“Anugrah itu di tangan Tuhan diberikan kepada orang yang disukainya”—Qs. Ali Imran ayat 73.
APA YANG bisa kita syukuri ketika kita masih diberi pandangan yang baik untuk bisa melihat, telinga yang utuh dan bisa mendengar, hidung sebagai pengendus, lidah dengan bibir serta gigi, mulut yang membuat kita bicara, berkata-kata sebagai manusia dengan kesempurnaannya—yang menjadikan tolok ukur ketampanan dan kecantikan. Meski tidak sama, tapi di sinilah semestinya bisa menghayatinya.
Kelengkapan kepala serta isinya tentu akan menjadi lebih sempurna jika pikirannya menjadi lebih kreatif saat kemampuan melihat, mendengar, mencium, bicara sebagai senjata untuk menghayati peristiwa apa yang dihadapi atau dirasakan.
Sebagai manusia, kita selalu dihadapkan pada siapa dan pada apa saja. Pertemuan demi pertemuan akan memberikan jejak-jejak ingatan; ada pertemuan hanya sekadar, ada pertemuan yang lebih dari sekadar pertemuan.
Pertemuan tentu memiliki cerita tersendiri jika itu memiliki kesan baik atau buruk. Tapi, tidak semua pertemuan tak berkesan baik bisa disebut buruk. Bisa saja hanya sekadar efek mengejutkan untuk kita terus ingin mencari tahu atau memelajarinya.
Sebuah pertemuan sekali itu selalu memberi citraan baik. Pertemuan bebebrapa kali akan memberikan kehangatan lain. Pertemuan berkali-kali itu akan menjadi intensitas pertemuan yang terkadang mempengaruhi moody kita.
***
Pertemuan sangat memungkinkan itu bisa terjadi pada siapa saja. Sebab pertemuan akan membawa dampaknya pada masing-masing orang yang bisa dan mampu merasakan.
Jika diri ingin mencari kejahatan, maka diri akan didekatkan pada hal-hal yang bisa saja membuatmu bertindak jahat. Jika diri ingin menemukan hal-hal baik, sekalipun dilingkungan atau lingkaran kita diikuti orang jahat, maka kita kan tetap berusaha berbuat baik. Untuk terhindar dari perbuatan jahat bahkan sekadar ikut-ikutan pun tidak.
Pentingnya pertemuan bukan hanya sekadar bertemu, bersalaman dan mengobrol, tapi pentingnya menjalin energi bagi tubuh kita.
Pertemuan bukan hanya sekadar beruntung bertemu. Itu tergantung bagaimana memaknai pertemuan. Pertemuan itu seperti menjalin napas baru dengan merasakan, menghayati kehidupan.
Ketika itu diserap dan diresapi, maka pertemuan itu akan membekas. Unsur-unsur napas yang dirasakan bisa saja meliputi jiwa sukma serta unsur-unsur tak terlihat, sebab itu bisa dirasakannya dalam batin.
Setiap pertemuan dengan hal-hal yang baru itu anugrah, sebab pertemuan itu seperti menemukan umur yang panjang.
Dari segala kebaikan yang ditawarkan di sana, kita bisa memetik banyak hal.
Semisal, ilmu tidak begitu saja bisa ditemukan dan juga diterima. Tapi itu dimulai dari sebuah proses pencarian dari penglihatan; pencarian dari pendengaran; dari penciuman; juga dari yang diucapkan atau diungkapkan.
Pertemuan manusia dari gelap dan terang akan menemukan segala laku yang nantinya bisa kita kenali. Siapa diri kita?
Pertemuan memberikan hal yang berdampak pada perkembangan pikiran, perkembangan hati, agar kita menjadi sedikit lebih manusiawi.
Jika mengingat yang pernah di ungkapkan Rene Decartes yang menyatakan COGITO ERGO SUM: bahwa aku berpikir maka aku ada.
Dalam pemikiran filsuf itu, keberadaan manusia ditentukan karena pemikirannya atau apa yang dipikirkan.
Maka dari itu, setiap pertemuan yang penting dan mengajak kita berpikir lebih baik, itu sebagai penanda penting manusia. Pada hakikatnya adalah kemampuan berpikir itu sendiri.
Untuk itu, jika pertemuan dianggap bermutu dan menarik—seperti halnya kita yang diciptakan sempurna sebagai manusia ingin dianggap manusia(wi)—hendaklah berpikir.
***
Sebagai manusia kita didorong untuk memaksimalkan potensi akal yang diberikan tanpa meniadakan keberadaan Tuhan.
Apakah setiap adanya pertemuan kita hanya mendengar dan mengabaikan, tanpa juga ikut memikirkan. Menjadi masalah jika ada orang dalam pertemuan itu tak berpikir, apakah diri kita merasa tidak berpikir?
Hakikat manusia memang sebagai manusia individu, tetapi keberadaannya juga terentang oleh kodrat yang lain, yakni sebagai makhluk sosial.
Karena adanya pertemuan, jangan anggap itu tak berarti. Pertemuan yang berkali-kali berarti kemungkinan, bagian, cara penyempurnaan yang datang dari keinginan dalam pikiran, atau juga dari hati kecil yang akan membuatnya berkembang.
Setiap yang berkembang selalu akan memberikan kemudahan-kemudahan. Bila itu satu pertanda baik, bisa jadi itu sebuah anugrah.[T]