Wijaya berarti menang. Pura berarti benteng. Benteng kemenangan bagi Masyarakat Bangli [Karaman i Bangli]. Frase ini tepat mewakili Bangli sebagai nama Ibu Kota. Berikut ini adalah penjelasannya:
- Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pemberian Nama Daerah, Pemberian Nama Ibu Kota, Perubahan Nama Daerah, Perubahan Nama Ibu Kota, dan Pemindahan Ibu Kota. Salah satu yang penting diperhatikan adalah Pasal 9 ayat (6), bahwa pemberian nama Nama Ibu Kota mempertimbangkan ‘Politik dan keamanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e yaitu kondisi masyarakat yang kondusif bagi berlangsungnya pemerintahan dan kemasyarakatan serta adanya kesepakatan masyarakat terhadap calon lokasi ibu kota/pusat pemerintahan.’ Di dalam konteks itu, kemasyarakatan berulangkali ditekankan.
- Sesuai dengan motto Kabupaten Bangli. yang memiliki motto Bhukti Mukti Bhakti. Tiga kata yang terdapat dalam lontar Wratti Sasana. Di dalam lontar tersebut, Bhukti berarti abyudhaya [kebahagiaan duniawi], Mukti berarti kanihsreyasan [kebahagiaan rohani], Bhakti berarti bakti sebagaimana dalam bahasa Indonesia. Kedua jenis kebahagiaan itu – bhukti dan mukti – didapat oleh orang yang telah menang atas musuh di luar dan di dalam diri. Dasarnya adalah pengabdian [bhakti].
- Sesuai dengan Maskot Bangli. Pucuk Bang dalam lontar Dasa Nama, nama lainnya adalah Karawira. Kara berarti wujud, sedangkan wira berarti keberanian. Untuk mendapatkan kemenangan [Wijaya] dibutuhkan keberanian [Wira].
- Sesuai dengan hari Pasaran di Pasar Bangli. Di dalam prasasti Bali Kuno, frase Wijaya Pura adalah nama lain dari hari pasar. Ada tiga hari pasar yang dikenal yakni: Wijaya Kranta [pasah], Wijaya Manggala [beteng] Wijaya Pura [kajeng]. Hari Pasaran di Pasar Bangli adalah saat kajeng.
- Sesuai dengan tata kota. Hari Pasaran dipilih karena pasar merupakan salah satu pusat kota. Menurut pembangunan tata kota tradisional Bali, pasar adalah salah satu instrument pembentuknya, selain Puri. Pada umumnya, pusat kota dibangun berlandaskan pada titik pusat yang kini lebih dikenal sebagai Catus Pata atau perempatan. Dekat dengan perempatan terdapat Pasar, Puri, Griya, Bencingah, dan lain-lain. Penjelasan mengenai hal ini bisa ditelusuri dalam lontar Asta Bhumi, Asta Kosala Kosali, dan juga teks India berjudul Wastupurusa Mandala.
- Sesuai dengan filosofi Pasar dan Negara. Negara Indonesia dalam cakupan yang lebih luas, dan Kabupaten Bangli sebagai bagian dari NKRI adalah sekumpulan orang yang berasal dari berbagai macam latar belakang berbeda. Latar belakang itu baik secara personal, sosial, budaya, agama. Di Pasar, semua orang memiliki harkat dan martabat yang sama. Pasar adalah tempat mengukur kesejahteraan masyarakat, baik secara finansial, mental, dan spiritual.
Demikianlah enam pertimbangan yang dapat diajukan dalam tulisan ini. Enam pertimbangan itu dapat diistilahkan sebagai Sad Anumana Wijaya artinya enam pertimbangan logis untuk meraih kemenangan. Tentu saja pertimbangan-pertimbangan tersebut telah sejalan dengan visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali. [T]