Dalam setiap ritus pemujaan di Bali, sarana yang paling kecil dipakai adalah porosan. Porosan berasal dari kata poros. Poros yang berarti pusat atau titik tengah dalam sebuah keadaan tertentu. Akan tetapi mendapat sebuah akhiran “an” dan menjadilah sebuah kata porosan. Porosan tersebut adalah sebuah benda kecil yang mudah dibuat. Dan hanya menggunakan bahan-bahan yang sederhana.
Bahan-bahan yang digunakan yaitu seperti: daun sirih, buah pinang, gambir, pamor/apuh, daun kelapa yang tua/slepan, dan semat atau jepret/steples. Selain baha-bahan yang mudah cara pembuatannya pun sangat sederhana. Akan tetapi, dengan kemudahan cara pembuatan tersebut sering kali diabaikan dari pemaknaan dan aksara yang terdapat dalam sebuah bahan-bahan. Yang mana aksara-aksara yang terdapat di dalam setiap bahan-bahan porosan tersebut.
Adapun aksara yang terdapat di dalam setiap komponen bahan porosan tersebut yaitu: pamor/apuh ber-aksara Sa/Sang mewakili arah timur. Gambir ber-aksara Ba/Bang mewakili arah selatan. Buah pinang ber-aksra Ta/Tang mewakili arah barat. Dan daun kepala yang sudah tua ber-aksara A/Ang mewakili arah utara. Dan daun sirih beraksara I/Ing mewakili arah tengah.
Nah, kelima aksara tersebut yaitu Sa/Sang, Ba/Bang, Ta/Tang, A/Ang, I/Ing sering disebut dengan panca aksara. Yaitu lima jenis aksara yang menempati penjuru mata angin.
Dengan mengetahui aksara yang terdapat dalam porosan berati secara otomatis kita mengetahui dewa-dewa yang terdapat di setiap penjuru arah mata angin. Karena aksara dengan dengan dewa-dewa yang terdapat di penjuru arah mata angin sudah memiliki satu aksara sebagai hiasan atau sebuah sastra yang terdapat di setiap penjuru arah mata angin.
Setelah kita ketahui aksara yang ada di setiap komponen bahan pembuatan porosan tersebut. Ada hendaknya kita tau proses pembuatan dari porosan tersebut. Prosesnya sangat simpel dan praktis.
Yang pertama yaitu campurkan pamor/apuh, buah pinang, dan gambir. Setelah itu, oleskan ke-daun sirih. Dan daun sirih yang sudah dioleskan dengan campuran tadi, dimasukkan kedalam sela-sela daun kelapa yang sudah tua/slepan. Setelah itu, rapatkan atau jahit dengan semat. Semat itu semacam jarum yang dibuat dari bambu. Setelah dirapatkan, maka dipotong satu persatu dengan mengikuti semat. Paling terakhir adalah jemur. Naum, itu bisa dilakukan ataupun tidak.
Ketika porosan telah selesai dibuat, maka porosan bisa digunakan dalam pembuatan sarana persembahyangan seperti canang sari, canang genten, canang yasa, dan yang lainnya. Pada saat pembuatan canang tersebut yang paling dibutuhkan adalah porosan.
Kenapa porosan? Karena porosan sebagai pusat atau titik tengah dari canang tersebut. Sebagaimana, ketika melakukan persembahyangan harus memusatkan pikiran kepada Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Setelah kita mengetahui aksara, proses pembuatan, dan makna, alangkah baiknya untuk melestarikan serta mempelajari lebih dalam tentang sebuah budaya dan kebiasaan kecil yang memiliki makna yang terkandung serta dapat menjadi kebutuhan utama dalam pembuatan sebuah sarana persembahyangan yaitu seperti porosan.
Namun, dengan era globalisasi sekarang seberapa orang mengetahui aksara yang terdapat di dalam komponen bahan porosan tersebut? Itu, jarang saya temukan.[T]