4 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Ingat “Battle of Britain“ Jelang Laga Panas Inggris versus Jerman

dr. Ketut Suantarabydr. Ketut Suantara
June 28, 2021
inEsai
Ingat “Battle of Britain“ Jelang Laga Panas Inggris versus Jerman

Sumber foto: Facebook/Primer League

Mungkin terdengar berlebihan, tapi bagi penggemar fanatik sepakbola dua kali sembilan puluh menit laga tak ada bedanya dengan perang di masa lampau. Begitu menguras emosi, tawa dan tangis bisa terjadi bersamaan di ujung laga. Perang udara yang meluluh lantakkan kota London saat perang dunia ke- 2, tak cukup membuat rakyat Inggris takluk kepada Nazi Jerman yang dikomandoi Adolf Hitler.

Jadi setiap kali kedua tim ini bertemu pada fase menentukan sebuah kompetisi, ungkapan Battle of Britain pasti menggema kembali.

Duel terkahir mereka di babak knock out piala Eropa, terjadi pada tahun 1996 pada babak semifinal yang diadakan di stadion kebanggaan Inggris, stadion Wembley. Sehari sebelum laga yang dimenangi Jerman itu, koran- koran Inggris dipenuhi wajah perusak Stuart Pearce yang bertuliskan semboyan Inggris saat memenangi perang dunia ke-2 atas Nazi Jerman. Achtung, Surrender, begitu bunyi tulisan itu, yang bisa diterjemahkan sederhana : Lawan, jangan pernah menyerah.

Saya mulai menonton bola sejak usia 9 tahun, saat Argentina yang diperkuat Maradona menjadi juara dunia. Saat itu hampir semua orang yang saya kenal mengidolakan timnas Argentina dengan Maradonanya. Tapi untuk saat ini, dengan sepenuh hati saya akui cinta kedua saya pada timnas sepakbola, setelah tim merah putih pastinya, adalah tim tiga singa, julukan keren dari tim nasional Inggris, singa yang terlihat menakutkan tapi belum bisa membukitkan tajam cakarnya, setidaknya sampai hari ini .

Cerita guru saya tentang kehebatan Inggris pada perang Malvinas cukup merubah pandangan saya. Dan celotehan dari seorang kakak angkat yang rajin pinjamkan buku pada saya juga sangat menyentuh.” Pemain Inggris adalah pemain paling sportif, tak pernah terlihat mereka bersandiwara di lapangan”.Begitu katanya. Maradona pun jujur mengakui, dia tak akan bisa mencetak gol seindah itu andai lawannya bukan timnas Inggris. Sejak saat itulah cinta saya bertambah penuh pada mereka.

Sejarah mencatat timnas Inggris hanya sekali menjadi juara dunia yaitu pada perhelatan tahun 1966 yang diadakan di rumah mereka sendiri. Di ajang piala eropa sendiri, seperti yang sedang berlangsung hari ini, mereka paling maksimal mencapai babak semi final pada tahun 1996 yang diadakan di rumah mereka sendiri juga. Dan mirisnya tim yang mengalahkan mereka adalah timnas Jerman yang nanti akan dihadapi juga pada babak 16 besar , hari selasa tengah malam waktu Indonesia tengah.

Begitu traumanya orang Inggris kepada Jerman di lapangan hijau, sampai sampai legenda mereka Gary Lineker mempunyai anekdot yang cukup memprihatinkan.” Sepakbola adalah permainan yang melibatkan 22 orang di lapangan hijau, dan pemenangnya sudah bisa diduga, pastilah orang Jerman”. Timnas Jerman ibarat batu kryptonite buat Inggris, antidote, yang membuat mereka mati kutu saat bertemu di lapangan, terutama dalam event mayor kompetisi sepakbola.

Tapi apakah itu sepenuhnya benar? Tak bisakah orang Inggris mengalahkan Jerman di lapangan hijau dalam ajang resmi, di luar laga persahabatan. Sebagai pecinta tim tiga singa saya akan coba memberikan kesaksian tentang laga yang melibatkan kedua tim ini di ajang resmi sepakbola.

Pertemuan pertama yang bisa saya kenang setelah menjadi pecinta timnas Inggris adalah laga semifinal piala Eropa tahun 1996 saat Inggris menjadi tuan rumahnya. Saat itu laga berlangsung seimbang, skor 1-1 sampai wasit meniup peluit panjang. Gol Alan Sherarer memanfaatkan sepak pojok, dibalas tuntas oleh striker veteran Stephen Kuntz. Laga dilanjutkan dengan adu penalti, dan semua penendang berhasil memasukkan bola ke gawang, kecuali satu orang yaitu bek tengah Gareth Southgate ( pelatih Inggris saat ini) . Inggris menangis  sepakbola tak jadi pulang Ke rumah, dan akhirnya Jerman yang juara.

Duel berikutnya tersaji di fase grup piala eropa tahun 2000 yang diselenggarakan bersama oleh Belanda dan Belgia. Dua tim yang sama-sama sedang menurun berlaga di laga kedua. Satu gol Alan Shearer menyambut umpan David Beckham menyudahi laga dengan keunggulan Inggris 1-0 atas Jerman. Tapi sialnya kedua tim tak lolos ke babak berikutnya karena kalah bersaing dengan dua muka baru yaitu Portugal dan Rumania.

Laga ke 3 berlangsung di Muenchen, kualifikasi piala dunia 2002 Jepang dan Korea Selatan. Timnas Inggris yang kalah 0-1 di Wembley, mesti menang untuk bisa maju ke putaran final di Korea selatan dan Jepang.  Dan inilah salah satu laga terbaik Inggris yang saya lihat. Taktik yang diterapkan Sven Goran Erisson terbukti manjur. Timnas Jerman dihajar telak 1-5 oleh gelontoran gol yang dicetak Michael Owen, Emiley Heskey dan tendangan geledek Steven Gerrard. Michael  Owen sampai tak percaya dan merasa bermimpi,” ya Tuhan, kita kalahkan Jerman 5-1 di halaman belakang rumahnya sendiri”.

Laga terakhir yang masih bisa saya kenang terjadi pada babak 16 besar piala dunia 2010 yang berlangsung di Afrika selatan. Saat itu timnas Inggris berada di atas angin, diperkuat nama nama beken seperti Frank Lampard dan Steven Gerrad dan diarsiteki pelatih kawakan dari Italia yaitu Fabio Cappelo . Mereka ditantang tim Jerman yang masih polos, pemain muda yang tak banyak dikenal, yang diorbitkan pelatih mereka Joachim Loew.

Dan hasil akhir laga membuktikan sebaliknya, kaki kaki cepat dan kuat anak muda Jerman membuat jagoan gaek Inggris bertekuk lutut. Mereka kalah telak 1-4. Satu yang saya ingat, gelandang Inggris Gareth Bary kepayahan mengejar lari Mezut Ozil, anak imigran Turki yang kemudian jadi bintang turnamen ini. Laga ini juga ditandai dengan tak diakuinya gol hasil sepakan Frank Lampard yang dari tayangan ulang terlihat jelas sudah melewati garis gawang. Dan saya ingat setelah kejadian inilah, wacana penggunaan tayangan video untuk membantu wasit sudah mengemuka. Dan akhirnya sampai edisi piala eropa saat inilah penggunanann VAR mulai diperkenalkan.

Dari sekian kenangan yang coba saya bagikan tadi, lalu apa harapan saya terhadap timnas Inggris yang kembali bertemu musuh bebuyutan mereka, di Wembley pada babak 16 besar Eropa pada selasa tengah malam nanti ? Yang pertama, pasti berlaku adagium bola itu bundar, jadi tak ada tim yang tak bisa dikalahkan. Tak ada tabu yang masih berlaku di jagat sepakbola saat ini. Piala Eropa terdahulu sudah membuktikan. Jerman tak bisa kalahkan italia di laga besar, terbukti sudah punah, lalu Perancis pasti kalah lawan Jerman, ternyata musnah juga di babak semi final. Jadi kalau saat ini saya berharap Inggris kalahkan Jerman di babak 16 besar inipun, rasanya saya tak akan dianggap berlebihan.

Jerman saat ini saya lihat seperti  Jerman tahun 2010, saat dikuat pemain pemain muda tak terkenal seperti Mezut Ozil dan Sami Khedira. Jerman saat ini juga diperkuat pemain baru dengan gairah yang meluap luap. Kai Havert yang kalem, Serge Gnabry yang energik dan bek kiri Robbie Gossen yang tak kenal  lelah cukup membuat ciut semua lawan mereka, tak terkecuali sang juara dunia Perancis.

Lalu bagaimana dengan Inggris saat ini,jujur saya melihat tak banyak yang berubah dari terakhir saya melihat mereka di piala dunia Russia kemarin. Miskin ide, tak kreati,f monoton dan terlalu berharap pada skema bola mati, yang terbukti sampai laga ke tiga tak menghasikam gol atau satu peluang emas pun.Jauh di  hati kecil saya takut mereka terbantai di halaman belakang rumahnya sendiri oleh Jerman.

Untuk mengomentari permainan Inggris sejauh 3 laga ini dan peluang mereka merebut gelar juara di awal Juli nanti rasanya saya tak perlu bicara banyak, cukup saya kutip pernyataan dua orang dari negeri ratu Elizabeth ini saja.” Pemain timnas Inggris selau begitu, tampil hebat di klub dan terlihat kesulitan saat main di timnas, tanpa ide, tak mengalir, monoton selalu begitu dari tahun ke tahun”, ucap seorang supporter yang saya baca di kompas.

Salah satu bek kanan terbaik Inggris di masa lalu, Garry Neville juga terasa sudah pasrah dengan situasi ini, komentarnya singkat,” kita tak berharap bisa dominan melawan tim-tim seperti Jerman, Perancis maupun Italia. Cukuplah seperti ini, perkuat pertahanan, lalu tunggu momen momen ajaib terciptanya gol dari satu dua pemain yang bermain bagus, pertahankan itu dan laga final bisa kita capai”.

Dari sekian tahun mencintai tim ini, dan berdasarkan pengalaman yang saya ceritakan di atas saya mengambil setidaknya dua kesimpulan. Sampai kapan pun, Inggris tak akan bisa menjuarai sebuah turnamen mayor, tanpa adanya sosok playmaker (fantasista) di poros permainan. Phil Foden bagus dan cepat di sayap, Jack Grealish dan Masont Mount tak kalah bagus, tapi mereka beroperasi di pinggir, peluangnya membuat keajaiban lebih kecil dibanding saat itu dilakukan dari tengah. Kalau mereka bisa dimatikan satu atau dua bek lawan, habislah permainan Inggris. Dulu mereka pernah punya Paul Gascoigne yang jenius, berani pegang bola lama dan pintar melihat ruang kosong. Sayang sekali karena kecanduan alkohol, masa edarnya di timnas Inggris terasa pendek. Praktis dia cuma bisa merasakan satu piala dunia dan satu piala Eropa bersama timnas Inggris. Saya berkhayal andai ada satu pemain sekelas Bruno Fernandes di tim ini sekarang, piala Henry Delaunay bukanlah harapan semata.

Kesimpulan terakhir, permainan timnas Inggris terlihat lebih menarik saat ditangani pelatih asing. Saat dipegang  Sven Goran Ericsson dan Fabio Capello timnas Inggris terlihat lebih menjanjikan secara permainan, meskipun akhirnya tak meraih gelar juara, Jadi harapan saya seandainya nanti tim ini tak bisa juara, kursi Southgate mesti segera diambil alih. Sosok Juergen Klopp dan Thomas Tuchel rasanya adalah sosok yang pas untuk menggairahkan permainan tim ini kembali.

Akhir kata kalau saya ditanya apakah saya masih berharap Inggris bisa kalahkan Jerman malam nanti. Dengan jujur saya katakan, andai itu terjadi dan timnas Inggris bablas sampai akhir nanti juara Eropa. Itu akan menambah tebal dompet saya, saya bertaruh banyak untuk tim ini, tabikkk. {T]

Tags: EURO 2020
Previous Post

Anugerah Jurnalisme Warga 2021 | Suara Warga untuk Bangkit Bersama dari Pandemi

Next Post

Romantisme Musik Underground Singaraja | Jejak Langkah yang Memudar dalam Skena

dr. Ketut Suantara

dr. Ketut Suantara

Dokter. Lahir di Tista, Busungbiu, Buleleng. Kini bertugas di Puskesmas Busungbiu 2 dan buka praktek di Desa Dapdaputih, Busungbiu

Next Post
Romantisme Musik Underground Singaraja | Jejak Langkah yang Memudar dalam Skena

Romantisme Musik Underground Singaraja | Jejak Langkah yang Memudar dalam Skena

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Susu dan Tinggi Badan Anak

by Gede Eka Subiarta
June 3, 2025
0
Puasa Sehat Ramadan: Menu Apa yang Sebaiknya Dipilih Saat Sahur dan Berbuka?

KALSIUM merupakan mineral utama yang diperlukan untuk pertumbuhan tulang kita, tepatnya untuk pertumbuhan tinggi badan. Kandungan kalsium tertinggi ada pada...

Read more

Kita Selalu Bersama Pancasila, Benarkah Demikian?

by Suradi Al Karim
June 3, 2025
0
Ramadhan Sepanjang Masa

MENGENANG peristiwa merupakan hal yang terpuji, tentu diniati mengadakan perhitungan apa  yang  telah dicapai selama masa berlalu  atau tepatnya 80...

Read more

Seberapa Pantas Seseorang Disebut Cendekiawan?

by Ahmad Sihabudin
June 2, 2025
0
Syair Pilu Berbalut Nada, Dari Ernest Hemingway Hingga Bob Dylan

SIAPAKAH yang pantas kita sebut sebagai cendekiawan?. Kita tidak bisa mengaku-ngaku sebagai ilmuwan, cendekiawan, ilmuwan, apalagi mengatakan di depan publik...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Senyum Rikha dan Cendol Nangka Pertama: Cerita Manis di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Senyum Rikha dan Cendol Nangka Pertama: Cerita Manis di Ubud Food Festival 2025

LANGIT Ubud pagi itu belum sepenuhnya cerah, tapi semangat Rikha sudah menyala sejak fajar. Di tengah aroma rempah yang menyeruak...

by Dede Putra Wiguna
June 3, 2025
Terong Saus Kenari: Jejak Rasa Banda Neira di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Terong Saus Kenari: Jejak Rasa Banda Neira di Ubud Food Festival 2025

ASAP tipis mengepul dari wajan panas, menari di udara yang dipenuhi aroma tumisan bumbu. Di baliknya, sepasang tangan bekerja lincah—menumis,...

by Dede Putra Wiguna
June 3, 2025
Pindang Ayam Gunung: Aroma Rumah dari Pangandaran yang Menguar di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Pindang Ayam Gunung: Aroma Rumah dari Pangandaran yang Menguar di Ubud Food Festival 2025

UBUD Food Festival (UFF) 2025 kala itu tengah diselimuti mendung tipis saat aroma rempah perlahan menguar dari panggung Teater Kuliner,...

by Dede Putra Wiguna
June 2, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co