“Ketika kami berjalan ke galeri dan mulai mengamati gambarnya, kami merasakan ada sensasi khusus muncul saat melihat karya seorang guru agung atau seperti mendengar melodi yang luar biasa. Dengan serta- merta kami terhipnotis oleh sihir dari karya-karyanya itu.”
Demikian kata Ana Gaspar, seorang penulis dan pecinta seni ketika melihat karya-karya I Gusti Nyoman Lempad.
Komentar-komentar semacam itu memang sangat kerap kita dengar sebagai bukti betapa agung karya-karya Lempad. Sehingga taka da celah untuk menampik bahwa Lempad adalah seorang maestro seni lukis dan berperan penting dalam mengawali tonggak perkembangan seni lukis Bali baru.
Seperti kata Tjokorda Raka Kerthyasa, karya I Gusti Nyoman Lempad memiliki nilai sejarah yang tinggi dan misterius. Ia berguru pada Dewa Saraswati dan ia hidup melalui karya-karyanya.
“Pekak Lempad bagi saya adalah seseorang yang luar biasa secara spiritual. Sebagai orang Bali, kami percaya bahwa seni adalah ciptaan Tuhan. Dalam berkesenian seniman hanya bisa berkreasi atas petunjuk dan bimbingan Tuhan. Kualitasnya amat ditentukan oleh datangnya sinar suci Tuhan atau taksu. Kak Lempad singkatnya adalah seseorang yang amat istimewa. Hidupnya adalah untuk ngayah melalui berkesenian,” kata Cok Istri Ratih Iryani.
Jean Couteau, seorang penulis dan pengamat seni rupa yang tinggal di Bali menyebutkan reputasi I Gusti Nyoman Lempad terletak pada banyaknya inovasi yang dia lakukan, diciptakan dalam periode sejarah yang berbeda dan karyanya menyangkut berbagai disiplin ilmu.
“Ia dianggap sebagai guru Bali pertama yg menjadi jembatan penghubung antara seni tradisional dan modern. Sebelum 1920-an dan saat kedatangan Walter Spies dan seniman Eropa lainnya ke Ubud, Lempad terutama dikenal sebagai seorang arsitek tradisional atau undagi, setelah periode awal itu, ia terutama menjadi master gambar monokrom,” kata Jean Couteau.
Memang banyak yang mengakui, bahwa Lempad adalah tokoh pembaharu yang melakukan perubahan radikal (evolusi) seni lukis tradisional Bali yang hidup sebelumnya dalam kurun waktu berabad-abad lamanya. Lukisan Lempad menampilkan transformasi estetik seni lukis klasik Bali menuju seni lukis Bali modern yang mengambil sumber dari kearifan lokal Bali.
Pameran Multimedia
Nah, pada tanggal 9 Juli 2023, Yayasan Taut Seni selaku penanggung jawab dan pengelola program c|artspace yang terletak di Bali Collection, Kawasan Pariwisata ITDC Nusa Dua, Bali, mengadakan peresmian nama baru gedung dan sekaligus menyelenggarakan pameran karya I Gusti Nyoman Lempad; bertajuk “Darkness Is White”
Melalui pendekatan media baru karya Seni Lukis Tradisional Bali ini diolah menjadi karya multimedia, yang disertai dengan kegiatan program publik; talk show, pemutaran, film Lempad karya John Darling, pameran dengan media kertas-kanvas, serta diskusi terbuka yang akan melibatkan sekolah Seni yang ada di Bali.
Acara ini diselenggarakan dengan menggandeng Dirjen Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Indonesia; serta Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif.
Yayasan Taut Seni adalahsebuah yayasan kebudayaan di Indonesia, berlokasi di Jakarta dan Bali. Didirikan pada bulan Juni 2013 dengan maksud dan tujuan di bidang sosial; dan mempromosikan seni dan budaya Indonesia kepada publik.
Taut Seni adalah gerakan kesenian berbasis komunitas Generasi Bermakna; dengan niat menciptakan tautan kesenian untuk mengoptimasi pelaku seni muda dan seni berbasis kekayaan budaya Indonesia bersama pelaku seni budaya senior dan mitra Pentahelix.
Sehingga menjadi ekosistem dalam mendukung evolusi seni dan peningkatan dampak ekonomi sosial kesenian berbasis kekayaan dan keunikan warisan budaya Indonesia.
Berdasar rilis yang diterima tatkala.co, menyebutkan karya Lempad yang dipamerkan mendapat dukungan dari koleksi museum di Bali, yaitu Museum Puri Lukisan Ubud dan Museum Arma serta para kolektor dan penerbit buku, yang ingin karya- karya Lempad menjadi jembatan budaya yang lebih luas.
Dari Pameran Multimedia Karya I Gusti Nyoman Lempad | Foto: Ist
Pameran yang diadakan selama satu bulan yaitu dari tanggal 9 Juli 2023 ini bertujuan untuk lebih mengenalkan seorang maestro yang pada masanya sebagai undagi telah menjalani kehidupan yang luar biasa hingga menjadi inspirasi dan pembelajaran tentang dedikasi seniman besar Bali, baik kepada masyarakat lokal, nasional serta internasional, untuk mengoptimalisasi tampilan karya Lempad kami menyajikannya dalam berbagai ragam ekspresi termasuk multimedia – berupa video mapping.
Gagasan besar dari pameran multimedia adalah untuk “masuk ke pikiran Lempad” lebih dalam lagi dengan menstimulasi tiga indra utama manusia (pendengaran, penciuman, dan penglihatan) yang dituangkan ke dalam musik eksperimental, dan permainan gambar “digital” lukisan dari dokumentasi karya Lempad.
Kalau di bidang sastra ada dua naskah yang menjadi perbincangan di kancah dunia internasional, yakni “Serat Centhini”, sebuah kitab sastra klasik dan ensiklopedia Jawa dan “La Galigo”, epik mitos penciptaan dari peradaban Bugis di Sulawesi Selatan yang merupakan kitab sastra klasik terpanjang di dunia, maka karya-karya Lempad adalah sebuah ikon dan simbol keabadian budaya Bali.
Pameran karya-karya Lempad yang diadakan di c|artspace Nusa Dua sempat diselenggarakan di Salihara Art Centre-Jakarta pada tahun 2019, dan kini diselenggarakan lagi untuk mengenang jasa I Gusti Nyoman Lempad sebagai tokoh evolusioner yang membawa seni lukis Bali hingga tersohor ke seantero jagad dan karya-karyanya telah dikoleksi berbagai museum penting di dunia.
Dengan mempersembahkan karya Lempad dalam sebuah pameran yang dikemas dengan cara menarik ini diharapkan bisa memperlihatkan kebesaran seorang Lempad yang berkarya untuk mempersembahkan kemurahan hatinya bagi para dewa dan juga untuk mengajar keluarga, teman dan orang lain.
Lempad meninggalkan banyak karyanya dalam keadaan seperti belum selesai namun ia menikmati tampilan estetika dari yang belum selesai itu. Lempad tidak melanjutkan pekerjaannya karena mungkin ia berharap generasi selanjutnya yang meneruskan karyanya itu. Secara halus ia mengajarkan seni pada generasi muda.
Pameran multimedia “I Gusti Nyoman Lempad: Darkness Is White” ini adalah gagasan Yoke Darmawan, Restu Imansari Kusumaningrum, e.a. natanegara, Jean Couteau, dan Nirwan Dewanto. Diselenggarakan oleh Yayasan Taut Seni, dan didukung oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, serta pameran ini berada di bawah naungan Puri Saren Agung, Ubud.
Siapa I Gusti Nyoman Lempad?
Lempad lahir tidak diketahui waktu tepatnya, namun diperkirakan sekitar tahun 1862. Ia menikah ketika Krakatau meletus pada tahun 1883. Lempad tumbuh dalam kehangatan dan kebijaksanaan sang ayah yang selalu bersikap lembut terhadap anak-anaknya. Sama sekali tidak pernah menerapkan pendisiplinan yang bersifat represif dalam mengasuh anak-anaknya.
Ia senang menceritakan kisah-kisah pewayangan seperti Mahabarata, Ramayana, cerita Tantri, cerita rakyat maupun cerita-cerita lainnya yang hidup di lingkungan masyarakat sekaligus sebagai sarana memberi nasihat-nasihat luhur tentang kebaikan dan keburukan.
Dari Pameran Multimedia Karya I Gusti Nyoman Lempad | Foto: Ist
Dengan senang dan rajin, Lempad mendengarkan semuanya itu. Karya-karya Lempad mencerminkan pengamalan nilai-nilai filosofi Hindu Bali yang diterapkannya melalui mendengar (sruti) sehingga tema-tema lukisannya sangat luas dan lahir dari penghayatan yang dalam.
Lempad yang meninggal dalam usia 116 tahun pada tahun 1978 itu memiliki kemampuan dalam mengintepretasi cerita-cerita yang dipelajarinya. Ia mampu mengubah citra wayang menurut selera pribadinya dan melahirkan style Lempad yang sangat personal, anggun, keramat, dan berkarakter. Karya-karyanya berdasarkan narasi epik pewayangan dan folklor Bali yang dihadirkannya dalam gubahan yang sangat imajinatif.
Proses intepretasi tersebut melibatkan pemahaman yang mendalam terhadap nilai-nilai filosofis. Tanpa memahami nilai- nilai dan makna secara mendalam mustahil seseorang dapat mengembangkan intepretasi visual yang imajinatif terhadap narasi besar tersebut.
Pada awal periode Lempad berkarya ia menggambar dengan mengambil ilham dari adegan pada cerita klasik Ramayana dan Mahabarata Hindu-Jawa. Lalu secara perlahan karyanya berkembang ke gaya yang lebih bebas yakni tentang kehidupan sehari-hari dimana di Bali dunia spiritual berbaur harmonis dengan rutinitas harian.
Ciri khas Lempad dengan jelas terlihat di setiap karyanya yang terlihat sederhana namun mengandung suatu identitas unik. Ia selalu menggunakan cat hitam di atas kertas putih yang menghasilkan bentuk yang bagus, gaib, kuat dan nampak tak terputuskan. Alat melukisnya sangat sederhana tapi terlihat kekuatan garis dan ketelitian.
Dari Pameran Multimedia Karya I Gusti Nyoman Lempad | Foto: Ist
Ia jarang menonjolkan warna, kecuali untuk memperkenalkan atau memperkuat corak tertentu. Beberapa warna yang dia gunakan adalah merah, putih dan hitam, juga sedikit aksen warna emas yang merupakan bentuk penghayatan nilai filosofi Tri Datu (merah, putih, hitam), berpadu dengan nilai keilahian yang disimbolkan dengan prada (emas).
Lempad adalah seniman multi bakat dan multi profesi. Selain pelukis, Lempad adalah seorang ahli arsitektur bangunan tradisional Bali (undagi), pembuat perangkat upacara (sangging) pematung, pembuat topeng, pembuat figur wayang dan elemen upacara pengabenan. Tindakan penciptaannya terkait erat dengan dunia spiritual mengikuti prinsip- prinsip animisme, Hindu dan Budha. [T][Ado/Rls/*]