9 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Yang Ajip, Yang Sapardi, dan Yang Segala Ditinggalkan

Wayan SumahardikabyWayan Sumahardika
August 6, 2020
inEsai
Siasat Kerja Panggung Digital

Wayan Sumahardika [ilustrasi tatkala.co | Nana Partha]

Yang fana adalah waktu, kita abadi.

Selamat jalan, Pak Sapardi.

Demikianlah. Penggalan demi penggalan puisi karya Sapardi Djoko Damono melintas pada dinding facebook, feed story instagram, dan cuitan twitter sejak 19 Juli lalu. Belum habis mengenang sosok penyair aku ingin mencintaimu dengan sederhana ini, sepekan setelahnya, 29 Juli lalu, kembali kita dilimpahkan berita duka. Sastrawan Ajip Rosidi juga diberitakan telah berpulang. Juli tahun ini seolah menjadi bulan kita kehilangan.

Tak ada hujan di bulan Juni ini. Ada hanya gerimis acara tribute mengenang Sapardi yang melintas tipis-tipis di bulan Juli. Jika sampai tahun 2020 ini kita masih dapat menikmati suka cita para sastrawan bahasa daerah merayakan Penghargaan Sastra Rancage, entahlah tahun depan. Adakah acara yang khusus memberikan penghargan bagi sastra daerah ini akan tetap terselenggara? Setelah berpulangnya Ajip Rosidi yang notabene menjadi salah satu tokoh penting atas berdirinya Yayasan Kebudayaan Rancage selaku penyelenggara, adakah acara tahun depan tetap diteruskan? Atau mungkin akan hilang begitu saja mengikuti kepergian Ajip.

Sapardi dan Ajip, meski tak sempat mengenal secara langsung, nama mereka seperti medan magnet yang mau tak mau, langsung tak langsung, senantiasa menempel kuat khususnya bagi mereka yang membaca sastra, kuliah sastra, atau jatuh bangun dalam lingkungan pergaulan sastra. Sama kualitasnya seperti mendengar nama Rendra, Putu Wijaya, Arifin C Noer yang tak asing di telinga kawan-kawan teater, sekalipun tak pernah benar-benar menonton pentas mereka. Dari sini kemudian saya pribadi menyadari, bahwa pintu masuk menuju segala hal, bisa bermula dari segala hal.

Masuk mengenal Sapardi misalnya, bukan pada puisi saya berjumpa pertama kali. Melainkan dari mendengar rekaman musikalisasi puisi ‘Aku Ingin’ aransemen Nanoq da Kansas dan Kelompok Musik Penyanyi Sakit Jiwa (Pesaji) yang diputar kawan-kawan teater waktu SMA. Dari musikalisasi puisi satu, bertemu lagi dengan musikalisasi puisi lainnya. Bertemulah dengan rekaman Ari Reda yang aransemennya hampir semua menyajikan puisi-puisi karya Sapardi. Barulah kemudian meniatkan diri membeli buku puisi, lalu membacanya, lalu berangan-angan menulis puisi bak Sapardi. Sampai sini saya tahu, jalan panjang untuk sampai mendekati puisi Sapardi ternyata tak sependek bait-bait dalam karyanya.

Setali tiga uang dengan Sapardi. Nama Ajip Rosidi, meski santer tercatat pada buku paket sekolah, pada modul dan bacaan kuliah bahasa, sastra dan jurnalistik sebagai refrensi, saya justru dibuat tertarik pertama kali karena acara Penghargaan Sastra Rancage yang diinisiasi Ajip. Satu momen yang selalu mengingatkan saya dengan Ajip dan Rancage adalah pada tahun 2018, saat di Bali sedang marak-maraknya menggelar hari berbahasa Bali yang dicanangkan setiap hari Kamis. Pula dengan bulan bahasa Bali yang rencananya digelar setiap bulan Februari.

Betapa saat itu sebagian besar masyarakat di Bali merayakannya penuh suka cita. Seperti anak TK yang baru masuk SD, berbondong-bondong memakai seragam dan alat tulis baru. Menggunggah foto berpakaian adat bali, status berbahasa Bali, bahkan sampai menggunjingkan mana pasang aksara dan kosakata yang tepat dan benar untuk digunakan. Atas fenomena ini, sastrawan Made Adnyana Ole sempat menulis di dinding facebooknya.

Yen sube mebaju adat bali jak mebasa bali, mai imbuhin memace buku-buku sastra mebasa bali. Liu timpal cang nerbitang buku pupulan puisi, satua cutet (cerpen) jak novel mebasa bali, jeg care sing ade nak rungu. Nerbitang buku 100, nak ngomongang 500, nak nakonang 200, nak meli 20, nak mace 5. Sisane sumbangan ke perpustakaan, tetep nyangklek di rak paling bucu sing ade nak ngusud.

Nak demen sing dadi kudiang. Agetne, ade yayasan di Bandung, sebilang atiban ngemaang penghargaan ke pengarang sastra bali modern jak lembaga ane rungu teken sastra bali. Catet, ento di Bandung!

Begitulah kehadiran sosok Ajip. Meski sosoknya jauh dari Bali, meski namanya tak ada disebut saat itu, meski tak ada kaitan sama sekali dengan apa yang terjadi antara Ajip dan perayaan bahasa Bali, namun hal-hal yang dilakukan Ajip—meski kecil dan sederhana buat sebagian orang—menjadi begitu berarti kehadirannya bagi orang-orang yang mengerti niat, semangat, dan gagasan yang dibangunnya. Ajip Rosidi, meski jauh di sana namun tetap terasa dekat di sekitar kita. Pun demikian dengan Sapardi.

Ajip Sapardi, meski lahir berbeda, hidup berbeda, keduanya sama-sama punya nasib yang sama yakni dikenang sebagai sosok maestro sastra. Sebagai tokoh sastra, secara kebetulan Sapardi dan Ajip sempat kami, sebagai mahasiswa mengusungnya sebagai tema Festival Sastra di Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha, Singaraja. Tahun 2015 adalah tahun Sapardi, sementara 2016 adalah Ajip Rosidi. Saya pribadi—serta kawan-kawan mahasiswa—tentu bersyukur dapat mengikuti acara ini. Sebab dalam acara Festival Sastra Undiksha inilah, kami berkesempatan untuk mengenal sosok dan karya mereka, mengapresiasi sekaligus menelaahnya dalam berbagai bentuk kegiatan semacam membaca puisi, musikalisasi puisi, diskusi sastra, dan sebagainya.

Pada kecenderungan estetika, ciri khas dan karakternya masing-masing, Sapardi dan Ajip sama-sama memberikan pelajaran setidaknya bagi kami kala itu, bahwa dimanapun kita berada, siapapun kita, kau tetap bisa membawa sastra bagaimanapun caranya. Sapardi dan Ajip, sama-sama menulis puisi, sama-sama menulis cerpen, sama-sama menulis novel, bahkan sama-sama pula pernah menjadi dosen. Sapardi adalah guru besar di Universitas Indonesia, Ajip Rosidi, meski tak menamatkan pendidikan SMP, tetap mampu menjadi dosen di perguruan tinggi Indonesia, bahkan dipercaya mengajar sampai ke Jepang.

Tak ada pengkotakan bagi keduanya, antara akademisi dan sastrawan, kampus dan jalanan. Sapardi dan Ajip bergerak di antaranya, atau bahkan boleh dikata bertempat di manapun mereka suka. Ajip, selain pernah menerima gelar Doktor Honoris Causa bidang Ilmu Budaya dari Fakultas Sastra Universitas Padjajaran, menjadi guru besar tamu di Osaka Gaikokugo Daigaku, mengajar di Kyoto Sangyo Daigaku dan Tenri Daigaku. Ia juga pernah menjadi editor, pimpinan redaksi di majalah Suluh Pelajar, Mingguan Sunda, dan majalah kebudayaan Budaya Jaya. Pula menjabat sebagai Ketua Dewan Kesenian Jakarta periode 1972-1981 dan masih banyak lagi pekerjaan yang sempat ditekuni. Sedang Sapardi, yang meski telah jadi guru besar di Universitas Indonesia, juga sempat menjadi redaktur di sejumlah majalah seperti Horison, Basis, Kalam, Pembinaan Bahasa Indonesia, dan Majalah Ilmu-ilmu Sastra Indonesia. Dalam berjibun kesibukannya, Ajip Sapardi tetap produktif menghasilkan karya sastra.

Perihal karya, Ajip dan Sapardi meski lebih dikenal dengan puisi dan prosa, juga punya perhatian lebih pada bidang teater, khususnya naskah drama. Ajip pernah membuat drama berbahasa Sunda yang berjudul ‘Masyitoh’, diterbitkan pertama kali pada 1962. Yang menarik dari drama ini adalah gagasannya yang berangkat dari kisah Siti Masyitoh di zaman Firaun. Ajip mencoba menggali nilai kemanusiaan dan religiusitas Masyitoh yang pada masa penjajahan dimaknai sebagai perempuan yang gila agama. Penggalian gagasan semacam ini boleh jadi jarang dilakukan menggunakan media bahasa daerah mungkin dalam sastra daerah hari ini.

Sementara Sapardi, sampai di usia senjanya sempat menerbitkan buku kumpulan esai yang menelaah perkembangan naskah drama di Indonesia berjudul ‘Drama di Indonesia’. Meski tak sepopuler buku puisinya, catatan drama Sapardi sejatinya cukup penting bagi kita untuk mengetahui bagaimana perkembangan naskah drama Indonesia. Ketika teater kontemporer hari ini cenderung lebih banyak membicarakan perihal teater, tubuh, panggunggung dengan segala aspek dramaturgi dan gagasan lintas disiplin, ketika dalam sastra sendiri, drama begitu jarang ditelaah dibandingkan dengan telaah puisi dan prosa, buku ‘Drama di Indonesia’ Sapardi tentulah menjadi bahan penting untuk sumber telaah naskah drama dalam konteks sastra.

Maka, apa-apa yang dilakukan oleh Sapardi dan Ajip dalam konteks ini dapat dibaca sebagai usaha untuk menggenapi hal-hal yang belum tergenapi dalam khasanah kesastraan kita. Seperti yang telah saya ungkapkan sebelumnya, bahwa pintu masuk menuju segala hal, bisa bermula dari segala hal. Membaca Sapardi tak melulu perihal puisi, pun dengan Ajip Rosidi tak melulu perihal karya-karyanya. Antara sosok, karya, dan lingkungan sosial sesungguhnya saling berhubungan satu sama lain. Memberi pengaruh pada siapapun di kejauhan. Selamanya. Meski Sapardi dan Ajip telah tak ada, akan tetap ada begitu banyak pintu untuk masuk mengabadikannya. Sebab yang fana adalah waktu, kita abadi.

Denpasar, 2020

Tags: Ajip Rosidiin memoriamSapardi Djoko DamonosastraTeater
Previous Post

Memaknai Calonarang

Next Post

Mengelola Kemarahan di Masa Pandemi Nyaris Resesi

Wayan Sumahardika

Wayan Sumahardika

Sutradara Teater Kalangan (dulu bernama Teater Tebu Tuh). Bergaul dan mengikuti proses menulis di Komunitas Mahima dan kini tercatat sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Pasca Sarjana Undiksha, Singaraja.

Next Post
Ketidakpastian Pandemi: Dukungan Psikososial Vs Teori Konspirasi

Mengelola Kemarahan di Masa Pandemi Nyaris Resesi

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

ORANG BALI AKAN LAHIR KEMBALI DI BALI?

by Sugi Lanus
May 8, 2025
0
PANTANGAN MENGKONSUMSI ALKOHOL DALAM HINDU

— Catatan Harian Sugi Lanus, 8 Mei 2025 ORANG Bali percaya bahkan melakoni keyakinan bahwa nenek-kakek buyut moyang lahir kembali...

Read more

Di Balik Embun dan Senjakala Pertanian Bali: Dilema Generasi dan Jejak Penanam Terakhir

by Teguh Wahyu Pranata,
May 7, 2025
0
Di Balik Embun dan Senjakala Pertanian Bali: Dilema Generasi dan Jejak Penanam Terakhir

PAGI-pagi sekali, pada pertengahan April menjelang Hari Raya Galungan, saya bersama Bapak dan Paman melakukan sesuatu yang bagi saya sangat...

Read more

HINDU MEMBACA KALIMAT SYAHADAT

by Sugi Lanus
May 7, 2025
0
HINDU MEMBACA KALIMAT SYAHADAT

— Catatan Harian Sugi Lanus, 18-19 Juni 2011 SAYA mendapat kesempatan tak terduga membaca lontar koleksi keluarga warga Sasak Daya (Utara) di perbatasan...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng
Khas

“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

DULU, pada setiap Manis Galungan (sehari setelah Hari Raya Galungan) atau Manis Kuningan (sehari setelah Hari Raya Kuningan) identik dengan...

by Komang Yudistia
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

May 3, 2025
Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

May 3, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co