Kegiatan berkesenian tak pernah padam, meski terganjal situasi yang tak menentu akibat pandemi Covid-19. Lihat saja. Perupa Ketut Sugantika Lekung menggelar pameran tunggal secara virtual. Kali ini, Lekung lebih merespon physiological.
Pameran digelar 8 – 19 -Agustus 2021 dan bisa dilihat di laman facebook Sugantika Lekung setiap hari. Author pameran Luh Budiaprilliana, M.Sn., dengan opened by Yoka Sara (art & architechture).
Penulis pameran Luh Budiaprilliana, staf Dosen ISI Denpasar, menyebutkan Lekung sebagai salah satu saksi dan pelakon yang melebur pada tradisi, menyatu melalui budaya lisan, budaya tindakan, bahkan hingga tinggalan-tinggalan kesenian yang berdampingan dalam hidupnya.
Bukan sekadar lagi di panggung untuk bercerita dengan banyak mendefinisi. Sedikit cerita yang dilisankan, namun banyak yang menjadi bentukan dari cerminan diri lewat perjalanan kehidupan itu sendiri.
“Apa yang disampaikan terkesan HANYA ITU/THAT’S IT tanpa persoalan apa-apa yang pada masa kini sering kita sebut UDAH, GITU AJA seakan begitu ringan, remeh, sepele dan tidak banyak ambil pusing namun justru sebuah kalimat jitu dengan simpulan maksud bahwa telah melampaui berbagai seluk beluk cerita dan remah-remahnya,“ ujar Luh Budiaprilliana.
Tidak repot menampilkan objek-objek yang cerewet, kata Luh Budiaprilliana, seperti sedang membuat pernyataan besar “UDAH, GITU AJA”. Sekilas tidak bicara banyak justru bermakna besar seperti ukuran objek yang dibuat memenuhi ruang karya. Banyak cerita yang bebas juga untuk diterka oleh audience, pun ruang luas untuk mengenang masing- masing cerita baik bagi audience maupun si seniman itu sendiri.
Pameran ini mempertegas bahwa “UDAH, GITU AJA” yang dinyatakan sesungguhnya hanya cara Lekung menyampaikan capaian eksplorasinya secara sederhana tanpa banyak kompromi.
Ketut Sugantiuka Lekung menjelaskan satu pukulan pertanda bahwa lewat kesederhanaan visualisasi karya yang minimalis, kesan THAT’S IT pada pameran ini mengandung kompleksitas tentang perjalanan hidup yang dilakoni. “Sederhananya dalam era kini pun, apa yang melebur lewat pengalaman hidup bukan lagi perkara untuk sibuk hanya sekedar dibahas dan dikupas lewat pisau-pisau ilmiah mumpuni,“ kata Lekung.
Sementara Yoka Sara penggiat Seni dan Arsitektur melihat kehadiran penjelajahan Lekung terkesan selalu “Woowww”. Kali ini di luar dari biasa, dimana pada satu titik tertentu dia berani untuk berhenti dan mengambil sari dari penjelajahannya yang tanpa batas, kemudian menyederhanakannya dari semua chaos dalam pikirannya, rasanya seperti pembebasan dari segala pengekangan yang dia abaikan, kemudian disimpulkan secara positif dan playfull, seolah setiap masalah itu bukan masalah.
“Tapi tentunya masing-masing dari kita pastinya akan memperoleh pengalaman dan perspektif yang berbeda bila kita bisa luangkan sejenak waktu kita untuk berada di hadapan karya-karya ini, dimana kita dibebaskan untuk jujur dan seluasnya menafsirkan, “ ujarnya.