KALANGAN Ayodya Taman Budaya (Art Centre) Provinsi Bali bergemuruh, takjub, oleh suara (sihir) musik tradisional Jepang Taiko persembahan seniman—secara kolaboratif—dari Jepang, Jakarta dan Bali.
Ya, Bonten Tradisional Music of Japan, Mirai Taiko Dojo, Japan—komunitas ini berbasis di Jakarta, di bawah asuhan Masataka Kobayashi—, membawakan delapan karya dalam acara Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-45, Selasa (20/6/2023).
Ratusan penonton yang hadir antusias dan meminta lagi—dan lagi—agar musik diulang. Rupanya, selain takjub, mereka juga ketagihan, seolah-olah tersihir oleh suara alat musik asing itu.
Alat musik taiko rata-rata berukuran jumbo, besar. Pada saat pentas, para pemain penuh riang, semangat, berenergi, dan aktraktif dalam memukul drum. Selain taiko, secara bersamaan, ada alat musik lain yang dimainkan, seperti samisen (gitar khas Jepang), dan shinobuya (seruling khas Jepang). Ya, semua alat musik dimainkan bersama-sama sehingga menghasilkan sebuah instrumen yang khas, kuat dan dinamis.
Tim Mirai Taiko Dojo saat pentas / Foto: Ist
Musik Taiko sendiri memang biasa dibawakan pada setiap pembukaan berbagai acara di Jepang. Musik tradisional ini menggunakan alat musik utama berupa gendang atau drum besar bernama Taiko, di iringi harmoni dari suara seruling khas Negeri Sakura dan sejenis gong kecil yang dipukul sesekali.
Menurut koordinator pementasan, Daisei Takeya, ini bukan penampilan perdananya di Bali. Bahkan, terakhir ia tampil di Bali tahun 2019, setelah itu pandemi datang dan ia tidak pernah tampil lagi setelah itu. Dan ia mengaku, pementasan ini melibatkan murid dari Jepang, Jakarta, dan Bali.
“Kita melibatkan murid dari Jepang (3 orang), Jakarta (11 orang) dan siasnya Bali. Total ada 45 orang, menampilkan 8 karya tabuh, membawakan tabuh kolaborasi. Saya sangat senang bisa tampil di panggung mewah ini,” ucap Daisei, usai pementasan.
Ia menambahkan, dalam pertunjukan sekitar 1 jam itu, semuanya merupakan garapan baru. Uniknya, selama latihan, sebelum tampil dalam festival seni terbesar di Bali, pentas itu dilakukan secara online dengan sensei yang berada di Jepang.
Daisei juga mengungkapkan, Taiko bisa dikolaborasikan dengan berbagai jenis musik lain, termasuk gamelan Bali. “Makna Taiko ini persembahan kepada Dewa-dewa, memberi semangat, tapi ada juga yang musiknya lebih santai,” ujarnya, memberi penjelasan.
Sementara itu, Kepala Bidang Kesenian Dinas Kebudayaan Bali, Ni Wayan Sulastriani, yang ikut larut—dan semangat—mengikuti irama musik Bonten menyampaikan apresiasi dengan jenis musik yang dibawakan para seniman Taigo.
“Sangat atraktif, apalagi Taiko Mira Dojo ini, memang setiap tahun dia berpartisipasi (di PKB), dan antusias penonton kepada musik Jepang ini luar biasa. Tentunya musik ini yang memberikan vibrasi bagi seniman-seniman Bali dalam berkarya,” ujar Wayan Sulastriani.
Ia mengatakan, kehadiran Taiko Mira Dojo merupakan bagian dari event Bali World Culture Celebration, serangkaian PKB ke-45 yang menghadirkan 9 pementasan seni mancanegara dari 7 negara asing. “Ini adalah salah datu promosi Bali. Meskipun memang sudah dikenal di mancanegara, tapi perlu terus diperkenalkan,” tandasnya.[T][Jas/*]