DI PINGGIRAN kota Singaraja, tepatnya di Desa Panji, Kecamatan Sukasada, ada sebuah bank yang dibangun pemuda desa, Gede Ganesha dan Nyoman Marsajaya. Itu bukan bank umum tempat menyimpan uang, melainkan bank sampah tempat orang-orang menabung sampah. Namanya, Bank Sampah Galang Panji.
Bank sampah itu di Banjar Dinas Kelod Kauh desa Panji, dan sudah beridiri secara resmi yang dikukuhkan dengan SK Pemerintah Kabupaten Buleleng tanggal 3 Oktober 2014.
Tentu saja bank sampah ini didirikan untuk mengurangi permasalahan sampah yang ada di Desa Panji. “Di mana saat itu warga banyak yang membuang sampah di sungai dan membakar sampahnya. Dan saat itu Desa Panji belum memiliki Tempat Pengelolaan Sampah,” kata Gede Ganesha tentang bank sampah yang ia dirikan itu.
Bank Sampah Galang Panji dalam operasionalnya melibatkan anak-anak muda terutama Sekaa Teruna Satya Warga Banjar Adat Kelod Kauh sebagai relawan dalam pengoperasiannya.
Di tahun 2014 sistem yang digunakan adalah jemput bola. Pengelola datang langsung ke rumah-rumah warga yang menjadi nasabah. “Hal ini dilakukan karena nasabah masih belum begitu percaya dengan keberadaan bank sampah. Sembari melakukan sosialisasi tentang jenis-jenis sampah yang diterima di bank sampah. Seperti plastik, kertas, kardus, botol, kaleng, dan besi. Sampah-sampah non organic,” kata Ganesha.
Setelah setahun berjalan, sistem mulai dikembangkan dengan mengundang nasabah untuk datang dan membawa sendiri sampahnya ke bank sampah.
Gede Ganesha | Foto: Ist
Setelah terpilihnya Nyoman Marsajaya, pendiri bank sampah itu, sebagai Kelian Banjar atau kepala wilayah Banjar Adat Kelod Kauh, maka muncul kebijakan dengan memanfaatkan balai masyarakat sebagai titik kumpul bank sampah. Di tahun 2016 nasabah bank sampah sendiri mulai bertambah mencampai 100 orang dengan volume sampah yang dikumpulkan mencapai 1.000 kg. “Sehingga semakin banyak relawan yang dilibatkan,” kata Ganesha.
Pada tahun 2019 Bank Sampah Galang Panji mulai mengembangkan sistem digital untuk tabungan nasabah dan transaksi dengan bantuan dari pihak Plastic Bank. “Operasional pun berjalan lancar sehingga nasabah makin percaya dan makin banyak,” kata Ganesha.
Operasional Bank Sampah Galang Panji sempat terhenti karena pandemi, namun pada akhir tahun 2021 bank sampah itu mulai mengembangkan flatform sendiri melalui website galangpanji.edesaku.id guna lebih memudahkan transaksi dalam operasional. “Dari sebelumnya memanfaatkan balai masyarakat, maka sejak itu Bank Sampah Galang Panji menempati kantor baru yang letaknya masih di Banjar Dinas Kelod Kauh di Desa Panji,” ujar Gede Ganesha.
Inspirasi menabung sampah pun terus menyebar. Nasabahnya setiap tahun semakin meningkat, bahkan tidak hanya warga Desa Panji yang menjadi nasabah, beberapa nasabah yang menabung berasal dari luar Desa Panji. “Usia nasabah segala umur, mulai dari usia sekolah dasar hingga nenek-nenek berusia 83 tahun,” kata Gede Ganesha.
Gede Ganesha (tengah) dalam kegiatan di Bank Sampah Galang Panji | Foto: Ist
Kini Bank Sampah Galang Panji terus berupaya berinovasi dengan bekerjasama dengan Rumah Plastik Mandiri dan Yayasan Kaki Kita Sukasada dalam membuat furniture dari pemanfaatan sampah plastik. “Kita bangkit pelan-pelan, dan kita percaya semua upaya bisa berhasil pada waktu yang tepat,” kata Ganesha.
Nasabah-nasabah yang Istimewa
Bank Sampah Galang Panji memiliki sejumlah nasabah istimewa. Istimewa artinya bukan mendapatkan perlakukan secara spesial, melainkan nasabah yang berbeda dari yang lain. Dan karena itu ia diberikan prioritas pelayanan. Nasabah ini adalah nasabah yang ditunggu-tunggu oleh banksa sampah.
Ada nasabah dengan usia yang sudah bisa dibilang amat uzur. Mereka ini adalah tiga dadong, perempuan tua, usianya di atas 75 tahun. Meski sudah lanjut usia, mereka rajin menabung sampah. Mereka adalah Luh Tari, Made Gari dan Made Tari.
Menurut Gede Ganesha, kini ketiga nenek itu memang tak begitu aktif karena usuianya yang sudah tak memungkinkan untuk mereka bergerak dinamis seperti dulu. Namun ketiga nenek itu bisa dicatat sebagai orang-orang bersejarah dalam perkembangan dan pergerakan Bank Sampah Galang Panji.
Luh Kerti biasanya datang ke bank sampah setiap dua minggu sekali untuk menabung sampah. Volume sampah yang dibawa rata-rata mencapai lima sampai sepuluh kilogram. “Jenisnya pun beragam, selain sampah plastik, ia juga menabung sampah kertas, kardus dan botol kaca,” kata Gede Ganesha.
Sampah yang dibawa Dadong Kerti, begitu biasa saya menyebutnya, adalah sampah yang dikumpulkannya sendiri, serta sampah dari anak dadong yang telah menikah. Ketika datang ke bank sampah, Dadong Kerti berjalan kaki cukup tergopoh-gopoh.
Foto tiga nenek yang menjadi nasabah Bank Sampah Galang panji | Foto: Ist
Lalu ada nasabah bernama Made Gari, usianya di atas 80 tahun. “Terdaftar sebagai nasabah dari 2020. Sampah yang ditabung Dadong Gari tidak banyak. Dua minggu sekali membawa sampah, beratnya hanya dua sampai lima kilogram sampah plastik,” kata Gede Ganesha.
Seperti juga Luh Kerti, Dadong Gari biasanya juga membawa sampah dengan berjalan kaki dari rumah. Jaraknya kurang lebih 70 meter dari kantor Galang Panji. Setiap membawa sampah plastik daunan ini, dadong tidak pernah bertanya beberapa ia punya tabungan. “Ia hanya tidak ingin membuang sembarangan atau membakarnya,” cerita Gede Ganesha.
Terakhir, ada nasabah bernama Made Tari, usianya lebih muda dari Luh Kerti dan Made Gari. Volume sampah yang ditabung oleh Made Tari paling besar. “Sampahnya tidak hanya berasal dari rumah. Tapi ia menerima dari rumah-rumah tetangga tempat ia bekerja,” kata Gede Ganesha.
Gede Ganesha mengatakan, ketiga nenek itu memang dianggap sebagai nasabah prioritas. Ketiga perempuan tua ini, selalu dapat pelayanan utama jika datang ke Bank Sampah Galang Panji.
“Kami dahulukan untuk ditimbang sampahnya jika sedang ramai yang menabung. Karung kampil yang dibawa selalu kami ganti. Karena mereka memang rajin dan rutin menabung. Jika yang lain kadang karung kampil yang dibawa sebagai tempat sampah tidak kami ganti. Jikapun ingin menarik uang tabungan, kami tidak pernah ragu berikan lebih. Dengan begitu mereka jadi lebih banyak membawa sampah,” ujar Gede Ganesha.
Selain nenek-nenek, Bank Sampah Galang Panji juga memiliki nasabah anak-anak. Salah satunya adalah Putu Agus Arya Saputra. Ia cucu pertama dari Dadong Tari.
Tiga anak-anak nasabah Bank Sampah Galang Panji | Foto: Ist
Agus selalu datang bersama kedua adiknya, yakni Kadek Daniel Aryawan dan Komang Lisa Amelia. Agus yang usianya belum lagi 17 tahun itu datang membawa sampah yang telah dikemas dalam karung sampah. “Daniel yang usianya sekitar 12 tahun biasanya membantu Agus membawa sampah. Agus di depan dan Daniel di belakang,” kata Gede Ganesha.
Sementara Lisa ikut mendampingi saja. Jika sampahnya cukup banyak Lisa juga membantu, tapi kali ini mereka datang hanya dengan satu kampil besar.
“Agus yang kelahiran 2007 ini sudah menjadi nasabah sejak pertama Bank Sampah Galang Panji buka di tahun 2014. Saat itu usianya baru 7 tahun. Waktu itu Agus datang menemani neneknya, Dadong Tari,” cerita Gede Ganesha.
Vibrasi Kebaikan
Gede Ganesha yang biasa dipanggil dengan nama Gading Ganesha adalah pemuda yang suka belajar. Selain mengembangkan bank sampah, ia juga kerap meluangkan waktu untuk belajar menuliskan apa-apa yang selama ini ia kerjakan berkaitan dengan dunia persampahan.
Tulisan-tulisannya ia sebarkan di media sosial, dan tulisan yang lebih serius dalam bentuk artikel ia kirimkan ke media massa. Tulisan-tulisannya menyebar di media sosial dan media massa dan menjadi vibrasi untuk menularkan kebaikan tentang gerakan pengelolaan sampah kepada siapa pun yang membacanya.
“Setaip kegiatan tentang pengelolaan sampah selalu saya tulis di media sosial. Dan saya juga tulis artikel di media massa, seperti di tatkala.co dan koranbuleleng.com,” kata Gede Ganesha.
Ganesha yakin bahwa penyebaran berita-berita baik melalui media bisa memberi pengaruh besar terhadap tumbuhnya kesadaran tentang pentingnya pengelolaan sampah, terutama di desa-desa. “Kita membantu program-program pemerintah dengan cara kita sendiri. Dan saya yakin itu berpengaruh baik,” kata Gede Ganesha. [T]
- Catatan: Artikel ini ditulis dan disiarkan atas kerjasama tatkala.co dan Dinas Komunikasi, Informatika, Persandian dan Statistik (Kominfosanti) Kabupaten Buleleng.
- BACA artikel lain tentang BANK SAMPAH GALANG PANJI dan DESA PANJI