I Gusti Made Darma Putra, S.Sn., M.Sn. adalah seorang dalang yang haus terhadap ilmu pengetahuan, terutama pada pengetahuan seni, dari kuno hingga modern. Maka, ia banyak melakukan penelitian-penelitian untuk memenuhi rasa hausnya terhadap pengetahuan.
Darma Putra adalah putra dari I Gusti Raka Bawa dan Desak Made Sri Adi yang juga seniman dalang asal Banjar Temacun, Desa Adat Kuta, Badung. Sehingga darah pedalangan memang sungguh kental mengalir dalam tubuhnya. Selain menyerap ilmu ia juga kerap membagikan pengetahuannya melalui artikel yang ditulisnya di tatkala.co.
Beberapa tahun ini, Darma Putra yang juga seorang tenaga pengajar non PNS di Prodi Pedalangan ISI Denpasar, dengan begitu setia membolak-balik wayang ental, yakni wayang yang dibaut dengan bahan daun lontar.
Wayang ental ini ia ciptakan sendiri. Dan, wayang ental itulah kemudian menjadi roh, cikal bakal, dan sumber kreatifnya yang kemudian ia angkat dalam penelitian disertasinya saat menjadi mahasiswa S3 Program Studi Seni, ISI Denpasar. Disertasinya itu berjudul “Teater Tanpa Tepi: Refleksi Pengembaraan Diri”.
KLIK untuk baca artikel I Gusti Made Darma Putra:
Sidang ujian promosi doktor yang dipimpin Rektor ISI Denpasar Prof. Dr. I Wayan Kun Adnyana beserta tiga pembimbing serta delapan penguji menyatakan menerima disertasi I Gusti Made Darma Putra serta dinyatakan lulus dengan predikat pujian. Dr. I Gusti Made Darma Putra, S.SN, M.SN, meraih nilai 91,5 ( A) dengan IPK 3, 95.
Dengan diraihnya gelar doktor oleh Darma Putra itu, ISI Denpasar kini telah menelurkan 5 doktor seni sejak dibukanya program S3 di kampus seni satu-satunya di Bali itu.
Teater Tanpa Tepi
Darma Putra mengungkapkan banyak fenomena, kasus, pergulatan ideologi, dan banyak ide-ide baru untuk menyempurnakan sebuah hasil karya seni sebelumnya, yakni karya yang ia buat Wayang Ental Tiga Dimensi.
“Judul karya Teater Tanpa Tepi: Refleksi Pengembaraan Diri merupakan sebuah karya seni yang merespon fenomena kurangnya ‘batasan’ dalam diri masyarakat masa kini. Melihat fenomena tersebut, saya teringat dengan salah satu idiom kearifan lokal Bali yaitu segara tanpa tepi yang mampu menjadi pedoman kehidupan masa kini dan untuk membentuk perilaku manusianya (spiritualisasi jiwa),” terang Darma Putra
Darma Putra memang sudah amat piawi mendalang sejak kecil. Sehingga, suami dari Ni Nyoman Andra Kristina Susanti itu tidaklah begitu kesulitan menerima kemungkinan-kemungkinan baru dalam dunia pewayangan.
Teater Tanpa Tepi merupakan sebuah teater dengan konsep garap baru yang menyajikan multinarasi dengan alur cerita yang saling bersambung serta mengisahkan tentang sebuah sebab dan akibat.
Teater Tanpa Tepi tidak berangkat dari struktur cerita baku namun dari esensi dasar cerita yang dituju sehingga melahirkan nuansa baru seperti penokohan dengan berbagai karakter baru serta alur dan struktur yang terbentuk melalui penjelajahan imajinasi.
Teater Tanpa Tepi memformulasikan untaian kata-kata dari setiap makna serta filosofi yang terkandung dalam idiom kearifan lokal Bali yang di angkat menggunakan penggayaan matutur tembang dengan saling bersautan sebagai interpretasi Ileh yang merupakan salah satu prinsip dasar Teater Tanpa Tepi.
“Terakhir penggunaan lingkungan secara total sebagai panggung dalam Teater Tanpa Tepi sehingga pemain dan penonton tidak memiliki batas dalam menyajian dan menikmati Teater Tanpa Tepi,” kata Darma Putra.
Apresiasi
Promotor, Prof. Dr. I Nyoman Sedana, mengapresiasi lahirnya doktor di Prodi pedalangan ISI Denpasar. Prof. Sedana menyebut sebuah prestasi Prodi Pedalangan ISI Denpasar melahirkan doktor pertama di kampusnya sendiri.
“Pengembangan ilmu di ISI Denpasar harus memberikan kontribusi bagi masyarakat dan negara, kedepan hasil karya Darma Putra seperti Wayang Ental bisa ditampilkan di berbagai tempat baik di dalam negeri maupun luar negeri, “ ujar Prof. Sedana usai sidang berlangsung.
Foto: I Gusti Made Darma Putra usai sidang terbuka untuk meraih gelar doktor di ISI Denpasar
Prof. Sedana yang juga budayawan ini mengingatkan lahirnya karya-karya baru seperti wayang ental agar segera mendapat perlindungi melalui HAKI. Hal ini jangan sampai dikemudia hari ada pengklaiman oleh negara lain.
“Untuk itu, saya berharap kepada Darma Putra untuk segera mendaftarkan Wayang Ental agar memiliki hak cipta, ini penting agar tidak ada pihak lain yang mengklaimnya,” saran Prof. Sedana. [T][Ado/*]