12 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Tutur Bumi di Rumah Intaran | Seni, Wastra, dan Siklus Kehidupan

Tobing CrysnanjayabyTobing Crysnanjaya
September 8, 2021
inKhas
Tutur Bumi di Rumah Intaran | Seni, Wastra, dan Siklus Kehidupan

Hiruk pikuk di pelataran di Taman Dompu, Rumah Intaran, Desa Bengkala, Kubutambahan, Buleleng, Bali, Sabtu, 4 September 2021. Orang-orang bercengkrama satu sama lain sembari menunggu kedatangan seniman-seniman yang saat itu akan tampil dalam acara kolaborasi peragaan busana seni dengan tema “Tutur Bumi” antara Tjok Istri Ratna, Rumah Intaran  dan Seniman Buleleng mulai Dek Geh, Jro Dalang Sembroli dan Kadek Sonia Piscayanti.

Hari itu untuk kali kedua saya melihat pertunjukan yang disutradai oleh Tjok Istri Ratna, dua tahun sebelumnya dia pernah melaksanakan kegiatan serupa di Taman Dompu. Hanya saja yang membuat sedikit berbeda adalah, pertunjukan kali ini saya bersama teman-teman yang lain ikut berpartisipasi secara langsung, dengan memerankan diri sebagai tukang petik kelapa, sementara yang lainnya mendapatkan peran seperti pencari kayu bakar, pembawa kungkungan, penjual tempe bungkus daun dan lain sebagainya, sama sekali pementasan ini tidak didahului dengan persiapan, semua yang terlibat hanya perlu mendengarkan kata pengantar dari sutradara. Sementara property yang digunakan berasal dari bahan-bahan alami yang identik dengan Rumah Intaran seperti alat tenun, pewarna alami, tas anyaman hingga kungkungan.

Putu Yudi, seorang filmmaker juga terlibat dalam acara ini. Dia dibantu oleh beberapa fotografer seperti Komang Jayen telihat sangat sibuk mempersiapkan peralatan yang diperlukan untuk merekam setiap adegan yang akan ditampilkan. Suasana sangat cerah, jadi diperlukan peralatan tambahan seperti V-Light untuk bisa mengatur pencahayaan di sekitar tempat pengambilan video.

Nampak saat itu Tjok Istri Ratna sedang membuka sebuah album tebal yang berisi lembaran-lembaran lusuh seputaran hasil penelitan yang dia lakukan untuk menemukenali kembali pengetahuan di balik keberadaan Wastra Bebali. “Tutur Bumi” sendiri merupakan pilihan kata yang mewakili mantra terdalam setiap entitas bernama “manusia” tentang kehadirannya dalam lintasan semesta, karya ini sendiri sudah dibuatnya sekitar dua tahun yang lalu.

Ada hal yang menarik tersirat dari untaian kata yang dilontarkan oleh Tjok Istri Ratna ketika menyampaikan kata pengantarnya di bawah pohon intaran, “Dan kenapa Krisna, dan kenapa Dompu, dan kenapa Rumah Intaran, wastra-wastra inilah yang memilihnya”. Suasana menjadi hening, seolah semua yang nampak hadir mengamini dan mempercayai bahwa energi dari wastra-wastra kuno ini yang telah memilih Rumah Intaran sebagai tempat diselenggarakannya acara ini.

Wastra Bebali adalah produk pemikiran tua yang tersurat dalam setiap tahapan upacara yang kini telah mengalami fase reflektifitas, pembacaan ulang praktik sosial secara terus menerus, diuji dan diubah berdasarkan informasi yang masuk, pencapaian efisiensi. Eksistensi wastra bebali nyaris hilang tanpa jejak, digerus oleh modernitas. Hanya saja sosok Tjok Istri Ratna memiliki keyakinan, keteguhan untuk senantiasa merajut pesan-pesan terdalam yang tertuang dalam beranekragam bahan dan motif di balik lembaran-lembaran wastra-wastra kuno yang dia temukan di balik rumah-rumah tetua, sulinggih yang tersimpan sejak ratusan tahun yang lalu.

Terdapat enam bagian dalam karya Tutur Bumi yang merupakan siklus kehidupan, pertama adalah jana yang mengambil saripati proses upacara tiga bulanan umat hindu di Bali, yang menjadi momentum pertama kalinya sosok manusia mulai bisa menangkap rasa melalui panca indra yang melekat dalam tubuhunya. Karya keduanya adalah atarwa, yang merupakan mantra penolak bala. Karya ketiga rawikara berarti berkah sinar matahari, keagungan raja dan ratu, menembus pikiran, sensorik panca indra. Karya keempatnya adalah santika, santika adalah karya mantra atau energi kekuatan spiritual perisai diri, banteng pemikiran. Karya kelima taraka yang berarti bintang bermata bintang, bintang di kejauhan dan ketajaman yang menembus pikiran dalam bentuk aneka rase bintang dan yang terakhir adalah jarih yang berarti bumi, dimana fase kebekuaan pikiran berhenti tanpa daya menghentikan pikiran daya.

Selanjutnya Tjok Istri Ratna mempersilahkan para peserta untuk melihat beberapa koleksi wastra-wastra kuno yang dibuat seratus hingga dua ratus tahun tahun yang lalu. Kaki kami melangkah menuju Pengalaman Rasa, ruangan yang biasanya digunakan untuk menjamu tamu-tamu yang berkunjung ke Rumah Intaran. Disana saya melihat, jejeran kain tua yang sudah dipersiapkan oleh Tjok Istri Ratna untuk nantinya akan dikenakan oleh para peserta yang akan ikut ambil bagian dalam acara peragaan busana “Tutur Bumi”.

Karena didorong oleh rasa penasaran, saya memegang satu diantara kain-kain yang ada, memang terasa tekstur kain agak kaku, kurang lentur. Tjok Istri Ratna menyampaikan jika itulah ciri dari wastra tradisonal, bahan wastra umumnya terbuat dari kapas Bali. Kerapatan dalam setiap helai wastra dipengaruhi oleh teknik-teknik penyisiran benang yang dilakukan saat proses penenunan, semakin halus sisiran, semakin rapat tesktur kain yang dihasilkan.

Satu diantara wastra yang diperkenalkan oleh Tjok Istri Ratna adalah kain milik koleksi keluarga Putu, salah satu staf Rumah Intaran yang berasal dari Julah. Konsep geometris lekat dengan desain-desain tua yang ada dalam wastra tradisonal itu, hal itu nampaknya menyiratkan pemaknaan spiritual akan hubungan proses penciptaan, hubungan antara manusia dan tuhan. Wastra tradisonal khas Julah ini digunakan sebagai sarana upakara dalam upacara pernikahan.

Hal yang mencengangkan yang mesti harus disadari dalam penemuan informasi yang didapatkan oleh Tjok Istri Ratna adalah, bahwa selama ini sangat jarang sekali masyarakat yang mengetahui makna philosofi yang tersirat di balik karya-karya wastra tradisonal. Ada keterputusan informasi, karena mereka para pengrajin jaman dahulu hanya sibuk dalam urusan penenunan, sementara informasi tentang motif desain dan juga kegunaannya tersimpan di griya atau kaum brahmana yang memesan kain tersebut.

Waktu berlalu begitu saja, jam menunjukan pukul 14.30. Panitia meminta para peserta untuk menikmati makan siang yang sudah dipersiapkan, menunya sangat special, tidak lain adalah nasi jinggo ayam kampung. Kami menikmati makan siang sembari menunggu giliran untuk menggunakan wastra kuno yang akan digunakan.

Terlihat satu persatu peserta keluar dari kamar ganti, suasana berubah menjadi semakin klasik, lebih-lebih arsitektur areal Rumah Intaran yang sangat cocok sekali dengan motif yang kami gunakan kala itu, terlihat sangat old style. Seakan berada di dimensi waktu berbeda, menjadi pribadi yang berbeda dengan balutan kain wastra tua yang membungkus tubuh.

Setelah selesai, kami berkumpul di Taman Dompu. Taman ini sangat indah dengan dekorasi batu-batu alam yang tersusun rapi, mengelilingi areal pertunjukan yang kerap digunakan untuk menggelar pertunjukan-pertunjukan seni di Rumah Intaran. Sang sutradara, Tjok Istri Ratna memberikan arahan tentang alur pertunjukan, bagaimana setiap orang yang terlibat melakonkan peran mereka. Tidak ada persiapan, semua spontanitas.

Tukang petik kelapa, itulah peran yang saya dapatkan. Kala itu, saya membawa empat buah kelapa yang saya pinggul dengan menggunakan sebatang pelepah daun kelapa. Terasa aneh, tapi saya benar-benar berusaha menikmati peran yang diberikan, tidak ada gerakan khusus, semua itu mengikuti alur alami laku keseharian saja.

Berduyun-duyun dengan jarak yang diatur agar tidak berkerumun, kami masuk melalui pintu masuk sebelah timur untuk berjalan perlahan melintasi jembatan Taman Dompu, saat itu saya berada di urutan kedua, di depan saya nampak seorang perempuan muda yang memegang dan mengibaskan beberapa helai daun intaran sebagai penanda dimulainya pertunjukan.

Semua peserta mencari tempat duduknya masing-masing, kemudian Tjok Istri Ratna memutar lagu yang dibawakan oleh Sujiwo Tedjo sebagai lagu pembuka yang mengatarkan para model busana utama memasuki areal pertunjukan ditemani oleh gerakan-gerakan eksotis dan menawan dari sosok seniman muda Dek Geh yang meliuk-liuk di atas jembatan Taman Dompu.

Semua seniman yang terlibat nampaknya sudah sangat menjiwai acara ini, tanpa pembekalan yang banyak mereka menampilkan karya-karya mereka, seperti Jro Dalang Sembroli yang memainkan cerita kelahiran tokoh Tualen dan Merdah yang terlahir ke dunia ini. Merdah bertanya kepada Tualen, “Siapa kita??, Mau kemana kita???, Kemana jalan kita pulang??” disertai dengan nynanyian satu bait pupuh Sucita-Subudi : “Sujatinya ada nyamar, nyilib tan tangehang gumi, ento ane manguripang, sarwa ne ade di hati, nanging keweh mamedasin, wireh sepi suwung samun, tanpa rawat tanpa matra, lesing kangkong, kadi gni jroning sela”.

Sementara Kadek Sonia Piscayanti membacakan puisi yang dia buat langsung saat itu, puisi ini terkait tentang makna manusia hidup di dunia, memberi makna ada menuju tiada dan kita hidup hanya sementara.

Gede Krena pemilik Rumah Intaran menyampaikan rasa terima kasih kepada Tjok Istri Ratna, yang telah memberikan kehormatan kepada Rumah Intaran untuk menjadi tuan rumah pagelaran wastra kuno bebali yang sudah berusia ratusan tahun, di Taman Dompu, Rumah Intaran. Dia berharap, pegelaran wastra kuno bebali serupa bisa dilaksanakan di Bali Utara kedepannya. [T]

Previous Post

I Bintang Lara Mem-vandal Tembok Puri

Next Post

Tumpek Landep: Keyakinan, Pikiran Hingga Mimpi

Tobing Crysnanjaya

Tobing Crysnanjaya

Pegawai, petani, bapak rumah tangga. Kini sedang mengikuti kelas Creative Writing di Mahima Institute Indonesia

Next Post
Tumpek Landep: Keyakinan, Pikiran Hingga Mimpi

Tumpek Landep: Keyakinan, Pikiran Hingga Mimpi

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Krisis Literasi di Buleleng: Mengapa Ratusan Siswa SMP Tak Bisa Membaca?

by Putu Gangga Pradipta
May 11, 2025
0
Masa Depan Pendidikan di Era AI: ChatGPT dan Perplexity, Alat Bantu atau Tantangan Baru?

PADA April 2025, masyarakat Indonesia dikejutkan oleh laporan yang menyebutkan bahwa ratusan siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Buleleng,...

Read more

Animal Farm dalam Interpretasi Pemalsuan Kepercayaan

by Karisma Nur Fitria
May 11, 2025
0
Animal Farm dalam Interpretasi Pemalsuan Kepercayaan

PEMALSUAN kepercayaan sekurangnya tidak asing di telinga pembaca. Tindakan yang dengan sengaja menciptakan atau menyebarkan informasi tidak valid kepada khalayak....

Read more

Enggan Jadi Wartawan

by Edi Santoso
May 11, 2025
0
Refleksi Hari Pers Nasional Ke-79: Tak Semata Soal Teknologi

MENJADI wartawan itu salah satu impian mahasiswa Ilmu Komunikasi. Tapi itu dulu, sebelum era internet. Sebelum media konvensional makin tak...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space
Pameran

Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space

JUMLAH karya seni yang dipamerkan, tidaklah terlalu banyak. Tetapi, karya seni itu menarik pengunjung. Selain idenya unik, makna dan pesan...

by Nyoman Budarsana
May 11, 2025
Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
Pameran

Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

by Nyoman Budarsana
May 10, 2025
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

May 11, 2025
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co