31 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Puisi-puisi Iyut Fitra | hari tua sebuah kelewang

Iyut FitrabyIyut Fitra
December 5, 2021
inPuisi
Puisi-puisi Iyut Fitra | hari tua sebuah kelewang

Salah satu karya pada pameran seni rupa di Undiksha Singaraja, Januari 2020

hari tua sebuah kelewang

kelewang itu tergeletak di tepi sungai. telah lama
bekas darah di tubuhnya mengering. bahkan ada yang mengeras dan hitam
ia ingin membasuhnya. berharap diri kembali menjadi sediakala
kilat dan berkilau. bersih tak berlunau
tersangkut di dinding. tidak terlibat sengketa dan huru-hara
satu-satunya rindu yang kurawat adalah tentang kedamaian, gumamnya
pada air yang mengalir
tapi sungai di hadapannya tertawa. sinis dan tidak percaya

dengan perih ia ungkit ingatan itu. bila hari telah beranjak malam
rombongan menuju parak-parak tepi sungai. atau sumur di ladang tebu
perintah dengan bermacam isyarat. sergah dalam ragam bahasa
saat itu ia tak sendiri
celurit, parang, badik (dan mungkin pelor) juga telah menunggu
merih-merih pasrah tiada berdaya. merih-merih menanti ajal tiba
lalu di sepanjang sungai mayat-mayat tanpa kepala mengambang
sebagian dengan paras tersenyum. selebihnya mungkin mengumbar dendam
kemudian dari jauh terlihat api berkobar. seolah menyempurnakan sebuah pesta

begitu setiap malam. pada bulan-bulan kelam
ia pergi dan kembali dini hari
kadang tak sempat menyelesaikan airmata
karena mayat-mayat yang mengambang tanpa kepala adalah saudara
atau tetangga
sudah lama aku ingin melupakan. tapi bayangan-bayangan terus mengejar,
isaknya pada hari-hari tersisa yang tak lagi bermakna

kelewang itu tergeletak di tepi sungai. telah lama

mesin ketik

dalam sebuah gudang. di antara kardus-kardus, mainan rusak,
baju usang, dan tumpukan kertas. ia tertimbun kesunyian
melawan dingin dan jaring laba-laba. lama ia tak lagi berketak-ketik
teronggok bagai bangkai-bangkai tak berkutik
telah aku antarkan ribuan kata. bahkan bertimbun-timbun kata
bila arti tak sampai mengapa aku yang dipenjara? ucapnya satu ketika
bersamaan dengan huruf-huruf yang berloncatan. menggelembung di udara
menjelma kias. membentuk sayap-sayap
lalu menerbangkan barisan kalimat menuju bahasa

bahasa yang kemudian menjulur ke jalan-jalan. membangun poster
dan slogan-slogan. adalah kelahiran yang tak pernah ia harapkan
ia ingat satu ketika. sebelum perayaan perpisahan dengan selembar kertas
mereka pernah bersepakat pada sebuah pepatah
lalu menulisnya bersama; yang baik-baik dipegang mati,
yang buruk-buruk dibuang jauh
kata yang dicetak miring itu melambai-lambai sepanjang angkasa
menidurkan umur demi umur. mendewasakan ribuan para pejalan

tapi semenjak ia terkurung di gudang itu. semuanya menjadi liar
huruf-huruf, kata, kalimat, bahasa yang membentuk pepatah
semua berpanjatan menuju dinding-dinding
memeluk apartemen, gedung, kantor-kantor pemerintah, lalu bersekongkol
untuk menumpahkan darah dan airmata

mesin ketik itu memangil-manggil kertas
ia ingin menuliskan sesuatu: anak harimau bila sudah besar pun
tetaplah harimau

jalan tan malaka

entah sejak bila aku diberi nama tan malaka, kata plang nama jalan itu
dari simpang bunian ia bayangkan sebuah perjalanan panjang ke pandam gadang
pada satu kalender ketika tabungan demi tabungan diiurkan
maka sungai yang dilintasi akan bersaksi
batu-batu siap sebagai penarung. duri sikejut terhampar kembang kuncup
ditujulah bukittingi setelah kereta meninggalkan stasiun suliki
lalu sepanjang itu buku-buku berceceran
sepanjang itu pula berbagai ilmu dilipatkan
kamar kos. trotoar menuju kampus
hari-hari yang panjang. noni-noni bermantel dingin melintas riang
pertempuran dan kemerdekaan
sampai pada lagu-lagu orang diburu. aku hanya mendengar kisah itu

lalu mengapa namaku tan malaka, bukankah itu sebuah nama yang angkuh?
tanya plang nama jalan itu, kepada sejarah yang berbaris
sejarah yang kadang dicurigai juga. warnanya barangkali merah
di sebelahnya kandang oto gagak hitam dan sinar riau menyimpan gelak
melihat beban yang dipikul plang itu
kadang ada yang lewat seraya bermata sabak
kadang ada sekedar berfoto lalu menulis entah apa
kadang ada yang bermata sabak itu berfoto sambil hormat sembunyi-sembunyi
mengenang atau berbasa-basi

mestikah namamu ellias fuentes, estahislau rivera, alisio rivera
sebagaimana cerita-cerita revolusi itu
atau ilyas husein, ong song lee, tan ming sion, hasan gozali?
tanya sebuah spanduk usang yang terbentang membelah jalan
satu talinya lepas tergujai-gujai. huruf yang tertera pun sudah tergerajai
serupa nama-nama asing yang ia sebut dengan terbata

plang jalan itu bergeming
menatap jauh sejauh pandang ke pandam gadang
sebuah rumah tua, kolam, dan surau. tak ada buku-buku itu di sana
selain barisan lengang di antara tebing dan lembah
seolah segala sesuatu tak pernah ada
oto dan onda lalu begitu saja. meninggalkan bising dan desing
kenangan bunyi peluru

sungguh berat menyandang namamu, tan, kata plang itu

jam kuning gading

mengapa kau berjalan terlalu lamban, tanya jarum panjang
pada jarum pendek. suatu masa ketika hujan dan angin kencang
pintu-pintu ditutup. suara sirene
dari jendela wabah terus mengintip. tak sekalipun berkedip
jam itu berwarna kuning gading. sejak kapan jarum panjang dan jarum pendek
berumah di situ, tak ada yang tahu
aku justru merasa lebih cepat dari langkahmu. dari setiap hela napas
kita begitu saja menjadi tua dan saling menunggu
tidakkah kaulihat di udara setiap hari pesan-pesan keberangkatan berterbangan
tak menanti detak-detik kita
entah berapa lama sudah keinginan terkepung
loteng, lukisan hitam putih di dinding, karpet lembab,
dan sebuah gitar usang yang terbengkalai. semua menatap atau berharap
karena gerak kita adalah usia

sekali waktu aku ingin berhenti, gumam jarum pendek
tetapi matahari selalu terbit
semuanya tiba-tiba bergegas entah ke mana. adakah menuju abadi
atau hanya sekedar hidup yang pura-pura

sekali waktu aku ingin kita jalan bersisian, balas jarum panjang
bersama-sama membantah waktu yang memaksa
agar memberi kita jeda untuk berdoa

dan pada suatu waktu rindu mereka pun bertemu
jarum pendek dan jarum panjang itu berpelukan. berhimpitan
mereka bercerita tentang rasa cemas, hujan, dan angin kencang
tentang sirene dan wabah yang terus mengintip
tunggu aku, tunggu aku, teriak jarum pendek ketika jarum panjang
kembali meninggalkan
tapi sesungguhnya mereka sama-sama menuju kematian

sebuah buku pada hari pembakaran

bersama tumpukan yang lain ia telah diculik terang-terangan
kejadian yang berulang. barangkali telah beralaf-alaf lamanya
tembakan artileri. bom yang merubuhkan gedung-gedung
atau luas lapang tempat pembakaran. bagai kesunyian yang tersimpan
dalam brangkas dingin. di antara rak-rak yang bersedih
malam itu di sela gugu burung hantu. sebuah tempat penyelesaian
ia menekur. tanpa rasa takluk dan tunduk
mendekap kata-kata dan alinea. gambar-gambar maupun sketsa
dingin berangin-angin
di depannya hantu berseragam kekuasaan, senjata laras panjang, bahkan panser
berbaris tanpa perkabungan

lembar-lembar yang gempal. halaman ingatan yang dituduh merecoki
membuka liang-liang sejarah. gua rahasia yang menyibak aib dunia
kucatatkan semua. kusimpan sebagaimana mereka menggilai kasih sayang
jika hari ini harus bertekuk
menerima akibat dari huruf-huruf. bukankah penghancuran buku serupa menutup
payung langit. unta-unta akan berjalan di dalam kelam
katanya menatap cakrawala
ia tak berdoa. tapi ia merasa bahagia

bunga api menari-nari di angkasa
kertas-kertas menghitam juga menari
tarian yang kemudian membentuk lubang-lubang aneh
lubang di kepala-kepala yang kosong
di bumi yang kosong

pada hari yang barangkali tak perlu dicatat. seketika ia ingat kota-kota
tempat aksara demi aksara menjadi abu. menjadi beku
pelan-pelan membunuh segala masa lalu

_____

KLIK PUISI-PUISI LAINNYA

Puisi-puisi Isbedy Stiawan ZS | Jatuh Cinta, Sesungguhnya Sunyi
Tags: Puisi
Previous Post

Nurat Asing Gon : Kunci Produktivitas Ida Padanda Made Sidemen dalam Bersastra

Next Post

Cinta yang Tak Menua | Cerpen Yahya Umar

Iyut Fitra

Iyut Fitra

Lahir di Payakumbuh 16 Februari. Karya-karyanya dalam bentuk puisi dan cerpen telah diterbitkan di berbagai media. Ia mendapatkan Anugerah Sastra dari Balai Bahasa Padang tahun 2009 sebagai pegiat yang telah berjasa membina dunia sastra dan penulisan kreatif di Sumatra Barat. Kini aktif di Komunitas Seni INTRO Payakumbuh.

Next Post
Cinta yang Tak Menua | Cerpen Yahya Umar

Cinta yang Tak Menua | Cerpen Yahya Umar

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tembakau, Kian Dilarang Kian Memukau

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 31, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

PARA pembaca yang budiman, tanggal 31 Mei adalah Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Tujuan utama dari peringatan ini adalah untuk meningkatkan...

Read more

Melahirkan Guru, Melahirkan Peradaban: Catatan di Masa Kolonial

by Pandu Adithama Wisnuputra
May 30, 2025
0
Mengemas Masa Silam: Tantangan Pembelajaran Sejarah bagi Generasi Muda

Prolog Melalui pendidikan, seseorang berkesempatan untuk mengembangkan kompetensi dirinya. Pendidikan menjadi sarana untuk mendapatkan pengetahuan sekaligus mengasah keterampilan bahkan sikap...

Read more

Menjawab Stigmatisasi Masa Aksi Kurang Baca

by Mansurni Abadi
May 30, 2025
0
Bersama dalam Fitri dan Nyepi: Romansa Toleransi di Tengah Problematika Bangsa

SEBELUM memulai pembahasan lebih jauh, marilah kita sejenak mencurahkan doa sembari mengenang kembali rangkaian kebiadaban yang terjadi pada masa-masa Reformasi,...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025

MEMASUKI tahun ke-10 penyelenggaraannya, Ubud Food Festival (UFF) 2025 kembali hadir dengan semarak yang lebih kaya dari sebelumnya. Perayaan kuliner...

by Dede Putra Wiguna
May 31, 2025
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co