KAESANG PANGAREP, anak bungsu dari Presiden Ir. H. Joko Widodo, belakangan ini menjadi pembicaraan warga Indonesia. Tidak hanya ramai di sosial media, juga ramai di warung-warung kopi (hmm, kayaknya sih).
Ramainya Kaesang dibicarakan oleh warga tidak bisa dilepaskan dari video berdurasi satu menit empat puluh lima detik yang diunggah melalui kanal Youtube Kaesang Pangarep by GK Hebat dengan judul “Klarifikasi. Saya Buka Suara”.
Video singkat tersebut berisi pernyataan kesiapan Kaesang menjadi “Depok Pertama”. Hm, apakah video ini jadi tanda dimulainya perjalanan politik Kaesang?
Ya, pernyataan ini ibarat “gayung bersambut”, guys. Seperti yang kita ketahui, kalau Kaesang menjadi sosok yang digadang-gadang akan dicalonkan menjadi Wali Kota Depok. Wajah Kaesang Pangarep pun sudah terpasang di beberapa billboard yang tersebar di Kota Depok.
Berbagai dukungan dan dorongan untuk Kaesang pun mengalir deras di sosial media. Tapi apakah Kaesang benar-benar sudah siap untuk terjung ke “medan laga”? Apa saja modal yang sudah dikantongi Kaesang hari ini?
Setidaknya ada tiga modal utama yang sudah dikantongi oleh Kaesang Pangarep, apabila ia benar-benar serius untuk maju menjadi Wali Kota Depok. Apa saja tiga modal tersebut? Mari kita bahas bersama.
Pertama, Restu Keluarga
Yaps, di awal videonya Kaesang dengan jelas menyebutkan bahwa dirinya sudah mengantongi restu dari keluarga. Itu artinya, mulai dari Ayah, Ibu, dan kakak-kakaknya sudah memberi lampu hijau untuk keinginannya tersebut.
Tentu restu dan dukungan keluarga ini jadi modal pertama dan utama bagi Kaesang untuk bisa duduk nyaman di kursi Depok Satu. Bagaimana tidak, seorang Presiden Republik Indonesia, Ibu Negara, Wali Kota Surakarta, hingga Wali Kota Medan memberi dukungan untuk satu orang yang mau maju menjadi kepala daerah. Pasti jadi nggak tuh barang? Hehe.
Bakal Calon Presiden saja rebutan untuk dapat restu dan dukungan mereka, yang dipercaya bakal memudahkan jalan mereka menuju Istana. Apalagi untuk Bakal Calon Kepala Daerah?
Kedua, Relasi Pemodal
Tentu faktor ini tidak bisa diabaikan begitu saja di tengah kontestasi Indonesia yang belakangan ini cenderung sangat mahal.
Fahri Hamzah yang kini duduk sebagai Wakil Ketua Umum Partai Gelora pernah menyebutkan bahwa modal yang harus dimiliki calon apabila mau bertarung menjadi Wali Kota atau Bupati bisa mencapai Rp. 20 M.
Wow, tentu ini angka yang fantastis. Wajar saja kalau sosok yang menjadi pemimpin adalah yang punya modal cukup atau setidaknya berlebih (jaga-jaga siapa tahu kalah, hehe).
Jika Kaesang benar-benar maju dalam kontestasi, tentu ia tidak perlu mengkhawatirkan itu semua. Secara kapital ia sudah dalam posisi aman. Setidaknya ia memiliki tiga belas perusahaan yang dapat menopangnya.
Selain itu, ia juga memiliki relasi yang baik dengan pemilik modal, seperti keluarga Thohir. Hal ini tak lepas karena fakta bahwa Kaesang kini duduk sebagai Direktur Utama klub sepak bola Persis Solo, dan Mahendra Agakhan Thohir, anak dari Erick Thohir yang duduk sebagai Presiden Komisaris.
Tentu secara kapital Kaesang sudah di atas angin bukan?
Ketiga, Platform Media dan Relasi Influencer
Dalam demokrasi Indonesia hari ini, popularitas adalah poin penting yang harus dimiliki. Dan Kaesang sudah memiliki itu.
Jika menengok akun Instagramnya, @kaesangp, sudah memiliki pengikut sebanyak 3,2 juta. Lalu kanal Youtube Kaesang Pangarep by GK Hebat telah memiliki subscribe sebanyak 1,81 juta.
Lewat modal tersebut, tentu akan sangat mudah bagi Kaesang untuk membagikan program-program andalannya jika ia dipercaya sebagai Wali Kota Depok. Bukan begitu saudara-saudara? Hehe.
Kaesang juga punya modal penting yang tidak semua kandidat pemimpin miliki. Modal itu adalah relasi dengan para influencer atau pesohor negeri dengan popularitas tinggi. Sebut saja Raffi Ahmad, Baim Wong, Atta Halilintar.
Apabila relasi ini dimanfaatkan dengan maksimal, yakinlah Kaesang akan mendarat mulus di kursi Depok Satu. Eits, tapi Kaesang jangan terlena. Belajarlah dari pengalaman Andre Taulany si Komandan Kantor Lapor Pak, meski sudah mengerahkan Dalang dan Wayang dari Opera Van Java untuk berkampanye, tapi nyatanya ia pun belum bisa duduk di kursi nomor dua Tangerang Selatan.
Tentu majunya Kaesang dalam Pilkada 2024 mendatang masih jadi pro-kontra di publik. Tapi jika Kaesang benar-benar maju dalam Pilkada mendatang, apakah dengan tiga modal tadi sudah cukup untuk memuluskan langkah Kaesang, atau justru harus ditambah dengan modal lainnya? Silakan berpendapat.[T]