DENPASAR | TATKALA.CO — Tokoh pegiat budaya, sastra dan agama Ida Bagus Agastia dan I Gede Sura menerima penghargaan Bali Kerthi Nugraha Mahottama. Gubernur Bali Wayan Koster menyerahkan penghargaan kepada dua tokoh tersebut dalam acara penutupan Bulan Bahasa Bali ke-5, di Gedung Ksirarnawa, Selasa (27/2).
Dua tokoh ini dianggap berjasa dalam bidang pelestarian pengembangan bahasa, aksara dan sastra Bali. Penghargaan berupa lencana emas dan hadiah uang masing- masing Rp. 100 juta.
Ketua Tim Penilai Bali Kerthi Nugraha Mahottama I Gde Nala Antara mengungkapkan, proses pemilihan penerima Bali Kerthi Nugraha tahun ini telah melalui seleksi yang ditetapkan panitia.
“ Setiap tahun pengajuan dilakukan oleh kabupaten kota, lembaga terkait majelis budaya Bali, lembaga bahasa, perguruan tinggi untuk mengajukan tokoh pelestari aksara, basa dan sastra Bali,” kata Gde Nala.
Tim penilai berjumlah 7 orang telah mencocokkan data sesuai kriteria, menilai kelayakan, senioritas, pengabdian, tidak sebatas pelestarian, pembina melainkan pengabdian terhadap karya sastra. “ Mereka yang layak itu, masih hidup, ada karya, pengungkapan nilai- nilai sastra Bali dalam artian luas,” ucapnga.
Akhirnya tim penilai menetapkan dua orang tokoh Bali yang dinilai layak menerima penghargaan adalah Drs. I B Gede Agastia dan Drs. I Gede Sura, M.Si. kedua tokoh ini telah mengabdikan diri dan sangat berjasa, dalam melestarikan, mengembangkan aksara, basa dan sastra Bali.
“ Nominasi tokoh yang ditetapkan dan dipilih merupakan hasil yang dilakukan penilaian secara independen tidak ada campur pihak manapun. Kami akhirnya menetapkan kedua tokoh tersebut, dari segi senior, pengabdian sangat tinggi dan sangat layak,” tegasnya.
Kepala Dinas Kebudayaan Propinsi Bali Prof. Dr. I Gde Arya Sugiartha mengungkapkan penghargaan Bali Kerthi Nugraha Mahottama ini diberikan kepada para tokoh yang berjasa di bidang aksara, bahasa dan sastra Bali. “ tahun ini yang mendapatkan adalah dua tokoh bapak IB Agastia dan bapak I Gede Sura, beliau adalah sastrawan, budayawan yang kiprahnya cukup panjang dan berjasa banyak terhadap pelestarian, pengembangan aksara, basa dan sastra Bali,” kata Prof. Arya.
I Gede Sura berpesan agar pelestarian aksara, bahasa dan sastra senantiasa dijaga dikembangkan. “ mempelajari bahasa Bali tidaklah sulit, lebih sulit bahasa Inggri dan Jerman,” kata sastrawan senior itu.
Sementara IB Agastia mengingatkan kekuatan ilmu pengetahuan adalah aksara itu sendiri. “ Kita sangat kaya dengan lontar, itu perekam data penting, kaya bahasa, sastra dan aksara, ingat kedalaman pikiran, ada pada ujung pisau ( muntik) yang tajam itu, jadi pikiran kita tajam seperti itu,” pesan Agastia dalam video yang ditayangkan saat penutupan Bulan Bahasa Bali ke -5. [T][Pan]