AIR MATA BORNEO TEPI SELATAN
Seorang karib mengirim air mata
Jauh lebih deras
dari air yang tibatiba lapar
menjulurkan lidah keluar bibir sungai
melahap jembatan
Mencabikcabik badan jalan
Terus dan terus merangsek ke dalam bilik rumah
Membuka pintu rumah tanpa permisi
Lalu ia merebahkan diri di seluruh badan kasur
Mengusir tuan rumah diiringi tangis bayibayi yang menahan gigil entah mesti ke mana
Lalu menelan tanpa ampun ikanikan yang masih berenang di tubuh kuali di tengah kepul asap dapur
Sonder peduli rintih kosong perut penghuni
Tanpa kecuali
Lalu bergegas ke garase
Meski tanpa SIM
Distarternya mobilmotor satusatu
Dikebutnya ugalugalan dibuang sesukanya
Di tengah jalan
Di atas atap
Disangkutkan di pohonpohon
Diceburkan ke mulut sungai
Kalau bisa mungkin ia gantung di awan
Agar tak menghalangi jalannya
Beranjangsana
Menemui asalmuasalnya di samudera raya
Oh Tuhan
Semoga lidah air kaukembalikan ke mulutnya
Agar senyum saudarasaudaraku mengembang seperti semula
Bongkasa,18/01/2021
SURATKU UNTUK TUAN JASSIN
tadi pagi
kusuruh anak-anak digital
eja namamu
pada kelas tatap maya
bukan abjad yang mereka rangkai
tapi hanya kernyitan dahi
juga cengar-cengir kuda poni
tadi sore
kubacakan puisimu
dengan suara nyaring
anakku malah berpaling
masuk ke kamar
lalu
menutup pintu
pelantang telinga menambal lubang telinga
malam ini
kubacakan surat berangka tahun 1943
yang pernah chairil kirim kepadamu
istriku merekatkan kedua mata pada layar tivi
aku sendiri
melanjutkan membaca surat itu
sampai larik penghabisan: You are well
sementara di luar
hujan memukul-mukul genting
gemuruh angin dan petir menggetar kaca jendela
: adakah itu kau datang diantar mereka?
Bongkasa, 02/02/2021
PATUNG
Kubaca di media
Daerah mana gitu
Ada proyek patung
Bagai naiknaik ke puncak gunung
Tinggitinggi sekali
Tinggi seninya
Dirancang maha seniman
Tinggi nilai sejarahnya
Tentang pemancang tiang bangsa
Tinggi biayanya
Wajar sebab seni bernilai tinggi
Sebagai wahana edukasi
Agar ingat negara punya histori
Jadi
Mana mungkin biayanya murah sekali
Apalagi seharga sambal terasi
Mari
Ingatingat sendiri
Seni itu sarana refleksi
Juga relaksasi
Agar kita tak depresi
Apalagi frustrasi
Dalam menjalani hidup ini
Bongkasa,07/03/2021
All MEMORIAL
Ini bukan Paris
Matahari mainkan bayangmu di pusar metropolis
Kaubentang tangan ke kiri ke kanan
Sesekali kaki kau angkat ke depan ke belakang
Bak lepas tubuh dari lapas
Tak kaupeduli
Di sana jiwa-jiwa sesiapa meronta dengan selaksa tanya
Mengapa mereka dikenang di sana
Kau umbar senyum paling madu
Mata beradu mata gawaimu
di dalam penjara mereka
New Delhi-Bongkasa, 2014-2020
BENARKAH ITU KAU?
– Puisi untuk Yoevita
Kulihat nama itu
Berseliweran
Dari gawai ke gawai
Dari hari ke hari
Aku bertanya
Benarkah itu kau?
Kuamati foto itu
Dari bening kacamatanya
Menyembul juduljudul puisi
Muncul mengetuk kepalaku
Membuka kunci pintu memori
Menjatuhkannya pada halaman demi halaman buku di lemari
Dari antologi satu ke antologi lain
Benarkah itu kau?
Kau hanya menebar senyum
Sembari menelanjangi diksidiksi
Tanpa sisa satu kata pun
Hingga di sudutsudut lemari
: “Kawan. Ini aku. Kita sering berjalan di antologi yang sama,” katamu
Kini
Tak aku ragu lagi
Itu memang kau
Teruslah berjalan
Bentangkan papan gawaimu
Tenun terus diksidiksimu
Bongkasa, 08/03/2021