IGB Weda Sanjaya, penulis sastra Bali modern yang juga seorang guru di SMAN Bali Mandara, meraih Hadiah Sastra Rancage tahun 2022 melalui buku kumpulan cerpen “Punyan Kayu Ane Masaput Poleng di Tegal Pekak Dompu” terbitan Pustaka Ekspresi (2021).
“Bersyukur dan berbangga,” kata Gus Weda (sapaan akrabnya) saat dikirimi ucapan selamat melalui WA usai pengumuman.
Pengumuman Hadiah Sastra Rancage dilangsung Senin, 31 Januari 2022, pukul 10.00—12.00 WIB melalui tautan Zoom dan siaran langsung di kanal Youtube. Penganugerahan Hadiah Sastra Rancage ini merupakan yang ke-34 kali digelar Yayasan Kebudayaan Rancage yang didirikan Ajip Rosidi sebagai bentuk penghargaan terhadap penulis sastra berbahasa daerah di Indonesia.
Di mana Gus Weda mendengarkan pengumuman dan mengetahui dirinya menang?
“Di sekolah, saya mendengarkan pengumuman sambil mengajar,” kata Gus Weda.
Ia mengaku kaget juga saat mengetahui buku kumpulan cerpennya itu terpilih untuk menang, dan menyisihkan 11 buku sastra berbahasa Bali lain yang terbit tahun 2021.
“Saya tidak menyangka bisa tembus karena buku-buku yang lain bagus-bagus, dan ditulis penulis-penulis senior juga,” katanya.
Naskah kumpulan cerpen “Punyan Kayu Ane Masaput Poleng di Tegal Pekak Dompu” ini ia tulis untuk mengikuti lomba penulisan buku Gerip Maurip dari Pustaka Ekspresi pimpinan Made Sugianto tahun 2020-2021. Naskah itu berhasil menjadi pemenang dan langsung diterbitkan oleh penerbit Pustaka Ekspresi.
Cerpen-cerpen dalam buku bercerita tentang kehidupan warga desa dengan segala perubahan-perubahan sosial yang mengikutinya. “Cerita-cerita itu lebih banyak menggambarkan kehidupan masyarakat agraris di kampung saya di Tabanan,” kata Gus Weda.
Saat pengumuman, Dewan Juri yang membacakan pertanggungjawabannya menyatakan bahwa karya-karya sastra berbahasa Bali, baik puisi maupun prosa, menunjukkan kreativitas pengarang Bali dalam merespon situasi sosial, terutama masalah wabah dan pandemi. Tema-tema yang berkaitan degan pandemi muncul dalam karya-karya puisi maupun cerpn.
Tema lain yang muncul dalam karya sastrawan Bali adalah tema instropeksi dengan menghayati nilai tradisi agama dan kearifan lokal. Gaya bahasa sangat kuat ditunjukkan oleh pengarang demi melahirkan karya sastra estitik dan berkualitas.
Untuk pemenang Sastra Sunda, hadiah Sastra Rancage diraih oleh Surachman RM, seorang pengarang senior dari Garut, lewat bukunya yang berjudul “Basa ka Olivia” terbitan Purtaka Jaya (2021). Kemudian untuk sastra Jawa diraih oleh Sriyanti S. Sastroprayitno, melalui buku “Mecaki Wektu”, sastra Batak diraih oleh Ranto Napitupulu lewat buku “Boru Sasada”.
Untuk sastra Banjar diraih oleh Jamal T Suryanata lewat buku “Naga Runting”, dan Hadiah Sastra Rancage untuk sastra Madura diraih Mat Toyu lewat buku berjudul “Ngejung”.
Penghargaan ini diberikan pertama kali tahun 1989 untuk buku sastra Sunda. Pada perkembangan berikutnya, Hadiah Sastra Rancage juga diberikan untuk buku berbahasa daerah lain. Untuk tahun ini, buku-buku sastra daerah yang memenuhi kriteria untuk dinilai berasal dari enam daerah, yakni sastra Sunda, Jawa, Bali, Batak, Banjar, dan Madura. [T/Ole/*]
_____
BACA JUGA: