Sebagai anak bungsu dari lima bersaudara, I Wayan Naka lahir dari pasangan Almarhum I Tanja dengan almarhumah Ni Monolan pada tanggal 31 Desember 1958 di Br. Pekandelan, Desa Batuan, Gianyar. Lahir di lingkungan desa seni secara tidak langsung mempengaruhi kehidupannya untuk berkecimpung di dunia olah seni.
I Wayan Naka semasih kecil, selain berkesenian dalam kesehariannya, beliau sudah terbiasa mengikuti orang tuanya untuk menggarap sawah dekat rumahnya. Menginjak remaja beliau lebih intens mengasah dirinya untuk belajar dan menggeluti beberapa kesenian yang berkembang di desanya secara berkelanjutan.
Kematangan dan memegang predikat guru, tidaklah mudah karena beliau melewati proses penempaan yang cukup panjang. Kecakapannya hasil dari berguru kepada sesepuh-sesepuh seni desa Batuan, diantaranya kepada Alm. Dewa Kompyang Pasek dan Alm. I Made Budi belajar tentang gamelan Gambuh, belajar melukis kepada Alm. I Made Budi dan Alm. I Made Bukel. Berkat didikkan guru-gurunya sehingga beliau dapat menguasai seni karawitan, seni lukis, yang ditekunninya sampai sekarang.
Menapaki proses ‘ma-sisya’ tentu hambatan, rintangan pernah dialaminya, namun tidak menyurutkan niatnya untuk belajar di dalam wadah Sekaa Gambuh Mayasari Banjar Pekandelan Batuan, maupun dengan cara mendatangi rumah gurunya. Berkat ketekunannya sehingga mampu menguasai keseluruhan gending-gending Gambuh gaya Batuan. Selain itu, bidang seni karawitan Genggong, gong kebyar, seni sastra, seni lukis, menjadi bagian nafas kesenimannya.
Kini para generasi muda khususnya yang berkecimpung dalam pagambuhan gaya Batuan, selalu diberikan motivasi, tuntunan olehnya dalam hal teknik permainan gamelan Gambuh. Bagi beliau, regenerasi sangatlah penting untuk menjaga kelestarian kesenian Gambuh khususnya, sembari mengingatkan bahwa Dramatari Gambuh telah diakui sebagai warisan budaya tak benda oleh badan dunia Unesco beserta beberapa kesenian lainnya di Bali (Indonesia), seperti tari Rejang, tari Baris Gede,Wayang Wong, Topeng, Joged Pingitan, dan lainnya.
I Wayan Naka menjaga pakem-pakem lagu-lagu, “gegedig” Gambuh Batuan sebagai identitas yang membedakan dengan kesenian Gambuh lainnya di Bali. Jika tidak ada kegiatan pementasan Gambuh, kegiatannya sehari-hari diisi dengan melukis.
Perjalanannya sebagai seniman telah diakui baik dari tingkat daerah, Nasional, maupun internasional. Belahan negara Asia, Eropa, Amerika, Amerika Latin telah dikunjunginya dalam misi kesenian Bali, mengharumkan nama bangsa dan negara. Beliau memiliki banyak murid, serta beberapa kali telah mengikuti pameran lukisan bersama seniman lukis Batuan lainnya. Beberapa kali terlibat sebagai penabuh Sekaa Gong Kebyar Dewasa (GKD) Duta. Kab. Gianyar, diawali dari Duta GKD Gianyar oleh Desa Adat Batuan tahun 1990 silam (Fragmentari Guling).
Kini, dedikasi I Wayan Naka sebagai pembina bidang dramatari Gambuh (gamelan) Desa Batuan Gianyar bersama para sesepuh lainnya. Sekaa-sekaa sebagai tempat beliau mendedikasikan ilmunya diantaranya Sekaa Gambuh Mayasari, Sekaa Gambuh Satriya Lelana, Sekaa Gambuh Sunari Wakya. [T]