Ada satu varietas buah alpukat lokal yang unggul di Desa Madenan, Kecamatan Tejakula, Buleleng, Bali. Alpukat itu biasa disebut sebagai alpukat Van Jelbo. Ini alpukat terkenal karena berbeda dengan alpukat lain yang tumbuh di tempat lain.
Ciri yang paling khas ialah, ketika matang, buah alpukat ini masih sangat kuat dan tidak jatuh dari pohonnya. Daging buah berwarna kuning keemasan, tidak berserat, tentunya legit. Saat muda buahnya berwarna hijau, dan saat matang buahnya berwarna ungu.
Cerita dari warga lokal, alpukat itu kerap dipesan oleh restoran jepang di wilayah Bali Selatan. Di restoran itu, alpukat menjadi pelengkap menu makanan sushi.
Kenapa namanya alpukat Van Jelbo? Tidak ada yang benar-benar tahu riwayat nama itu. Namun dari dugaan petani, alpukat itu awalnya ditanam oleh Pan Jelbo (dalam Bahasa Indonesia artinya Pak Jelbo). Namun taka da yang benar-benar tahu juga siapa Pan Jelbo itu.
Alpukat Van Jelbo dari Desa Madenan
Pokoknya, ketika menyebut nama alpukat Van Jelbo, para petani buah di Desa Madenan akan menunjukkan buah alpukat unggul sesuai dengan ciri-ciri keunggulan; Daging buah berwarna kuning keemasan, tidak berserat, tentunya legit.
Alpukat itu bisa dikata sebagai buah yang yang paling dicari di Desa Madenan dan memang banyak ditanam warga di desa itu. Pohon alpukat tumbuh subur di Desa Madenan. Pohon alpukat bisa dengan gampang ditemukan di sela-sela pohon durian di kawasan perkebunan penduduk, selain juga di sela tanaman cengkeh.
Made Sudiardika yang biasa dipanggil dengan nama Pak Slamat adalah salah satu petani dan pengembang varietas lokal alpukat Van Jelbo.
“Ini alpukat premium 1.2.3,” kata Pak Slamat ketika saya bertemu dia di kebunnya. Angka 1,2, 3, artinya sekilonya bisa hanya terdiri dari 1 atau 2 atau 3 buah.
Menurut Pak Slamat, selain menanam ia juga melakukan pembibitan alpukat van jelbo. Pohon miliknya sudah memberi hasil banyak. Satu pohon alpukat Van Jelbo miliknya bisa menghasilkan 3 kuintal.
“Hari ini masih kita sebarkan bibitnya ke warga madenan dan 5 tahun ke depan kita sudah siap untuk memenuhi pasar alpukat Van Jelbo ini,” kata Pak Slamat.
Kualitas tentu harus berbanding lurus dengan harga. Ini terbukti, ketika harga sudah sangat anjlok, alpukat Van Jelbo masih berada di pasaran Rp. 26.000 per kilogram.
“Hari ini ada ratusan pohon, dan akan tetus bertambah,” kata Pak Slamat.
Pohon alpukat Van Jelbo di Desa Madenan
Sejumlah supplier buah alpukat sudah mulai datang ke Desa Madenan, namun petani, termasuk Pak Slamat, tak mau grasa-grusu menjual buah alpukat itu jika memang belum waktunya dijual. “Kita harus menjaga kualitas,” kata Pak Slamat.
Kebetulan anak Pak Slamat bekerja di sebuah retoran jepang di Canggu, Badung. Sushi, masakan jepang, sebagai menu utama, selalu menggunakan alpukat dalam gulungannya.
Ketika alpukat Van Jelbo di bawa oleh anakya ke restoran itu, semenjak itulah pemilik restoran tidak mau beralih dari Van Jelbo. Van Jelbo juga sudah diwacanakan untuk dipatenkan secara resmi sebagai buah lokal dari Desa Madenan
Desa Madenan memang istimewa. Ada durian kiraja, mantun, ayam petarung, sampai Van Jelbo. Percaya kan kawasan Kecamatan Tejakula itu kaya raya tanahnya? Alpukat Van Jelbo menjawabnya. [T]