6 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Valentine Ala Bali atau Tumpek Krulut Rasa Valentine?

Putu Suweka Oka SugihartabyPutu Suweka Oka Sugiharta
February 13, 2022
inOpini
Valentine Ala Bali atau Tumpek Krulut Rasa Valentine?

Foto ilustrasi: tatkala.co

Penyataan Gubernur Koster Selasa (8/2/2022) yang intinya mengimbau agar warga Bali lebih memilih merayakan Hari Tumpek Krulut ketimbang Valentine menuai beragam tanggapan di media sosial. Tak kalah, hal ini juga menjadi obrolan di dunia ‘luring’, macam pangkalan Ojol, warung kopi, pasar, dan yang lainnya. Tampaknya petimbangan utama imbauan ini karena Tumpek Krulut adalah budaya Bali, sementara Valentine tidak. 

Sesungguhnya telah semenjak lama sudah beredar artikel maupun berita ringan yang memuat tentang keberadaan Tumpek Krulut. Sejalan dengan pernyataan Gubernur Koster, tulisan-tulisan itu menyebut Tumpek Krulut dapat dijadikan substitusi Valentine.

Meskipun demikian tidak banyak juga umat yang merasa kaget. Barangkali karena sangat banyak tumpek bahkan reahinan Hindu di Bali yang juga bertema kasih sayang, sebut saja tumpek uye kasih sayang kepada binatang, tumpek wariga kasih sayang kepada tumbuh-tumbuhan, nyepi kasih sayang kepada alam, tumpek landep kasih sayang kepada perkakas sehari-hari, dan semacamnya.

Kasih sayang antarsesama manusia bahkan bisa terkandung dalam rerahinan yang lebih banyak lagi. Namanya juga ritual komunal, pastinya memerlukan kerjasama, koordinasi, saling pengertian, dan semacamnya.

Menjadi wajar bila banyak orang yang gerah dengan dampak buruk perayaan kasih sayang yang dianggap terlalu sensual semacam kesalahan memaknai Valentine. Bukan rahasia lagi jika pada hari ini selain cokelat dan bunga yang laris manis, juga alat kontrasepsi beserta kamar short time. Mesti saya tak punya datanya tentu banyak pula seks pranikah, kehamilan yang tidak dikehendaki, hingga pelecehan seksual.

Sebegitu besarnya ‘bahaya’ kekeliruan merayakan Hari Valentine sehingga banyak orang berpikir apabila diganti dengan perayaan Tumpek Krulut yang sakral tentu tidak mungkin ada pelanggaran norma-norma kesusilaan hingga hukum. Sekali lagi ini baru dugaan dari tempat ngobrol. Namun demikian jangan lupa Hari Suci yang lekat dengan ‘suasana malam’ seperti Siwaratripun ditengarai kerap dijadikan ajang berbuat menyimpang oleh kaum remaja.

Bayangkan, para remaja tentu akan diizinkan oleh orangtuanya apabila menyebut hendak sembahyang bersama. Setelahnya siapa yang bisa menjamin jika mereka benar-benar bersembahyang. Apalagi kita tahu bersama jika kaum remaja yang baru memasuki  masa pubertas seringkali berbuat di ‘luar batas’.

Dengan tanpa bermaksud mengecilkan keberadaan kaum remaja yang taat dalam pengendalian diri, kerawanan ini membuat orangtua atau guru serba gamang untuk bersikap. Jika tidak diizinkan untuk pergi, jelas-jelas anaknya akan bersembahyang. Bila diijinkan tidur mereka juga tidak nyenyak. Tidak sedikit pula orangtua yang harus ‘majagra’, berkeliling memastikan keberadaan anak gadisnya dari satu tempat ke tempat lain saat Siwaratri.

Saat majagra bersama di sekolah guru-guru juga ekstra ketat mengawasi anak didiknya dengan seksama, takut kalau-kalau ada yang mojok atau kabur dari sekolah. Mereka juga menghadapi dilema yang tiada berbeda dengan para orangtua siswa. Jika boleh jujur tentu mereka ingin meniadakan kegiatan itu. Namun kembali lagi, pada esensinya kegiatan tersebut adalah suci.

Sesungguhnya bila dicermati beberapa versi sejarah Hari Valentine juga tidaklah terlalu buruk. Malahan versi-versi kisah itu menampakkan citra kesetiaan dan penghargaan kepada cinta sejati. Sebut saja St. Valentine yang dibunuh oleh Kaisar Claudius karena telah menikahkan pasangan kekasih yang saling mencintai secara sembunyi-sembunyi.

Versi berikutnya menyebutkan tokoh ini jatuh cinta kepada seorang gadis, puteri sipir penjara yang diduga juga mencintainya.  Kesetiaan Valentine yang membawa citanya sampai mati semakin membuat kisah ini mashyur. Kendatipun ada juga yang menyebut Valentine sebagai bagian dari ritual kuno berama Lupercalia yang identik dengan seksualitas dan kekerasan.

Sebagai manusia yang beradab tentu kita telah dapat memilih mana nilai-nilai yang dapat diadopsi atau sebaliknya dihindari dari budaya-budaya import. Justeru kita terlihat kurang berwawasan bahkan kurang teguh iman ketika menyebut suatu hal buruk namun ternyata tidak mampu menjelaskan keburukan-keburukannya secara moderat.

Sementara di lain sisi kita juga telah latah meniru tradisi dari luar seperti upacara bendera (bendera pertamakali muncul pada kebudayaan kuno di kawasan Laut Tengah), baris berbaris (pertamakali muncul pada era kekaisaran Romawi), lagu kebangsaan (muncul pertamakali di Belanda dengan judul Wilhemus), dan semacamnya. Bukankah hasil-hasil meniru itu tidak menimbulkan sesuatu yang buruk bahkan menjadi hal yang wajib ketika dikelola dengan arif ?.

Jangan sampai pula kita mentabukan Hari Valentine karena kebobrokan-kebobrokan yang sesungguhnya berasal dari dalam. Kita malah gagal mengadopsi nilai-nilai luhurnya seperti kesetiaan terhadap pasangan maupun sesama serta curiga kepada dampak buruknya saja. Saya jadi ingat kisah orang-orang tua masa tahun 90-an yang melarang anak-anaknya mengkonsumsi apel merah import.

Bibi saya mengatakan apel itu mengandung racun. Beruntung saya sempat memergoki bibi saya tengah sembunyi-sembunyi mengupas apel merah untuk kemudian dimasukkan ke dalam mulutnya. Ketika saya tanyakan kenapa ia boleh memakannya, dengan agak kagok dia menjawab bila kalau sudah dewasa saya baru boleh memakannya.

Ayah saya juga pernah bercerita jika semasa kecil dilarang untuk ngemil gula merah oleh para tetua. Alasannya bisa menyebabkan rambut menjadi berwarna merah. Baik ayah maupun saya sendiri ketika menginjak dewasa barulah sadar jika makanan itu sejatinya tidak berbahaya. Pelarangan dilakukan karena mereka tidak mampu membelinya dalam jumlah banyak. Maksud saya mengutarakan analogi ini agar kita terbebas dari sifat kekanak-kanakan. Mengkambinghitamkan sesuatu karena kelemahan yang lain. Terang kelemahan itu selamanya tidak bisa diperbaiki karena memang sengaja ditedengaling-alingi.

Disamping sedikit berotokrtik, saya juga mengapresiasi pelestarian dan pemaknaan yang benar pada hari-hari raya khas Bali, tidak saja Tumpek Krulut. Apalagi menurut Gubernur Koster hari ini memiliki kadar Tresna Asih tinggi. Bukankah cinta kasih semacam itu yang tengah dibutuhkan dunia kita yang rindu perdamaian, kesetiaan, kepedulian, dan yang lainnya.

Tetapi sekali lagi upaya pelestarian itu harus disertai tindakan yang tidak setengah-setengah. Jika masih setengah-setengah, apalagi hanya untuk pencitraan, tentu bukan pelestarian namanya. Jangan sampai Tumpek Krulut mengalami nasib sama seperti Siwaratri yang kerap ‘dinodai’. Ada yang berdalih Tumpek Krulut tidak isi acara begadang-begadangan, jadi akan jauh lebih terkendali. Namun mereka lupa Valentine juga tidak mengharuskan, toh juga para remaja ‘nakal’ misa-misaang raga membuat acara begadang hingga nginepang.

Maksud saya ketika pemerintah membuat imbauan yang positif, rakyat juga mesti mendukungnya. Kenapa rakyat mesti mendukung? Bisa jadi ini pertanyaan retorik. Tetapi perlu pula saya jawab dengan pendapat: bila merayakan tresna asih tidak diapresiasi lantas mau apa ?.

Dukungan jelas tidak harus selalu eksplisit. Mengkritik dengan mengajukan saran-saran penyempurnaan juga termasuk dukungan. Asalkan tidak ribut-ribut tanpa solusi. Tugas lain dari sinergi rakyat dan pemerintah adalah memformat perayaan itu dengan tepat serta mendetail. Kira-kira bagaimana acara pembukaan, inti, dan penutupnya. Jika ini disebut hari kasih sayang tentu semua orang bahkan setiap makluk membutuhkan kasih sayang. Biar tidak terlalu luas, kita bicarakan manusia dahulu. Manusia ada berbagai tingkatan ada bayi, anak-anak, remaja, dewasa, dan orangtua. Apabila dibicarakan secara ritual akan berbeda lagi, ada walaka murni, ekajati, dan dwijati.

Semua golongan ini mesti dirinci keterlibatannya pada perayaan Tumpek Krulut. Disamping itu mesti dipikirkan cara agar tresna asih ala Tumpek Krulut tidak dicemari birahi buta sebagaimana yang banyak dikhawatirkan dari keliruan merayakan Valentine selama ini, karenanya dinyatakan perlu diganti. Jangan sampai kita sama-sama bingung dan berujar, “Disesuaikan dengan cara masing-masing saja dan toh, pada-pada suba gédé”.[T]

Tags: Hari Valentinekasih sayangTumpek Krulut
Previous Post

Drama Sidha Sidhi Yoga Krama Sanggar Mahasaba | Siasat-siasat untuk Mencari Bentuk

Next Post

Film Indonesia ”Nana” Jadi Nominasi Festival Film Berlinale, Tiket Premier Habis Terjual

Putu Suweka Oka Sugiharta

Putu Suweka Oka Sugiharta

Nama lengkapnya I Putu Suweka Oka Sugiharta, S.Pd.H.,M.Pd.,CH.,CHt. Lahir dan tinggal di Nongan, Rendang, Karangasem. Kini menjadi dosen dan terus melakukan kegiatan menulis di berbagai media

Next Post
Film Indonesia ”Nana” Jadi Nominasi Festival Film Berlinale, Tiket Premier Habis Terjual

Film Indonesia ”Nana” Jadi Nominasi Festival Film Berlinale, Tiket Premier Habis Terjual

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Covid-19 dalam Alam Pikir Religi Nusantara – Catatan Harian Sugi Lanus

    Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Sumbangan Ketut Bimbo pada Bahasa Bali | Ada 19 Paribasa Bali dalam Album “Mebalih Wayang”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kabut Membawa Kenikmatan | Cerpen Ni Made Royani

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tidak Ada Definisi untuk Anak Pertama Saya

by Dewa Rhadea
June 4, 2025
0
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

KADANG saya mencoba menjelaskan kepada orang-orang seperti apa anak pertama saya. Tapi jujur saja, saya tidak tahu bagaimana harus mendefinisikannya....

Read more

The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

by Wulan Dewi Saraswati
June 4, 2025
0
The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

MALAM di taman kuliner Ubud Food Festival sangat menggiurkan. Beberapa orang sudah siap duduk di deretan kursi depan, dan beberapa...

Read more

Susu dan Tinggi Badan Anak

by Gede Eka Subiarta
June 3, 2025
0
Puasa Sehat Ramadan: Menu Apa yang Sebaiknya Dipilih Saat Sahur dan Berbuka?

KALSIUM merupakan mineral utama yang diperlukan untuk pertumbuhan tulang kita, tepatnya untuk pertumbuhan tinggi badan. Kandungan kalsium tertinggi ada pada...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

June 5, 2025
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Buku “Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali” Memperkaya Perspektif Kajian Sastra di Bali
Khas

Buku “Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali” Memperkaya Perspektif Kajian Sastra di Bali

BUKU Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali karya Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt., memperkaya perspektif kajian sastra,...

by tatkala
June 5, 2025
Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas
Khas

Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas

“Kami tahu, tak ada kata maaf yang bisa menghapus kesalahan kami, tak ada air mata yang bisa membasuh keburukan kami,...

by Komang Sujana
June 5, 2025
Kopernik dan Jejak Timor di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Kopernik dan Jejak Timor di Ubud Food Festival 2025

“Hey, do you sell this sauce? How much is it?” tanya seorang turis perempuan, menunjuk botol sambal di meja. “It’s...

by Dede Putra Wiguna
June 5, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [18]: Bau Gosong di “Pantry” Fakultas

June 5, 2025
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co