Awal bulan Oktober 2022, saya berkesempatan hadir di Pesta Boneka – Yogjakarta, salah satu festival international teater boneka yang diinisiasi oleh Pappermoon Puppet Theatre.
Selama seminggu saya menyaksikan berbagai narasi, gagasan, bentuk serta keajaiban pentas. Satu hal yang saya garis bawahi-ialah, usai gagasan, narasi disepakati maka terbitlah teknis, ya betul ini soal teknis pemanggungan.
Dengan bekal tontonan tersebut, saya kemudian berkesempatan untuk menulis proses latihan pementasan Danuraga. Satu peristiwa yang pas!
“Sehabis ini kawan-kawan masuk lewat kanan, nanti Wayang Sunar di sana, Guspang sampun aman nggih?” kata Gung Ade Dalang, saat memimpin latihan beberapa waktu lalu di Natya Mandala ISI Denpasar.
Saat itu, 18 Oktober 2022, saya tengah menyaksikan latihan kolaborasi dari 3 kelompok teater boneka, yang secara pribadi saya segani yaitu Wayang Ental, Wayang Sunar dan Pappermoon Puppet Theatre.
Proses latihan Danuraga di Natya Mandala ISI Denpasar | Foto: Dok Tim Dokumentasi Danuaraga
Kolaborasi tiga kelompok teater boneka itu akan pentas dalam Festival Seni Bali Jani IV/2022 di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Bali, Denpasar, Jumat 21 Oktober 2022. Pentasnya bertajuk Teater Tanpa Tepi “Danuraga”, Kolaborasi Lintas Batas antara Papermoon Puppet Theatre, Ental Puppet Theatre dan Sunar Puppet Theatre dengan sutradara I Gusti Made Darma Putra.
[][][]
Dalam latihan itu saya memperhatikan berbagai teknis yang serba rumit-detail-ruwet-pepat-serta penuh ke-wah-an. Bayangkan yah, pembuatan bonekanya saja sudah rimbit, kemudian dimainkan tentu melewati proses latihan, setelah itu mengikuti arahan dramaturgi adegan dan lain sebagainya.
Memang modal pertunjukan wayang atau boneka ini adalah objeknya, berbeda dengan aktor atau penari yang mengandalkan kekuatan tubuhnya. Kali ini objeklah yang harus mendapat energi besar, sementara tubuh puppeteernya “dihilangkan”sementara.
Wayang Ental atau Ental Puppet Theatre memiliki kontruksi dari rotan, tubuh boneka berupa ulatan ental-rapi, ia memiliki satu dimensi yang masih kita rasakan seperti wayang pada umumnya, tapi memiliki tubuh 3 dimensi.
Saat Wayang Ental ini menghadap ke depan, saya yakin anda akan mengalami satu keterkejutan estetika, atau semacam pertanyaan “ini bentuk apa?” namun lamban laun estetika itu melekat sepanjang pementasan, dan akan terbiasa secara logika anatomi.
Wayang Ental dimainkan oleh satu orang puppeteer, namun di beberapa adegan dengan capaian logika tertentu, ia dimainkan oleh 2-3 orang.
Proses latihan Danuraga di Natya Mandala ISI Denpasar | Foto: Dok Tim Dokumentasi Danuaraga
Sementara Wayang Sunar atau Sunar Puppet Theatre, bonekanya lebih tinggi dari puppeteer, terdiri dari rangkaian rangka rotan, ulatan bambu solid, serta instalasi kelistrikan yang jika diperhatikan seperti otot-otot yang menjalar dalam tubuh manusia.
Wayangnya dimainkan oleh 5 orang puppeteer, satu orang membawa 2 tongkat aluminium yang tersambung ke beberapa sendi wayang. Jika boneka ini berjalan, saya melihat pergerakan para pemainnya, yang tampak tak beraturan, tapi memiliki satu estetika tubuh yang sedap di pandang.
Jadi jangan salah, jika nantinya kawan-kawan penonton memiliki dua sajian tontonan yang berjalan hampir bersamaan. Satu tubuh puppeteernya, dua tubuh wayangnya. Saya secara pribadi mengatakan kepada Guspang, founder Wayang Sunar.
“Sepertinya spesialisasi wayang sunar adalah terbang,” kata saya berkelakar.
“Iya bisa jadi ya,” kata Guspang sambil terbahak di tengah latihan.
Dengan konstruksi seperti yang saya ceritakan, Wayang Sunar memiliki satu jangkauan gerak yang tak terduga. Semacam akrobatik teater atau sirkus, tiba-tiba saja melompat, tiba-tiba saja berputar, tiba-tiba saja menyala, tiba-tiba saja terbang.
Permainan rajutan gerakan ini, saya akui memiliki bentangan pemikiran yang panjang, serta upaya eksperimen tubuh yang berulang. Tidak hanya tubuh bonekanya, namun juga tubuh para puppeteer yang harus menyesuaikan dengan berbagai kebutuhan gerak boneka. Jika satu atau dua puppeteer tidak datang saat latihan, alamat sudah, tidak akan menemu “adung” dalam waktu singkat.
Sementara Pappermoon Puppet Theatre membawa dua boneka, yang konstruksinya terbuat dari rotan, dengan mimik wajah khasnya. Permainannya tidak dapat dikata mudah, 1 orang membawa 1 boneka. Satu tangan memainkan kepala, satu tangan lain memainan tangan, dua kaki menjepit kaki boneka.
Kadang juga satu boneka dimainkan oleh 2 orang, dengan pambagian bagian-bagian vital boneka, agar nampak hidup di atas panggung. Pappermoon membawa dua boneka, Kunta dan Oji. Kunta saya tahu, ia sering bersliweran di beranda Instagram saya, saat mengutak atik teater boneka. Jika boleh saya mengatakan, dari 3 kolaborator kita, boneka pappermoonlah yang hampir mendekati bentuk realitas manusia.
Tiga karakteristik ini akan memberikan satu warna pementasan yang baur, dramaturgi setiap adegan tentu memiliki kecermatan dan telisik peristiwa yang penuh pertimbangan.
Proses latihan Danuraga di Natya Mandala ISI Denpasar | Foto: Dok Tim Dokumentasi Danuaraga
Selain kawan-kawan teater boneka, ada juga para penari pendukung, aktor utama, penata lampu, penata audio yang juga dihadapkan dengan berbagai teknis-teknis. Teknis kemudian menjadi penting dalam pementasan Danuraga.
[][][]
Pementasan Danuraga mengisahkan tentang petualangan Putri Tunjung, anak semata wayang dari Raja Kara. Petualangan tersebut hendak mencari Mustika Danuraga, mustika itu merupakan benda bertuah yang diinginkan banyak pihak.
Dalam perjalanannya Putri Tunjung ditemani oleh Manu, sahabatnya. Mereka harus melewati sejumlah wilayah yang asing seperti hutan Entakalana, Zaman Milenium dan Hutan Pendar, mau tidak mau merekapun dihadapkan dengan banyak peristiwa.
Pementasan akan berlangsung pada Festival Bali Jani 2022, Jaladhara Sasmita Danu Kerthi, JUMAT, 21 OKTOBER 2022, 17.00 WITA, @Gedung Krirarnawa Taman Budaya Provinsi Bali.
Mari datang dan saksikan
- Pada tulisan kedua saya akan memberikan sedikit bocoran kisahnya, tapi bedik gen nak kanggoang, yen mekejang bakat satuang, sing nyanan ade nak mebalih.