Di kawasan Pura Bukit Sinunggal , Desa Tajun, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng, Bali, terdapat kelebutan atau mata air yang jernih dan sejuk. Tepatnya, mata air itu berasal dari Pura Dasar Buana dan Air Tabar.
Sejak lama mata air itu disucikan. Airnya biasa dipakai untuk malukat atau membersihkan diri, memperbersihkan batin, membersihkan hati-nurani. Warga Desa Tajun biasa menggunakan air itu untuk membersihkan diri dari perasaan yang kotor. Misalnya, setelah pulang dari kuburan untuk menghadiri upacara penguburan atau upacara ngaben, warga biasanya membersihkan diri di mata air itu sebelum pulang ke rumah.
Perlahan-lahan, mata air yang digunakan sebagai tempat malukat atau tempat untuk menyucikan diri itu dikenal secara lebih luas. Banyak warga luar Desa Tajun, bahkan datang dari luar Kabupataen Buleleng, ke mata air itu untuk malukat.
Perbekel/Kepala Desa Tajun I Gede Agustawan pun melihat mata air suci itu sebagai potensi yang besar untuk dikembangkan sebagai kawasan wisata spiritual. Pura Bukit Sinunggal sudah sejak lama dikenal sebagai pura besar yang didatangi umat Hindu dari seluruh Bali, dan kini kawasan Pura itu bisa menjadi semakin dikenal dengan adanya tempat palukatan itu.
“Kawasan pura itu akan kami tata, baik dari segi kebersihan pura sampai dengan penataan untuk memperindah kawasan sekitar pura,” kata Agustawan, Kamis, (14/4/2022).
Kawasan suci memang harus ditata dengan berbagai upaya agar tempat itu tempat suci secara niskala, juga suci secara sekala. Misalnya, secara sekala kawasan itu tak boleh kotor, apalagi dipenuhi sampah plastik. Bagaimana hati kita bisa suci dan bersih, jika kawasan tempat malukat tidak bersih.
Untuk itu, tepat yang dilakukan Agustawan, yang melarang warga untuk membawa kemasan plastik ke kawasan itu, agar kawasan tak dikotori sampah plastik.
“Kita akan menata kawasan itu bebas dari sampah plastik, dimana setiap pengunjung atau pemedek dilarang membawa sampah plastik. Itu merupakan upaya menjaga aspek kebersihan dan keindahan,” ucapnya.
Lebih jauh Agustawan membenarkan, kawasan pelukatan di sekitar Pura Bukit Sinunggal, sudah dipercaya oleh masyarakat sekitar sejak dahulu kala sebagai tempat melukat/penyucian ketika datang dari kuburan sebelum pulang ke rumah bila ada orang meninggal.
Selain masyarakat sekitar, tempat pelukatan itu sejak dulu sudah didatangi wisata dari luar desa. Ditambahkan, bagi pemedek yang mau melakukan pelukatan di kawasan itu tidak dipungut biaya. Melainkan, kesadaran dari pemedek itu sendiri untuk melakukan dana punia.
“Kita tidak mematok biaya bagi yang mau melakukan pelukatan. Itu kesadaran dari pemedek yang datang,” ujarnya.[T]