Saat saya kecil, saya sangat suka sekali bermain Play Station (PS). Saya selalu menghabiskan waktu berjam-jam untuk bermain PS.
Ini biasa terjadi. Saat asyik bermain PS, ibu saya datang dan bicara dengan nada tinggi, “Jangan bermain game mulu, kerjakan PR, buat tugas dari guru dan belajar untuk hari esok!”.
Saat itu tentu saya sangatlah kesal. Aktivitas yang menyenangkan bagi anak muda seperti saya harus segera terhentikan. Bermain game bagi orang tua kala itu adalah kegiatan yang tidak berguna dan akan melupakan kewajiban terpenting sebagai pelajar.
“Mau jadi apa jika kita hanya bermain game. Tidak ada orang kaya yang terlahir dari hanya bermain game!” Kata-kata semacam itu selalu terdoktrin di pikiran saya hingga sekarang.
Hingga tiba smartphone mulai menjajah setiap insan manusia. Hingga tiba di mana kita semakin dipermudah dalam mengakses berbagai informasi yang kita inginkan. Semakin berkembangnya zaman, perubahan aktivitas anak zaman now pun seakan seperti arus deras. Segala bentuk aktivitas sudah berada dalam satu genggaman, mulai dari hiburan, belajar, hingga sosialita.
Lahirnya electronic sports (esports) di lingkungan anak zaman now, sudah perlahan menggeser konsep dari bermain game tidak berguna untuk masa depan. Anak zaman now sudah berlomba – lomba menjadikan dirinya pantas sebagai gamer professional. Di tambah dengan tren gamers idaman sudah menjadi selibrity baru di kalangan anak muda.
Pesatnya pertumbuhan electronic sports (esports), menjadikannya salah satu dari cabang yang memperebutan medali di SEA Games 2019. Kita bisa mengharumkan nama bangsa hanya dengan modal bermain game.
Berbicara mengenai hadiah, melihat ke turnament game bernama Dota 2 dalam event Dota2 The International 2017 (TI7) memperebutkan total uang hadiah sebesar Rp 144 Miliar. Bahkan anak muda dari Bali pun tidak luput ikut tampil eksis dalam kompetisi di esports.
Si kembar bernama Made Bagas Pramudita dan Made Bagus Prabaswara sudah mampu mengumpulkan sekitar Rp.1.4 miliar hanya dengan modal bermain game bernama PUBG mobile. Siapa yang tidak tergiur dengan total hadiah sebesar itu. Ditambah dengan konsep baru anak muda zaman now yang ingin tampil eksis dan mendapatkan popularity dan reward dengan seinstan dan secepat mungkin.
Begitu tingginya tingkat kompetisi dan antusias akan electronic sports (esports), Untuk pertama kalinya dalam sejarah, salah satu sekolah di Polandia menjadikan video game sebagai kurikulum sekolah. Baru kemarin rasanya ibu saya marah – marah untuk jangan bermain game dan sekarang sudah ada sekolah yang menjadikan game sebagai bahan dalam pembelajaran mereka.
Tapi semua itu tidak luput dengan adanya kerja keras dari si player. Untuk mendapatkan popularity dan reward sebesar itu perlu kerja keras dalam melatih skill kita. Bahkan beberapa gamers professional mengklaim menghabiskan waktu mereka dalam bermain game selama 12 -20 jam sehari. Seperti ini mungkin istilah dari hobi yang menghasilkan.
Who knows, kegiatan yang dulunya dilarang oleh orang tua, sekarang sudah sudah menjadi salah satu cita-cita dari pemuda zaman now. Apakah kalian juga tertarik untuk mengadu skill kalian di electronic sports (esports). Mungkin kita bisa saling mabar (main bareng) di lain waktu. [T]