SENIMAN lukis wayang Kamasan di Desa Kamasan dan desa-desa di sekitarnya di Kabupaten Klungkung, Bali, kini banyak yang sudah berusia tua. Diperlukan berbagai upaya untuk proses regenerasi agar tumbuh pelukis-pelukis muda sehingga lukisan wayang kamasan terus berkembang hingga ke masa depan.
Untuk itulah akademisi Undiksha yang terdiri atas Ida Bagus Nyoman Pascima, I Gede Partha Sindu, dan Putu Riesty Masdiantini, turut serta membantu dalam merawat regenerasi lukisan wayang Kamasan melalui program Pengabdian kepada Masyarakat (PkM).
Selain akademisi, pelaksanaan program ini juga melibatkan mahasiswa, Dewa Made Wisma Dwipayoga, I Dewa Gede Agung Wibhisana, I Komang Sasra Wiardana, dan Kadek Rosila Putri.
Program ini deilaksanakan secara kolaboratif dengan melibatkan berbagai pihak, seperti Rumah BUMN Klungkung, Pemerintah Desa Kamasan dan masyarakat.
PkM ini sepenuhnya didanai oleh DRTPM – Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia pada skema pengabdian Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat.
Di kawasan sentra lukisan wayang kamasan itu terdapat sanggar yang saat ini tetap bisa menjaga keberlangsungan regenerasi pelukis wayang kamasan. Sanggar ini merupakan salah satu upaya yang telah dilakukan oleh beberapa tokoh pelukis wayang kamasan untuk menjaga regenerasi.
Nah, akademisi Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) ini melakukan kajian terhadap tantangan-tantangan yang dihadapi dalam penyelenggaraan sanggar ini, sekaligus juga memberikan solusi agar sanggar itu bisa bertahan dan terus berkembang.
Berdasarkan hasil observasi, pengelolaan sanggar yang sifatnya nonformal, belum didukung kurikulum untuk pembelajaran. Pembelajaran selama ini dilakukan dengan mengandalkan penuturan guru sebelumnya.
Temuan lainnya adalah masih minimnya aktivitas yang mewadahi partisipasi generasi muda untuk berpartisipasi aktif mengenal dan bersentuhan langsung dengan lukisan wayang kamasan, seperti halnya lomba melukis dan mewarnai.
.
Ketua tim PkM, Ida Bagus Pascima, menjelaskan program yang dijalankan di wilayah sentra wayang kamasan itu adalah menciptakan perancangan kurikulum wayang kamasan serta kegiatan perlombaan melukis wayang kamasan.
Perancangan kurikulum didesain sebagai bagian dari pendidikan non formal yang ke depan diharapkan juga berkorelasi bagi meningkatnya partisipan dalam penyelenggaran perlombaan melukis wayang kamasan dalam scope yang lebih besar.
Integrasi yang demikian diharapkan membuka peluang yang lebih efektif dan optimal bagi upaya pelestarian wayang kamasan.
Selain regenerasi pelukis, ada dua program utama lainnya yang dilaksanakan, yaitu pelatihan sosial media marketing dan fotografi serta mengembangkan media promosi berupa kalender saka Bali lukisan wayang kamasan dengan dilengkapi aplikasi web untuk mengenalkan pelukisnya.
“Untuk pengembangan kurikulum kami lakukan sejak Juli 2023 dan lomba mewarnai pada 5 September 2023. Kegiatan lomba mewarnai dengan target 50 pendaftar, tapi membludak sampai 63 orang karena banyak orangtua yang meminta bantuan untuk anaknya dapat mengikuti lomba,” kata Pacisma.
Melalui serangkaian prrogram tersebut, dosen Fakultas Teknik dan Kejuruan Undiksha ini berharap banyak orang kembali melihat potensi yang ditawarkan kesenian lukisan wayang Kamasan dan menyadarkan kembali banyak orang tentang berharganya kesenian ini.
“Selain itu, memperkenalkan kesenian ini dan mengembangkan kurikulum, harapannya dapat membantu meningkatkan kecintaan terhadap melukis wayang Kamasan yang berdampak pada regenerasi pelukis,” katanya. [T][rls/*]