Kurikulum merupakan instrumen penting yang berkontribusi untuk menciptakan pembelajaran yang inklusif. Inklusif tidak hanya tentang menerima peserta didik dengan kebutuhan khusus. Tetapi, inklusif artinya satuan pendidikan mampu menyelenggarakan iklim pembelajaran yang menerima dan menghargai perbedaan, baik perbedaan sosial, budaya, agama, dan suku bangsa. Pembelajaran yang menerima bagaimanapun fisik, agama, dan identitas para peserta didiknya.
Dalam kurikulum, inklusi dapat tercermin melalui penerapan profil pelajar Pancasila misalnya dari dimensi kebinekaan global dan akhlak kepada manusia (Buku Saku Tanya Jawab Kurikulum Merdeka).
Siswa dalam pembelajaran diharapkan mengimplementasikan kebinekaan global. Bentuk implementasi tersebut berupa menghargai baik perbedaan sosial, budaya, agama, dan suku bangsa.
Kemajemukan itu merupakan keunggulan negara kita dan bukan merupakan kelemahan. Malah sebaliknya, kemajemukan itu merupakan kekuatan bangsa Indonesia. Persatuan dalam perbedaan merupakan bentuk realisasi penghargaan terhadap perbedaan itu. Kemajemukan itu dikenali sehingga siswa dapat menemukan nilai-nilai kemajemukan itu.
Kebinekaan global memang sangat ungen dibumikan. Usaha untuk memecah belah dapat diatasi sedini mungkin. Paham radikalisme sudah masuk dan menyusup ke lembaga-lembaga pendidikan. Jika generasi muda sudah tersusupi dengan paham radikalisme maka perhargaan terhadap kemajemukan itu pasti akan sirna.
Nilai-nilai Pancasila akan tercerabut dari ibu pertiwi. Identitas bangsa tentu akan berubah. Dapat diprediksi bahwa perpecahan antar agama dan suku dengan menganggap suku dan agama tertentu lebih baik dibandingkan dengan suku dan agama yang lain. Identitas suku dan agama dijadikan sebagai alat untuk memecah belah persatuan.
Pemahaman dan perhargaan terhadap kebinekaan global bertujuan untuk menggugah rasa persaudaraan di kalangan siswa. Siswa diharapakan tetap berpikiran terbuka dalam berinteraksi dengan budaya lain sehingga menumbuhkan rasa saling menghargai dan kemungkinan terbentuknya budaya baru yang positif dan tidak bertentangan dengan budaya luhur bangsa.
Elemen kunci dari berkebinekaan global meliputi mengenal dan menghargai budaya, kemampuan komunikasi interkultural dalam berinteraksi dengan sesama, dan refleksi dan tanggung jawab terhadap pengalaman kebinekaan.
Disamping memahami dan menghargai kebinekaan global, siswa diharapkan memahami dan menumbuhkan akhlak kepada manusia. Keputusan Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Nomor 009/H/KR/2022 tentang Dimensi, Elemen, dan Subelemen Profil Pelajar Pancasila pada Kurikulum Merdeka khususnya elemen akhlak kepada manusia disebutkan bahwa sebagai anggota masyarakat, Pelajar Pancasila menyadari bahwa semua manusia setara di hadapan Tuhan.
Akhlak mulianya bukan hanya tercermin dalam rasa sayangnya pada diri sendiri tetapi juga dalam budi luhurnya pada sesama manusia. Dengan demikian, Pelajar Pancasila mengutamakan persamaan dan kemanusiaan di atas perbedaan serta menghargai perbedaan yang ada dengan orang lain. Dia mengidentifikasi persamaan dan menjadikannya sebagai pemersatu ketika ada perdebatan atau konflik. Siswa juga mendengarkan dengan baik pendapat yang berbeda dari pendapatnya, menghargainya, dan menganalisisnya secara kritis tanpa memaksakan pendapatnya sendiri.
Pelajar Pancasila adalah pelajar yang moderat dalam beragama. Dia menghindari pemahaman keagamaan dan kepercayaan yang eksklusif dan ekstrim, sehingga siswa menolak prasangka buruk, diskriminasi, intoleransi, dan kekerasan terhadap sesama manusia baik karena perbedaan ras, kepercayaan, maupun agama.
Pelajar Pancasila bersusila, bertoleransi dan menghormati penganut agama dan kepercayaan lain. Dia menjaga kerukunan hidup sesama umat beragama, menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing, tidak memberikan label negatif pada penganut agama dan kepercayaan lain dalam bentuk apapun, serta tidak memaksakan agama dan kepercayaannya kepada orang lain.
Pelajar Pancasila juga senantiasa berempati, peduli, murah hati dan welas asih kepada orang lain, terutama mereka yang lemah atau tertindas. Dengan demikian, dia selalu berupaya aktif menolong orang-orang yang membutuhkan dan mencarikan solusi terbaik untuk mendukung keberlangsungan kehidupan mereka. Pelajar Pancasila juga senantiasa mengapresiasi kelebihan orang lain dan mendukung mereka dalam mengembangkan kelebihan itu.[T]