KITA KINI memasuki era baru dimana “ruang” dan “waktu” mengalami pergeseran. Jika dahulu pekerja adalah mereka yang berangkat pagi hari ke kantor dan pulang sore hari, itu berubah sekarang. Berkat kemajuan teknologi, bekerja bisa dilakukan dari mana saja; di rumah, café, co-working space, hotel, villa atau hanya dari kamar indekos yang tidak terlalu luas.
Seperti para turis di Bali. Kantor resmi mereka berada di luar negeri, tetapi bisa bekerja dari mana saja; Ubud, Canggu, Kuta, Seminyak, Sanur, Lovina, Medewi, Candidasa atau tempat lain di Bali yang mereka anggap nyaman. Asal ada laptop, sambungan internet dan “colokan listrik”/stop kontak, pekerjaan bisa rampung. Setelah itu, menikmati Pulau Dewata, menyusuri jalan dengan sepeda motor sewaan, surfing, atau menghabiskan malam di bar, juga diskotik. Kerja, ya, berwisata, oke.
Bisakah orang kita seperti mereka? Tentu bisa. Penguasaan bahasa Inggris menjadi kunci. Juga teknologi-informasi. “Kantor” di masa depan bisa jadi tinggal masa lalu. Internet banyak mengubah konsep-konsep lama kita tentang “bekerja”.
Generasi milenial Indonesia, dari sebuah berita yang saya baca, mulai bosan jika bekerja rutin setiap hari ke kantor.
Wajar saja, mereka lahir di era teknologi, bahkan “dibesarkan” oleh gawai dan perangkat modern lainnya. Jadi, sangat bagus misalnya jika anak muda kita mulai berbisnis online; berjualan makanan, pakaian, buku, alat kendaraan dan lain sebagainya. Pendapatan rutin tetap didapat tanpa harus terjebak rutinitas keseharian; jalan macet, tugas kantor menumpuk, bos marah-marah atau berada pada lingkungan kerja “toxic” yang menguras energy dan bisa saja berimbas pada kondisi mental.
Menjadi pekerja lepas atau freelancer salah satu pilihan. Terlebih jika anak muda punya skill tertentu, misalnya menulis, desain, seni, ilmu komputer, sosial media, akutansi, administrasi dan lain sebagainya. “Content Creator” hanya salah satu di antara banyak skill yang dicari perusahaan. Pun bagi mereka yang suka menulis; ada content writer, script writer, technical writer, social media specialist, penerjemah. Tak perlu takut susah mencari pekerjaan jika kamu punya keahlian. Apalagi yang jarang orang lain punya. Pekerjaan yang akan “mencari”-mu.
Pernah menjadi wartawan lepas/paruh waktu dan juga penuh waktu, kini saya ingin berfokus pada “mainan baru” saya: media online milik sendiri. Pekerjaan “suka-suka”, tidak terbentur ide dan misi perusahaan media yang bisa jadi berseberangan dengan hati nurani kita.
Menjadi digital nomad seperti para “bule” di Bali. Usia menjelang 40 tahun, memang sebaiknya mulai berani menjalankan apa yang menjadi cita-cita saya sejak lama: mandiri, dan tidak banyak bergantung kepada orang lain yang kadang justru tidak baik karena belum tentu tepat. [T]
Denpasar, Januari-Juli 2023