Sugi Lanus, seorang filolog dan kurator Museum Lontar, Karangasem, mengajarkan sejarah rempah kepada 15 orang mahasiswa Jurusan Arsitektur, Universitas Warmadewa, yang tengah mengikuti Program Kampus Merdeka, Merdeka Belajar. Pembelajaran sejarah rempah ini dilaksanakan di Sang Natha Spice Museum, Desa Mengening, Buleleng (5/10/2021)
Sejarah rempah ini dibagikan bertujuan untuk memberikan pandangan bagaimana Indonesia bisa sampai dijajah oleh Belanda dan Imperium Eropa lainnya karena rempah. Indonesia memang dijajah oleh Imperium-imperium Eropa karena rempah tapi kenapa rempah menjadi sangat penting dan menghasilkan banyak ekspedisi-ekspedisi untuk mencarinya?
“Kenapa rempah dikejar? Karena dipercaya salah satu rempah bisa memperpanjang usia” Kata Sugi Lanus.
Hasrat untuk keabadian itulah yang membuat raja-raja Eropa mengirimkan ekspedisi-ekspedisi untuk mencari rempah. Ketika kepulauan yang menghasilkan rempah (pala, cengkeh, dan lain sebagainya) itu ditemukan, sering terjadi konflik untuk memperebutkan emas hijau (rempah) tersebut.
Salah satu kejadian yang luar biasa untuk memperebutkan emas hijau itu adalah pertukaran antara Pulau Run di Kepulauan Maluku yang dikuasai oleh Inggris dengan Pulau Manhattan yang merupakan koloni Belanda. Kesepakatan tukar guling termahal dalam sejarah itu terjadi pada 31 Juli 1667 di Kota Breda, Belanda. Kedua belah pihak sepakat dan menandatangani pertukaran tersebut dalam Perjanjian Breda untuk menukar Pulau Run ke bawah kekuasaan Belanda dan Pulau Manhattan ke bawah kekuasaan Inggris.
Perjanjian tukar guling termahal itu terjadi karena tanaman bernama pala atau bahasa Latinnya adalah Myristica fragrans. Sugi Lanus juga berpesan jika ingin mempelajari sejarah rempah khususnya pada kejadian tukar guling dalam Perjanjian Breda, bacalah Buku “Pulau Run” karya Giles Milton.
Program Kampus Merdeka, Merdeka Belajar ini diikuti ke-15 mahasiswa ini bernama Wavi (Warmadewa Village Development) yang bertujuan untuk mendokumentasikan desa-desa di Bali Utara. Untuk program ini Universitas Warmadewa mengajak Rumah Intaran sebagai partnernya. Mahasiswa sebelum diterjunkan ke desa-desa akan mendapatkan bimbingan mengenai pendokumentasian desa dan metodenya oleh Rumah Intaran. [T]