KE MANA KUBAWA LARI
saat membaca
berlembar lembar kisah
di atas bait kehidupan
bersuluh pada hening
dan hingar bingar
yang berputar pada otak,
tak jua kutemukan simpulnya
kemana kubawa lari
beribu lorong pengantar jalan lapang?
suara parau di sekeliling
juga sedu sedan tak mampu berucap
di ujung mata
aroma sesal mengekor di balik bayang
aku terdiam.
menonton lakon hidup
teramat riang
hingga tak kuasa berucap
tertinggal kata-kata
selalu begitu
hidup ini terlalu melankolis
merobek sanubari para pecundang
yang tertinggal oleh panah
melesat bagai busur
apa yang dipertanyakan?
sedang dalam diam hening
yang teramat dalam
tiada pemenang
tiada jumawa
kembali bertanya ke dasar hati
RINDUKU BERGAYUT
kutulis sebait kata pada kertas usang
bertajuk masa lalu
ketika dentingnya tak peduli
pada luapan pijar
melesat bagai anak-anak api
siap menghanguskan waktu
betapa kurindu pulang
ke hamparan savana
dengan aroma bunga terbakar
luruh di pelupuk mata
menuang segelas harapan
gemericik menyentuh kepala
yang kokoh tak bergeming.
hingga kini pun terantuk bagai batu
segala yang berbinar indah
mengintip di kejauhan
raut-raut wajah yang perlahan renta
berbaur dengan sekumpulan nadi
bergerak lamban
menghitung satu satu tapak kaki
yang mungkin saja masih membekas
hingga di ujung cakrawala
rinduku bergayut
pada rupa-rupa keabadian
ENGKAU
kuyakin pasti Engkau mudah temukanku
dalam genggam semesta.
mewarnai wajahku dengan jentik jari-Mu
dengan sekelebat tangan menyilaukan
pandangan lurus di hadapan
adalah gambaran
yang bercerita tentang serat serat terurai begitu saja.
tanpa jeda
tanpa kata
Engkau mencipta ruang
Engkau menghembus titian bianglala
dalam diam Kau menyeruak segala
tak terbantah suka cita
dan tak menawar duka nestapa
dalam diam pun
Engkau meretas lentera redup bersama angan
aku hanyalah noktah
yang berdiri menunggu lembar perjalanan
dari ruang hampa berpeluk seribu kisah
PERJALANAN RUH
semilir angin menerpa
sekumpulan jiwa
yang beringsut dalam kerling.
udara ini tak menjanjikan nafas memburu
ia hanya mengaburkan keheningan yang fana
mengais hamparan pasir di antara jejak kaki para tetua
yang nampak hanya kilatan mata tak berdosa
lahir bertubi tubi
mengaliri nadi dengan petuah penjaga pintu sorga
duhai Lelangit,
akankah Kau datang
diantarkan sahutan petir
dan hujan luruh menghentak pertiwi?
berkelebat wajah-wajah penjaga kelip cahaya
yang mengantarkan generasi berputar bagai bumi
lelahkah Ia menyapa dan memanggil satu-satu
yang terlintas di benak-Nya?
perjalanan ruh selalu membuat rindu