ADA KABAR BAHAGIA, Ndul, belakangan ini, beberapa kampus, melaksanakan wisuda untuk mahasiswa yang telah menyelesaikan tugas akhir. Wisudawan dan wisudawati dengan berbekal optimis dan semangat yang luar biasa, mereka menuntaskan jenjang pendidikan yang mereka inginkan. Menurutmu, mereka luar biasa tidak, Ndul?
Jadi ingat dengan dirimu, Ndul, apa kabar tugas akhirmu, bisa diamankan? Dosen pembimbing bagaimana? Buku referensi, di perpustakaan, ada? Atau dirimu memang lagi sibuk, atau tugas akhirmu bukan menjadi prioritas ya? Duh, lupa, dirimu tidak suka ditanyai tentang tugas akhir ya. Haha, maaf Ndul, santai, santai.
Aku heran dengan dirimu, Ndul, mengapa dirimu seolah marah, jika mendapat pertanyaan itu? Pertanyaan itu, menurut ku, pertanda kepedulian lhooo. Pertanyaan itu akan selalu ditanyakan, Ndul, sampai dirimu menuntaskan.
Bisa jadi, orang-orang tidak peduli dengan prosesmu mengerjakan dan bagaimana perasaanmu saat mendapatkan pertanyaan itu. Tapi yang pasti, mereka hanya butuh jawaban, kenapa dirimu malah meresponnya dengan perasaan seolah marah, gak asik banget! Wisuda, bisa jadi topik yang paling terlihat dengan fasemu saat ini, Ndul.
Saranku, jawab saja seperlunya, Ndul, tidak usah menggunakan ekspresi seolah marah. Toh, dirimu tidak ingin, pertemanan jadi berjarak, gara-gara responmu begitu kan? Apalagi kalo yang tanya adalah orang tuamu, saudara mu, keluarga besarmu, hayoo? Mau mengeluarkan ekspresi seolah marah sama mereka juga, Ndul? Asikin ajalah, Ndul, itu salah satu bukti kepedulian mereka.
Dirimu tahu kan, Ndul, bagaimana lika-liku-lukanya mahasiswa yang sedang berusaha menyelesaikan tugas akhir, banyak drama pastinya. Misalnya, pas masih semangat garap, ditinggal pergi ke luar negeri sama pembimbing. Minta bimbingan malah slow respon. Jarak rumah dengan kampus jauh, sampai di kampus pembimbingnya rapat.
Apalagi kalo dirimu mahasiswa semester tua, dirimu tidak ada teman yang bersama dengan mu, Ndul, apa-apa sendiri, yang ada bareng sama mahasiswa baru, bersama mereka aja kalo dirimu tidak gengsi. Tentu, cerita ‘drama’ yang lain masih banyak, Ndul.
Makanya, Ndul, saat tugas akhir selesai, ada ucapan terima kasih di lembar tugas akhir. Ada nama Tuhan, orang tua, almamater, teman seangkatan, kalo punya ayang, ada nama ayang, semua yang berjasa, dicantumkan. Tapi terkadang lupa lhoo, Ndul, tidak mencantumkan terima kasih untuk diri sendiri, kenapa ya, Ndul?
Padahal, diri sendiri juga berjasa lhoo, kata orang pintar, ‘musuh terberat adalah diri sendiri’. Kalo dibilang sibuk, tidak cuma dirimu lhoo, Ndul, semua orang juga sedang sibuk, banyak aktifitas, tapi mana yang diprioritaskan, gitu kan, Ndul? Akhirnya, menempatkan skala prioritas menjadi penting, Ndul. Dirimu menempatkan tugas akhir menjadi prioritas nomor berapa?
Nah, makanya Ndul, seperti yang aku katakan tadi, mahasiswa yang sudah sampai tahapan wisuda, mereka itu, luar biasa hebatnya, Ndul. Kadang, dengan perasaan suka citanya, satu keluarga ikut datang di acara wisuda. Bahkan ada yang satu kampung ikut datang, merayakan, semesta sedang berbahagia, Ndul.
Menurutku, mahasiswa diwisuda adalah kabar bahagia bagi siapapun. Meskipun esok lusa ijazah mereka gunakan atau tidak, yang jelas mereka telah menuntaskan amanah dari orang tua dan menggenapkan satu tahap dari jenjang pendidikan mereka. Mari kita ucapkan selamat kepada wisudawan dan wisudawati, Ndul. Semoga, mereka mampu menggenapkan puzzle perubahan untuk agama, bangsa dan negara kearah yang lebih baik, ya Ndul.
Untuk dirimu, Ndul, sebentar lagi, dirimu akan menyusul mereka, aku yakin itu, kapan waktunya, itu tugas dirimu yang menentukan. Aku percaya sepenuhnya padamu, dirimu akan menuntaskan, betul begitu, Ndul? [T]