5 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Harapan dan Kematian: Simbiosis Angga Wijaya

Kiki SulistyobyKiki Sulistyo
March 31, 2021
inUlasan
Harapan dan Kematian: Simbiosis Angga Wijaya

Ilustrasi pada sampul buku Menulis Halusinasi karya Angga Wijaya

Tahun 2020 adalah tahun istimewa. Bukan karena kembar angka yang menandainya, melainkan karena peristiwa yang terjadi di dalamnya. Pandemi Covid-19 menunda nyaris semua rencana manusia, memaksa kita menata ulang cara-cara kita berhadapan dengan kenyataan. Pada proses penataan ulang itu kita berhadapan dengan dua kemungkinan yang bertolak belakang: putusnya harapan atau terbitnya harapan baru.

Situasi spekulatif tersebut menebalkan peran empat pilar dalam medan kehidupan kita: sains, agama, filsafat, dan seni. Kita menengok ke sains untuk mencari tahu apa yang sesungguhnya sedang terjadi. Kita menengok ke agama untuk mencari pegangan di tengah keadaan yang belum terjelaskan. Kita menimbang filsafat untuk menjawab sekaligus memproduksi pertanyaan-pertanyaan perihal posisi kemanusiaan kita. Dan kita berpaling ke dalam seni guna memberi ruang bagi kompleksitas ekspresi yang terpendam dalam diri kita.

Abad 21 baru berjalan tak sampai seperempatnya, namun pandemi telah memaksa kita membongkar peti sejarah untuk mencari tahu apakah hal semacam ini pernah terjadi. Sebagian kita mungkin lega beroleh informasi bahwa wabah ini tak seganas wabah yang terjadi di abad-abad lampau ketika ilmu pengetahuan belum berkembang seperti sekarang. Sayangnya, tak ada satupun situasi, baik alamiah maupun buatan, yang bisa membuat kita dengan persis membandingkan situasi masa lalu dan masa kini ketika pada kenyataannya kita hanya mampu merasakan masa kini. Dengan kata lain, penderitaan (sebagaimana kebahagiaan) tak bisa dibandingkan. Sementara ketika kita menarik garis baik dari masa lalu ke masa kini, maupun sebaliknya, suka atau tidak kita juga akan menarik garis ke masa depan. Pada garis inilah putus atau terbitnya harapan sama-sama dimungkinkan.

Di antara keempat pilar tadi, adalah seni yang paling egaliter dalam memberikan kesempatan bagi ekspresi atas kedua kemungkinan itu, baik yang berpihak pada harapan maupun sebaliknya. Seni sebetulnya tak pernah benar-benar institusional, seni bergerak dari wilayah personal ke wilayah sosial, meski pada medium-medium tertentu dia dibatasi oleh alat ekspresinya sendiri. Sepanjang 2020 banyak karya maupun acara seni di seluruh dunia diciptakan dan berlangsung untuk merespons pandemi dan spektrum di seputarnya, dan karenanya beririsan juga dengan tegangan antara putus dan terbitnya harapan.

Album puisi Menulis Halusinasi karya Angga Wijaya ini nampaknya juga berada di medan itu. Hampir semua puisi di dalamnya ditulis tahun 2020 dan langsung atau tidak berhubungan dengan pandemi Covid-19 sehingga tak terhindarkan pula masuk dalam situasi tegangan antara putus atau terbitnya harapan. Dalam puisi-puisinya, Angga tak berambisi menyusun, meretakkan, atau memelintir bahasa guna menghasilkan efek-efek imaji tertentu. Sebagai penyair Angga memperlakukan bahasa dengan sederhana. Strategi itu memungkinkan kita dapat melihat (dan merasakan) dengan jelas bahwa di dalam puisi-puisi tersebut sedang berlangsung pertarungan sang subjek dengan situasi di sekitarnya untuk menentukan posisi dalam hubungannya dengan putus atau terbitnya harapan.

Dalam puisi-puisi Angga kata ‘harapan’ sering muncul, tapi itu tidak menunjukkan posisinya yang kokoh; Harapan kurasa tak ada lagi/Lari atau hadapi kenyataan (“Kerinduan Doa-doa”), Kita semua akan mati/Bukan oleh penyakit/Tapi karena padamnya/bara harapan (“Kematian Penyair”), Harapan.Hanya itu yang kini tersisa./Kulihat senyum mengembang pagi ini. (“Secangkir Kopi untuk Pak Nyoman”), Kota Semakin sepi, tak ada harapan lagi (“Menulis Halusinasi”), Adakah kau rasakan itu, Kekasih? Kita pecinta sejati.Harapan datang, (“Di Canggu, Sajak Ini Untukmu”).

Dari kutipan-kutipan itu kita bisa melihat betapa harapan terayun-ayun antara ‘padam’ atau ‘tak ada lagi’ dengan yang ‘tersisa’ atau (yang) ‘datang’. Harapan tidak ditempatkan sebagai sesuatu yang pasti sebagai representasi dari optimisme yang sering tidak realistis. Harapan sesungguhnya dikepung oleh fitur-fitur lain yang terus-menerus mencoba mereduksi keberadaannya. Di antara fitur-fitur itu, ‘kematian’ adalah yang paling rajin. Dalam hal ini, puisi-puisi Angga menempatkan ‘kematian’ jauh lebih pasti ketimbang ‘harapan’; Pengarang sudah mati,/walau tubuh masih sehat./Mata tak nanar lagi melihat/kenyataan hidup tak adil (“Kematian Penyair”), Perawat diam menangis/Kematian di depan mata (“Jika Corona Berlalu”), Berita kematian terus hadir di telinga (“Suatu Hari di Tahun Epidemi”), Kata-kata bagiku hanyalah kematian (“Berpisah di Persimpangan Jalan”).

‘Kematian’ dalam kutipan-kutipan itu betul-betul pasti, baik sudah maupun akan, dan ia hadir terus-menerus dengan kemantapan yang tak tergoyahkan. ‘Kematian’ dan ‘harapan’ mengambil posisi berbaku punggung; harapan tak pernah secara verbal dikatakan mati, dan kematian tak pernah disebut akan mendatangkan harapan. Keduanya seolah dua sisi dari jalan melingkar yang tampaknya tak bersinggungan; kita sibuk menjaga harapan meski kita tahu pasti kematian datang/pada malam yang asing/dan bising oleh kata-kata (“Kematian Penyair”).

Sikap itu tampak absurdis –harapan adalah batu di tangan Sisifus dan kematian adalah bukit itu. Namun, jika harapan dan kematian beradu punggung maka akan terbentuk garis/ruang di antara punggung-punggung tersebut, garis/ruang itu tiada lain adalah kehidupan. Kata ‘hidup’ dalam puisi-puisi Angga hadir lebih banyak ketimbang ‘harapan’ atau ‘kematian’. Berbeda dengan keduanya, ‘hidup’ bukanlah sesuatu yang ‘telah’ atau ‘akan’ (berlangsung), ‘hidup’ adalah sesuatu yang ‘sedang’ (berlangsung). Dengan kerangka seperti itu puisi-puisi Angga menempatkan ‘harapan’ dan ‘kematian’dalam suatu simbiosis yang dimungkinkan oleh adanya kehidupan. Maka keduanya bukanlah ‘benda’ (bukan ‘batu’ atau ‘bukit’) melainkan peristiwa ulang-alik (terdaki dan terturuni, terangkat dan tergelinding) yang meski identik, tak pernah benar-benar sama.

Pandemi Covid-19 mendesak kita untuk memperbarui situasi simbiosis tersebut. Seluruh manusia yang sebelumnya tampak terpecah-pecah dalam perbedaan suku, ras, agama, negara, dan kelas sosial saat ini berada dalam medan yang sama, berupaya sekuat bisa dengan bermacam variasi pemikiran, sikap, tindakan, kesepakatan, pertentangan, bahkan benturan untuk kembali dapat ‘menjalani’ kehidupan dengan wajar.

Sebagai deus dari puisi-puisinya, Angga Wijaya telah menciptakan subjek yang ‘menjalani’ kehidupan untuk mencapai titik kewajaran. Maka wajar pula jika Angga mengambil bahan-bahan -dan lalu mengabstraksinya- dari kehidupannya sendiri. ‘Menjalani’ kehidupan adalah pilihan yang ditempuh leluhur-leluhur kita, sehingga kita bisa berada di sini, saat ini, menjalani pula kehidupan ini. [T]

  • Tulisan di atas adalah kata pengantar untuk buku kumpulan puisi ‘Menulis Halusinasi’ karya Angga Wijaya yang baru saja terbit.

Tags: kumpulan puisiPuisi
Previous Post

Tuhan Maha Tahu, Tapi Dia Menunggu | Cerpen Leo Tolstoy

Next Post

Perempuan Bali | Sastra dan Mode Berpakaian

Kiki Sulistyo

Kiki Sulistyo

Lahir di Kota Ampenan, Lombok. Buku puisi terbarunya berjudul Dinding Diwani (Diva Press, 2020). Ia mengelola Komunitas Akarpohon, Mataram, Nusa Tenggara Barat.

Next Post
Perempuan Bali | Sastra dan Mode Berpakaian

Perempuan Bali | Sastra dan Mode Berpakaian

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Covid-19 dalam Alam Pikir Religi Nusantara – Catatan Harian Sugi Lanus

    Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Sumbangan Ketut Bimbo pada Bahasa Bali | Ada 19 Paribasa Bali dalam Album “Mebalih Wayang”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ritual Sebelum Bercinta | Cerpen Jaswanto

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tidak Ada Definisi untuk Anak Pertama Saya

by Dewa Rhadea
June 4, 2025
0
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

KADANG saya mencoba menjelaskan kepada orang-orang seperti apa anak pertama saya. Tapi jujur saja, saya tidak tahu bagaimana harus mendefinisikannya....

Read more

The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

by Wulan Dewi Saraswati
June 4, 2025
0
The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

MALAM di taman kuliner Ubud Food Festival sangat menggiurkan. Beberapa orang sudah siap duduk di deretan kursi depan, dan beberapa...

Read more

Susu dan Tinggi Badan Anak

by Gede Eka Subiarta
June 3, 2025
0
Puasa Sehat Ramadan: Menu Apa yang Sebaiknya Dipilih Saat Sahur dan Berbuka?

KALSIUM merupakan mineral utama yang diperlukan untuk pertumbuhan tulang kita, tepatnya untuk pertumbuhan tinggi badan. Kandungan kalsium tertinggi ada pada...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Buku “Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali” Memperkaya Perspektif Kajian Sastra di Bali
Khas

Buku “Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali” Memperkaya Perspektif Kajian Sastra di Bali

BUKU Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali karya Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt., memperkaya perspektif kajian sastra,...

by tatkala
June 5, 2025
Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas
Khas

Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas

“Kami tahu, tak ada kata maaf yang bisa menghapus kesalahan kami, tak ada air mata yang bisa membasuh keburukan kami,...

by Komang Sujana
June 5, 2025
Kopernik dan Jejak Timor di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Kopernik dan Jejak Timor di Ubud Food Festival 2025

“Hey, do you sell this sauce? How much is it?” tanya seorang turis perempuan, menunjuk botol sambal di meja. “It’s...

by Dede Putra Wiguna
June 5, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [18]: Bau Gosong di “Pantry” Fakultas

June 5, 2025
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co