DENPASAR | TATKALA.CO — Sanggar Seni Betawi Ratna Sari, Kecamatan Ciracas, Kota Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta, menyuguhkan karya khas Betawi di Rekasadana (Pergelaran) Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-45 Tahun 2023 pada Jumat (30/6/2023) sore.
Bertempat di Kalangan Angsoka, Taman Budaya Provinsi Bali, pergelaran bertajuk “Bingkai Harmoni Jakarta” itu menampilkan empat tarian kreasi baru tanah Betawi.
Keempat tari yang diciptakan para seniman Betawi itu yakni Tari Nanda Ganjen, Tari Rancak Laras, Tari Kembang Botoh, dan Tari Kembabang Tarub. Seluruhnya menggambarkan kegembiraan dan keceriaan remaja Betawi.
Tari Rancak Laras misalnya—yang berangkat dari gerak topeng dan Tari Cokek Betawi—menggambarkan gadis-gadis Betawi sedang bersolek dan menjadi pusat perhatian para penonton.
Sementara Tari Kembang Botoh menggambarkan gadis Betawi yang sedang bergaul dengan sesamanya. Keceriaan dan kegembiraan tergambar lewat gerak tari dan musik betawi yang harmonis dan dinamis.
Diiringi musik gambang keromong, membuat penonton yang memadati Kalangan Angsoka disuguhi pementasan yang berbeda dari biasanya. Selain tarian, beberapa nyanyian khas Betawi seperti Jali-jali juga membuat penonton ikut merasakan kegembiraan. Komedian Haji Mastur yang ikut membawakan acara membuat acara tidak monoton.
Ketua Sanggar Seni Betawi Ratna Sari sekaligus penata musik Septian Ray Sukirman mengungkapkan rasa senangnya sebab sanggar yang dipimpinnya bisa tampil untuk keempat kalinya di ajang PKB. Untuk itu, ia mengaku sengaja menampilkan tari kreasi dan memberi kesan berbeda kepada penonton PKB.
“Kali ini kita tampilkan empat tarian baru karya-karya dari sanggar kami. Dan yang ingin kita tonjolkan di sini adalah inovasinya,” ujar Ray ditemui usai pementasan.
Ia mengaku, tidak ada latihan khusus sebelum tampil di PKB kali ini. Tarian yang ditampilkan merupakan tarian yang biasa dipentaskan sanggar setiap kali mendapat undangan pentas.
Sanggar di Jakarta Timur beberapa kali juga tampil di luar daerah seperti Gorontalo, bahkan hingga ke luar negeri seperti di Thailand, Finlandia, dan Bulgaria.
“Mereka sangat antusias, exited banget,” ucap Ray.
Meski demikian, lanjut pria Betawi berdarah Bali itu, sebenarnya, sanggar yang dipimpinnya itu, di luar PKB, lebih banyak mengikuti kegiatan seremonial pemerintah di DKI Jakarta ataupun acara-acara pernikahan.
Sanggar Ratna Sari memang membina para seniman-seniman Betawi yang ingin melestarikan kebudayaan Betawi. Ada sekitar 150 penari dan 20 pemain musik yang berada dalam naungan Sanggar Ratna Sari. Menurutnya kreativitas yang dimiliki para seniman tidak perlu dipertanyakan lagi, tinggal diberikan lebih banyak panggung untuk tampil. “Kita cuma butuh panggung, kalau soal kreativitas udah gampang,” cetusnya.
Sementara itu, penyanyi sekaligus pembawa acara Marina Limong, juga menyampaikan rasa gembira dapat kembali tampil di ajang festival seni terbesar di Bali itu.
Marina terlihat enjoy membawakan acara dan mampu mengimbangi banyolan yang dilontarkan komedian senior Betawi Haji Mastur. “Senang banget karena ini hobi saya, bisa bertemu dengan orang-orang baru dan memperkenalkan budaya saya. Senang banget,” ujarnya.
Marina juga mengaku punya pengalaman berkesan saat baru pertama kali masuk Sanggar Ratna Sari. Seniman lulusan Ekonomi saat itu pernah tampil menyanyi di Lovina, Buleleng, berkolaborasi dengan gamelan Bali. Ia sepertinya sudah kadung jatuh hati dengan profesi sebagai seniman Betawi. Meskipun pada saat pandemi Covid-19 peluang pentas sempat menurun.
“Sempat kerja kantoran tapi saya lebih enjoy di sini,” ujar Marina.[T][Jas/*]