— Catatan Harian Sugi Lanus, 12 Nopember 2020.
Hari ini tanggal 12 Nopember 2020 ulang tahun Majapahit ke 727.
Dari mana diputuskan tanggal 12 Nopember sebagai hari berdirinya Majapahit?
Data ini didapat dari hari pelantikan atau penobatan Raden Wijaya sebagaimana dimuat dalam Kidung Harsya Wijaya, Demung VI Kidung 84-6 dan 85-6, bunyinya sebagai berikut:
“Lab iya ujarira anging mben ikapanjang punang diwasayu ri purneng karttikamasa iku abecik. Tan-dwa prapta pancadaci cukleng kacatur ndan siradhipati enjang mangkyangdani pan byuban ing karya punang wong atrewuh alweran jalw istri prasama aky’amundut sawidhiwidhana krama ning homa ambhiseka prabhu ri purwa ning pangstryan tang pangasthulan”
Terjemahan bebas:
“Hanya demikianlah katanya, bahwa besok lusa hari kelima belas bulan Kartika itu adalah (hari) baik. Tiada lama kemudian telah sampailah pada waktunya, tanggal lima belas waktu purnama ke-empat pada pagi hari sang adipati telah hanyut dalam tugas pekerjaannya, semua orang juga kelihatan sibuk laki-laki perempuan mempersiapkan segala persiapan upakara (widhiwidhana) api suci pelatikan raja (homa abhiseka prabu) di timur pangstryan dari tempat persembahan kerajaan (pangasthulan)”
Dalam buku berjudul 700 TAHUN MAJAPAHIT (1293- 1993), Suatu Bunga Rampai, yang disusun oleh Prof. DR. Sartono Kartodirdjo, Prof. DR. R. Soekmono, Prof. DR. Ir. Parmono Atmadi, Prof. DR. Edi Sedyawati dan kawan-kawan, Kidung Harsya Wijaya dijadikan alasan peringatan Hari Ulang Tahun berdirinya Majapahit. Buku setebah 344 halaman ini, yang terbit Maret tahun 1992, diterbitkan oleh Dinas Pariwisata Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur, saya lihat sebagai salah satu rujukan yang sangat penting dibaca dalam melihat Majapahit.
Para penulis menyajikan dengan menarik dan akademik data Majapahit dari berbagai sudut.
Sesuai kidung di atas ditafsirkan oleh para pakar arkeologi, efigrafi dan sastra Jawa Kuno bahwa Hari Kelahiran Majapahit disesuaikan dengan hari pelantikan raja pertama Majapahit, Raden Wijaya, yang terlaksana pada hari ke-15, Bulan Kartika, Tahun 1215 Śaka.
Disimpulkan:
“Dalam Bulan Kartika dalam Kalender Tahun Śaka adalah bulan ke-4. Sedangkan menurut perhitungan yang lazim, Tahun Śaka 78 tahun lebih muda dibanding Tahun Masehi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Hari ke-15, Bulan Keempat Tabun 1215 Śaka bertepatan dengan Hari ke- 12 Bulan ke – 11, Tahun 1293 Masehi atau tanggal 12 November 1293 Masehi”.
Sebagai penggemar karya Sastra Jawa Kuno saya tentunya merasa sangat senang dengan temuan hari ulang tahun ini. Secara sangat menarik diskusikan dalam seminar ketika saya baru menginjak bangku kuliah, dan buku yang terbit tahun 1992— 1993 sebagai Perayaan 700 Tahun Kerajaan Majapahit itu luar biasa menginspirasi yang menjernihkan. Saya berpendapat banyaknya muncul perdebatan atau spekulasi tidak berdasarkan data efigrafis dan temuan situs terkait Majapahit, tentu karena mereka kurang referensi.
Buku peringatan 700 Majapahit ini kalau dibaca serius peminat studi Majapahit akan luar biasa memberi cahaya terang. Terkait dengan perayaan HUT Majapahit, perlu dikemukakan di sini bahwa peringatan dengan menggunakan kalender bulan masehi sekarang tidak sepenuhnya tepat. Secara tradisi lebih tepat dengan penggunaan kalender sasih (bulan) karena pertimbangan hari dan bulan baik menurut wariga (perhitungan dan penanggalan Jawa dan Bali) setidaknya ada dua, berdasar sasih (bulan pertimbangan purnama dan tilem) dan wewaran-pawukon (hari dan wuku).
Dipilihnya hari pelantikan Raden Wijaya, jika dilihat dari Kidung Harsya Wijaya, pertimbangan lebih pada hari purnama Kapat. Purnama ke empat menjadi momentum terang dan dipercaya sebagai titik tertinggi spiritual dalam ajaran Śiwa dan Buddha di Nusantara. Demikian juga dianggap yang purnama istimewa, terindah dan penuh bunga, dirayakan oleh para Kawi (penyair kakawin) dalam berbagai karya Kakawin. Jika merujuk pada purnama Kapat, maka jatuhnya perayaan 727 tahun Majapahit jatuh pada Purnama Kapat tanggal 1 Oktober yang baru lalu. Sekalipun demikian, perayaan tanggal 12 Nopember sebagai HUT Majapahit tentu perlu diapresiasi. Ini bisa menjadi solusi pengganti karena tidak semua masyarakat Indonesia paham peringatan perayaan berdasar hari purnama dan tilem.
HUT Majapahit yang diperingati setiap tanggal 12 Nopember bisa menjadi ikhtiar mulia dalam mengenang kejayaan leluhur, menjadi momentum tahunan dalam menggali dan mengkaji karya sastra Majapahit, hari baik mendiskusikan berbagai situs arkeologi dan peninggalan efigrafis Majapahit, juga sekaligus momentum merayakan Majapahit secara akademis berdasarkan kajian matang, tidak terjatuh pada spekulasi dan tafsir klenik yang tidak mendidik.