang cepat; atau perputaran. “Kecilnya modal perusahaan itu membatasi mobilisasi dana dan kemampuan pemasaran.” Tapi, bagi saya, memaknai mobilisasi dengan pengerahan saja sudah cukup, tanpa perlu menambah keterangan untuk dijadikan tentara.
Yang menarik, Eko Endarmoko memberi sinonim yang jitu untuk kata mobilisasi. Ia memuradifkannya tidak hanya dengan kata pengerahan, tapi lebih spesifik lagi, pengorganisasian. Hassan Shadily dan Jhon M. Echols juga tangkas memberi makna negatif pada mobilisasi lewat makna ringan tangan dan cempala yang bermakna lancang. Dalam penyamaan kata mobilisasi dengan beberapa makna tidak terpuji itu saya bersepakat dengan ketiga munsyi kita ini.
Apabila pemaknaan mereka digabung, kita dapat menyimpulkan: mobilisasi adalah pengorganisasian dengan upaya-upaya masif, sistematis, dan terstruktur untuk melakukan hal yang tidak etis bahkan kriminal.
Demikianlah, mobil juga mobilitas dan mobilisasi punya makna berbeda namun bergerak dari makna gerak yang sama. Dan kita pun bisa mempertemukan ketiga kata tersebut dalam satu kalimat lugas: “Dengan menaiki mobil Ismuka, Pino berangkat memobilisasi Mahkamah Keluarga, demi mempertahankan mobilitasnya.”
Lo, lo, lo, gak bahaya ta?