Hampir setiap hari pemberitaan di media elektronik dan cetak memberitakan kasus kematian atau kasus kriminal. Tak jarang juga beredar viral mengenai kasus perselingkuhan oknum-oknum tertentu. Tahukah kamu perselingkuhan kian hari semakin meningkat jumlah kasusnya.
Tahun 2011 persentase perselingkuhan di Jakarta sebesar 65% sedangkan tahun berikutnya menjadi 70% dan menigkat lagi di tahun 2013 menjadi 75%. Sebanyak 37% perselingkuhan terjadi dengan mantan pacar dan 23% dengan rekan kerja (Sarwono, 2013). Kaum pria yang selingkuh kebanyakan untuk mendapatkan kepuasan nafsu birahi (Singgih, 2006; Watkins & Boon, 2016). Salah satu perselingkuhan adalah cyberaffair. Lalu apa itu cyberaffair?
Menurut Kimberly et al (2000), cyberaffair merupalan suatu tindakan romantis atau hubungan seksual melalui komunikasi online baik berupa chat, games secara interaktif, atau newsgroup. Selingkuh sendiri dapat dibagi menjadi perselingkuhan seksual dan perselingkuhan secara emosional. Tindakan perselingkuhan seksual seperti menggoda dalam melakukan seksual, niat dalam melakukan hubungan seksual dengan orang lain baik secara langsung maupun atau melalui alat elektronik atau melakukan seksual dengan individu lain secara langsung yang bukan pasangannya (Guitar et al, 2017).
Sedangkan perselingkuhan secara emosional seperti menipu pasangan tentang perasaan dirinya dengan orang lain, jatuh cinta dengan orang lain, mendedikasikan dirinya terhdap orang lain, memiliki perasaan romantik kepada orang lain di luar pasangannya (Rinanda & Iis, 2021). Padahal perselingkuhan merupakan alasan terkuat bagi orang-orang untuk terjadi perceraian.
Apa penyebab cyberaffair? 5-12% dari pelaku cyberaffair memiliki tingkat kepuasan hubungan yang rendah, ambivalensi hubungan, dan kecemasan akan keterikatan dengan pasangan utama. Ternyata wanita lebih cenderung dalam menjalankan aktivitas hubungan secara online dalam merepresentasikan ketidaksetiaannya (Wang & Hsiung, 2008). Hal ini sangat mengkhawatirkan ditengah penggunaan internet dan sosial media yang semakin meningkat. Indonesia menjadi pengguna internet pada Januari 2019 sebanyak 150 juta (Social, 2019).
Bahaya cyberaffair terhadap kesehatan terutama dirasakan oleh korbannya seperti mengalami tekanan emosional dan psikologis terhadap adanya perselingkuhan tersebut meliputi kecemasan, penurunan kepercayaan diri dan seksual, serta adanya depresi (Rinanda dan Iis, 2021).
Selain itu pasangan yang diselingkuhi akan mengalami trauma, emosi marah, kecewa, ragu, bahkan depresi pasca trauma. Akan sangat susah memperbaiki kembali hubungan yang diwarnai perselingkuhan (Scott et al, 2013). Untuk pelaku perselingkuhan akan mengalami kesejahteraan yang lebih rendah dari orang lain serta tekanan psikologis.
Korban perselingkuhan (si pria) akan menunjukkan emosi negative yang lebih besar untuk memaafkan pasangannya sedangkan korban perselingkuhan (si wanita) memiliki emosi negatif dan rasa jijik lebih tinggi terhadap penghianat hubungan mereka. Tak ayal banyak yang mengalami perceraian.
Ciri ciri perubahan sikap yang sering terjadi pada perselingkuhan salah satunya seperti merahasiakan sesuatu, bertindak defensif, dan berbohong. Oleh karena besarnya pengaruh perselingkuhan seperti cyberaffair terhadap korban dan pelaku maka sebaiknya untuk jujur dengan pasangan karena setiap kebohongan pasti akan ditutupi dengan kebohongan lainnya.
Akan lebih bijak menggunakan media sosial untuk membantu kehidupan bukan membebani kehidupan. Mungkin bukit yang jauh terlihat indah, namun tidak ada yang sempurna, semuanya hanya terlihat nampak sempurna.[T]