MINGGU SIANG ITU, di GOR Praja Raksaka Kepaon, saya bersama teman-teman anggota klub tenis Pelti Jembrana sedang berlatih tanding melawan klub lokal yang kebanyakan adalah anggota TNI yang berdinas di kota Denpasar.
Tanpa disangka saya bertemu pelatih tenis anak-anak saya yang saya tahu putrinya adalah seorang atlet tenis tingkat kabupaten.
“Ngapain di sini, Pak Dayat, memangnya Anggik ikut latih tanding ?” tanya saya penasaran.
Pak Dayat itu teman saya yang saya ceritakan di awal. Dan Anggik adalah panggilan saya terhadap anaknya yang memang pemain tenis.
“Nggak, Pak Dokter, saya mau nonton kejuaraan tenis di Sanur, katanya Ayu Fani ikut nanti, dia kan turun juga di tenis Porprov yang diadakan di Sinngaraja, “ sahut Pak Dayat menjelaskan.
“Ayu Fani Damayanti, petenis legendaris Bali itu?” tanya saya memastikan.
“Ya benar, Pak Dokter !“ kata Pak Dayat meyakinkan.
Itulah awal mulanya saya mantapkan hati untuk dapat melihat kiprah sang legenda Ayu Fani Damayanti di ajang Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Bali XV tahun 2022, yang kebetulan untuk cabang olahraga tenis dilaksanakan di kota Singaraja. Tempatnya di Lapangan Bhuwana Patra dan lapangan tertutup kampus Undiksha di Desa Jineng Dalem.
Sekilas tentang Sosok Ayu Fani Damayanti bisa saya tulis sedikit. Ia mantan atlet tenis nasional beberapa dekade yang lalu. Orang tuanya dari Desa Yeh Embang, Jembrana, namun menetap di Kota Denpasar.
Sejak kecil dilatih dan diantar oleh bapaknya mengikuti turnamen tenis sampai ke luar Bali. Sering mewakili Bali dalam ajang PON, dan puncak kariernya sempat membela nama Indonesia di ajang Sea Games.
Saat ini usianya 33 tahun. Jadi bisa saya bayangkan dia memulai karier tenisnya di tingkat propinsi sejak usia belasan tahun.
Sabtu siang seusai jam kantor saya memacu kendaraan menuju Desa Jineng Dalem. Dari jadwal yang saya peroleh lewat seorang sahabat sesama penggemar tenis, hari itu bertemu tim beregu putri tenis Badung yang diperkuat Ayu Fani, melawan tim Jembrana yang diperkuat oleh anak pelatih tenis saya, seperti yang saya ceritakan di awal tulisan ini.
Saya datang terlambat. Saat saya sampai, pertandingan sudah berakhir dengan kemenangan telak Ayu Fani 6-0, 6-0. Lengkap sudah penderitan saya siang itu, tak dapat melihat penampilan Ayu Fani dan tim yang saya dukung, yakni Jembrana yang dikalahkan oleh tim beregu putri Kabupaten Badung.
Sekadar untuk bisa melihat permainan Ayu Fani, saya terpaksa menginap di kost-an keponakan di Kaliuntu, Singaraja. Karena hari Minggu akan digelar partai final beregu putri antara tim Kabupaten Badung melawan tim tuan rumah Buleleng.
Ayu Fani bermain dalam dua laga, tunggal pertama dan laga pamungkas di ganda, partai penentuan. Di partai tunggal melawan andalan tuan rumah Desak Anggun Monika, pertandingan berlangsung seru. Pertandingan berlangsung dalam tiga set sebelum kemenangan menjadi milik Ayu Fani. Dan di partai penentuan , karena partai kedua petenis Buleleng Komang Gina Kusuma Dewi menyudahi perlawanan wakil Badung dalam dua set langsung.
Partai terakhir berlangsung anti klimaks unuk tuan rumah. Tanpa perlawanan berarti Ayu Fani yang berpasangan dengan Sri Maryati mengalahkan dua bersaudara andalan Buleleng, Desak Monika dan Desak Cantika dalam dua set langsung.
Dari kedua laga itu saya melihat faktor pengalaman dan ketenangan bermain dari Ayu Fani khususnya, sangat berperan dalam meredam agresifitas dan kecepatan wakil Buleleng.
Dan inilah akhir dari cabang beregu tenis putri, medali emas menjadi milik tim Badung. Melengkapi raihan medali emas tim putranya yang telah diraih lebih dulu.
Tetapi kiprah Ayu Fani belum berakhir. Masih ada cabang perseorangan yang menyisakan 5 medali emas untuk diperebutkan oleh semua kontingen. Dan untuk perseorangna ini, Ayu Fani cukup tahu diri, atau karena regulasi saya kurang tahu persis.
Dia cuma turun di dua nomor, yaitu ganda putri dan ganda campuran, tanpa ikut partai tunggal. Barangkali dia ingin menghemat tenaga, setelah melihat kiprah agessif dari dua wakil Buleleng, Desak Monika dan Komang Gina di babak beregu, dan juga kembalinya permainan sang juara bertahan Anggi Dwi Hidayati wakil Jembrana.
Singkat cerita, ternyata ini adalah pilihan yang sangat masuk akal dan penuh perhitungan. Setelah melewati babak penyisihan Ayu Fani melangkah dengan mudah untuk menuju partai final. Berpasangan dengan Sri Maryati di ganda putri dan Bagas Khrisnamurti di ganda campuarn, Ayu melaju ke partai final yang digelar di hari Rabu.
Dan sangat kebetulan sekali lawannya pun keduanya adalah wakil tuan rumah Buleleng. Pesta pembalasan yang sempurna sudah disiapkan kubu tuan rumah untuk musuh bebuyutan tim Badung. Untuk ganda putri, Ayu cs ditunggu kembali oleh lawan yang mereka kalahkan di beregu, Monika dan Cantika, dan kita tak terlalu berharap banyak pada laga ini.
Yang menjadi harapan besar Buleleng untuk menghentikan kiprah Ayu Fani adalah di partai ganda campuran, dimana Buleleng akan diwakili oleh pasangan andalan duo Komang, yaitu Komang Gina Kusuma Dewi dan jagoan Buwana Patra, putra pelatih kawakan Pak Komang Kobok yaitu Komang Suma Indrawan.
Seperti prediksi semua yang hadir, partai ganda puti menjadi ulangan laga beregu 3 hari sebelumnya. Sempat mengimbangi di awal laga, duo bersaudara Monika dan Cantika kalah dua set langsung.
Partai ganda campuran berlangsung sangat seru. Ketenangan dan pengalaman Ayu Fani dilawan kencangnya pukulan Komang Indra, dan uletnya permainan Komang Gina. Semua mata penggemar tenis yang memadati Lapangan Buwana Patra siang itu pasti terpuaskan. Laga yang sempat diundur setengah jam itu, karena hujan tiba tiba mengguyur kota singarja, berlangsung seru.
Kejar kejaran angka terjadi. Dan setelah berlangsung selama satu setengah jam, laga dimenangi pasangan Ayu Fani dan Sri Maryati dalam dua set yang ketat, lewat perpanjangan (tie break ) 7-6, 7-6 untuk keunggulan wakil Badung.
Kontradiksi terjadi. Peluk cium di kubu Badung, dan wajah kecewa pendukung tuan rumah.
Secara total di perseorangan, tim Badung meraih 2 emas, Buleleng 2 emas dan Gianyar 1 emas di nomor ganda putra yang diwakili duet kawakan Nyoman Laba dan Primadana.
Berakhir sudah puncak kejuaraan tenis tingkat propinsi pada ajang Porprov Bali tahun 2022 ini, dan ajang berikutnya akan dilaksanakan di Kabupaten Badung. Kita tunggu apakah Ayu Fani masih akan tetap turun di ajang tersebut.
Terjadi dilema di hati saya. Rasa terpuaskan melihat kiprah Ayu Fani yang selama ini hanya saya baca di koran atau dengar cerita sesama penggemar tenis saja. Di sisi lain saya menyesali kekalahan wakil wakil generasi muda petenis putri kita, baik dari Buleleng, Jembrana maupun kabupaten lain yang tak mampu mengalahkan seniornya itu.
Terlepas apapun motivasi Ayu Fani turun lagi di ajang sekelas Porprov ini, tak usah diperdebatkan sepanjang aturan memenuhi. Sebaiknyalah para petenis yang lebih muda bisa meniru etos kerja, cara bermain dan ketenangan yang ditunjukkan Ayu Fani sepanjang turnamen.
Akhir kata, dalam hati terkecil sebenarnya saya selalu berharap Ayu Fani bisa dikalahkan, apalagi oleh wakil Buleleng, daerah kelaahiran saya. Seandainya ada yang mengajak saya taruhan uang, pasti saya bertaruh untuk lawan Ayu Fani. Dan akhirnya saya akan pulang ke rumah di gunung dengan dompet kosong.
Syukurlah tak ada yang mengajak bertaruh.[T]