5 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Poh Lembongan, Mangga Khas Nusa Penida — Riwayatmu Kini

I Ketut SerawanbyI Ketut Serawan
July 9, 2020
inOpini
Poh Lembongan, Mangga Khas Nusa Penida — Riwayatmu Kini

Mangga Gedong Gincu, Mirip Poh Lembongan. Sumber foto: Tribunnews.com

188
SHARES

Nusa Penida (NP) memiliki mangga yang khas. Orang NP lumrah menyebutnya dengan nama poh (mangga) lembongan. Sementara, orang Bali daratan menyebutnya dengan nama poh nusa. Dibandingkan dengan varietas mangga nusa lainnya, mangga lembongan lebih diminati di pasaran. Sekitar tahun 2000-an ke bawah, mangga ini pernah mengalami kejayaan. Setidaknya, mangga lembongan mampu menembus pasaran terutama di Klungkung daratan. Namun, belakangan suplai buah mangga Lembongan ke Bali daratan kian berkurang signifikan.

Entah apa penyebabnya. Bisa jadi karena pasokan mangga di NP terlalu melimpah. Sedangkan, distribusi (pengiriman) buah mangga ke Bali daratan sangat minim. Kondisi ini jelas merugikan para pengepul. Karena itu, mereka (para pengepul) tidak berani membeli mangga dalam jumlah (stok) yang banyak. Sebagai tindakan preventif, mereka akhirnya membatasi diri dalam pembelian mangga-mangga yang ada di NP termasuk mangga lembongan.

Kasus pendistribusian berkaitan erat dengan moda transportasi laut, penghubung pulau NP dengan Bali daratan. Artinya, keberadaan transportasi laut NP masih dianggap belum optimal sehingga pendistribusian mengalami kendala (lambat). Kendala pendistribusian sangat berisiko terhadap stok buah mangga yang dibeli oleh pengepul, karena mangga riskan mengalami pembusukan.

Dugaan lain, mungkin keberadaan mangga-mangga unggulan lainnya seperti manalagi, arumanis, madu dll. bertumbuh di NP. Jangan-jangan keberadaan mangga-mangga unggulan itu turut memberikan andil menggeser posisi mangga lembongan. Pasar tampaknya lebih merespon mangga-mangga unggulan ini dibandingkan dengan mangga lembongan. Padahal, secara kualitas mangga lembongan tidak kalah dengan mangga-mangga unggulan tersebut.

Secara fisik, mangga lembongan menyerupai mangga Gedong Gincu. Bulat dengan lekukan sedikit. Berukuran sedang, tidak terlalu kecil atau besar. Memiliki kulit yang tipis, daging buahnya berwarna kuning dan bertekstur agak kenyal dengan kandungan air yang banyak. Jika dimakan dalam kondisi matang sekali, rasanya manis total. Namun, dalam kondisi matang sedang, rasa manisnya bercampur dengan rasa asem sedikit.

Ketika masih mentah, mangga lembongan berwarna hijau dan memiliki beberapa bintik kecil berwarna putih pada permukaan kulitnya. Saat matang sedang, permukaan kulitnya berubah menjadi orange muda. Warna orange berubah lebih tua jika mangga lembongan dalam kondisi matang tua. Pada saat inilah, mangga lembongan mengeluarkan aroma harum. Sementara, kematangan mangga Gedong Gincu ditandai dengan warna gradasi kuning dan merah.

Dengan tampilan cantik dan kualitas yang tak beda jauh dengan mangga-mangga unggulan lainnya, semestinya mangga lembongan tetap eksis dan dapat bersaing di pasaran. Akan tetapi, kondisi di lapangan justru menunjukkan kenyataan yang berbeda. Semakin ke depan, nasib mangga lembongan seolah-olah berada diambang mengkhawatirkan.

Reaksi pasar sangat lesu. Jikalaupun pasar merespon, harga mangga lembongan jauh di bawah harapan. Dari dulu hingga sekarang, pengepul membeli mangga lembongan (di NP) dengan sistem transaksi tradisional yaitu menggunakan sistem angka 200 “nyaruk”. Mangga lembongan dihitung bijiannya sebanyak 200 butir dari berbagai ukuran (besar, sedang, dan kecil). Harga sekarang berkisar Rp 30.000 hingga Rp 50.000. Jika panen mendahului (buah mangga matang masih langka), maka harga di pasaran menjadi tinggi yaitu Rp 50.000 per 200 butir mangga lembongan. Namun, pas musim panen per 200 butir dihargai Rp 30.000. Anda mungkin geleng-geleng kepala, bukan?

Pasalnya, proses memanen dan penjualan tergolong cukup rumit. Mangga lembongan termasuk jenis mangga yang memiliki pohon yang sangat tinggi, lebih dari 5 m. Tidak cukup memetik buahnya dari atas permukaan tanah. Kita perlu memanjat pohonnya untuk mendapatkan buahnya. Belum lagi, rata-rata pohon mangga lembongan disenangi oleh serangga sumangah (sejenis semut merah).

Pemanen berjuang memetik buah mangga dengan sumbul, sambil berjuang mengatasi rasa sakit akibat gigitan sumangah. Sumbul merupakan alat panen yang terbuat dari bambu (galah) panjang. Pada ujungnya, ada semacam mulut sumbul dilengkapi dengan gigi 2-3 yang agak renggang. Kerenggangan ini bertujuan untuk menghimpit ujung tangkai mangga sehingga memudahkan lepas dari tangkainya. Sementara itu, di ujung samping hingga ke belakang dilengkapi dengan anyaman sejenis keranjang kecil—agar buah tidak jatuh ke tanah sehingga tidak lecet dan tidak cepat mengalami pembusukan.

Harga Rp 30.000- Rp 50.000 juga termasuk ongkos kirim. Setelah dipetik, petanilah (penjual) yang mengangkut mangga lembongan ke tempat pengepul atau langsung dibawa ke pasar. Jadi, harga tersebut sudah terhitung biaya petik dan ongkos kirim. Pembeli tinggal menerima bersih di tempatnya.

Meski tergolong murah, petani tetap semangat menjual kalau ada permintaan atau penawaran. Celakanya, seringkali ketika panen mangga tiba, tidak ada seorang pun yang membeli (menawar) mangga lembongan. Pengepul bungkam. Pembeli umum juga tak merespon. Cerita ini sudah biasa terjadi hampir setiap tahun di NP. Lantas, apa yang dilakukan oleh petani di NP?

Mangga-mangga itu dibiarkan jatuh berguguran ke tanah dan menjadi pesta bagi binatang-binatang seperti lalat, kupu-kupu, ulat, bekicot, muring dan lain sebagainya. Biasanya, para binatang tersebut berpesta menindaklanjuti mangga hasil gigitan dari para kelelawar. Para kelelawar berpesta buah mangga pada malam hari—namun tidak sempat menghabisi buah mangga itu karena terburu jatuh ke tanah.

Keesokan paginya, buah mangga hasil gigitan para kelelawar itulah yang menjadi incaran para binatang lainnya. Sebab, gigitan kelelawar itu sudah merobek dan menembus daging buah mangga. Hal inilah yang memudahkan para binatang lain untuk langsung memakan dagingnya.  

Bagaimana dengan buah mangga yang jatuh tetapi masih utuh (cuma lecet)? Para petani memungut dan mengumpulkannya untuk pakan tambahan ternak seperti ayam, babi, dan sapi. Pemberian mangga kepada ternak ayam dan babi dengan cara dikupas terlebih dahulu. Sementara, pemberian kepada ternak sapi biasanya dalam kondisi utuh. Si sapi langsung menelan utuh dengan batunya. Beberapa menit kemudian, si sapi mengeluarkan batu-batu mangga itu kembali melalui mulutnya.

Jika memiliki ternak terbatas, maka banyak buah mangga lembongan terbuang percuma. Para petani membiarkan mangga lembongan itu tergeletak, membusuk dan menyatu dengan tanah.

Mengoptimalkan Pemberdayaan Mangga Lembongan (Nusa)

Mangga lembongan sudah menjadi ikon bagi NP sejak lama. Namun, siapa sangka ternyata pemanfaatannya masih belum optimal. Cerita-cerita pembiaran dan pembuangan mangga ini mungkin sudah menjadi kisah klasik. Berlangsung bertahun-tahun. Namun, hingga kini belum ada solusi efektif untuk pemanfaatan mangga lembongan dengan optimal.

Kasus pembiaran atau pembuangan terhadap mangga lembongan tetap terbuka terulang pada tahun-tahun mendatang. Karena setahu saya, belum pernah saya dengar ada olahan buah mangga menjadi makanan atau minuman di NP. Selama ini, mangga hanya dikonsumsi langsung oleh masyarakat NP.

Model konsumsi tradisional ini jelas tidak sebanding dengan jumlah mangga yang ada di NP. Pasalnya, NP memiliki varietas mangga tidak hanya lembongan. NP memiliki varietas mangga lainnya seperti mangga golek, gedang, ijo, dodol, gender rasa, pelom dan varian lainnya. Di antara varietas mangga nusa, keberadaan mangga lembongan memang paling mendominasi di NP.

Berbeda mungkin ceritanya, jika buah mangga (terutama mangga lembongan) di NP diolah menjadi berbagai olahan kreatif. Misalnya, krupuk mangga, manisan, minuman, dan lain sebagainya. Bisa jadi, kan?

Kemudian, hasil olahan dipromosikan baik secara manual maupun lewat medsos. Promosi ini tentu penting, apalagi sebagai produk pemula. Jadi, pembeli tinggal pesan lewat online atau langsung mendatangi tempat-tempat yang menyediakan produk. Kalau bisa, produk-produk olahan mangga khas nusa itu dibranding.

Sasaran paling menjanjikan mungkin menjadi oleh-oleh khas NP. Sangat memungkinkan. Ya, karena NP sudah menjadi daerah pariwisata. Apalagi, tingkat kunjungan pelancong ke NP cukup tinggi. Ada peluang. Tinggal bagaimana membuat produk olahan mangga nusa yang berkualitas dan menyentuh selera pasar. Mungkin tidak beda jauh dengan olahan apel malang misalnya (krupuk apel Malang dan minuman sari apel Malang). Setiap orang bertamasya ke Malang, setidak-setidaknya mereka pulang membawa krupuk apel atau minuman sari apel.

Saya pikir NP bisa meniru Malang misalnya. Pelancong tidak hanya menikmati objek wisata Malang, tetapi sekaligus digiring berbelanja oleh-oleh khas Malang. Begitu juga dengan NP. Para pelancong tidak hanya menikmati keindahan geografi NP, tetapi juga berbelanja oleh-oleh khas NP yaitu olahan mangga terutama mangga lembongan.

Jika pengolahan mangga ini diformat dalam bentuk usaha, setidaknya akan menciptakan lapangan pekerjaan baru, menyelamatkan ekonomi para petani di NP dan sekaligus memberdayakan buah mangga yang terbuang percuma setiap tahunnya.

Saya pikir para pebisnis di NP sudah memikirkan hal ini. Mungkin, mereka sedang berhitung biaya produksi, pemasaran, distribusi dan lain sebagainya. Siapa tahu suatu saat nanti ada pebisnis milenial yang bisa mewujudkan hal itu, sehingga bisnis di NP menjadi semakin meriah. Harapannya, dapat mendongkrak perekonomian di NP. Jadi, tidak melulu soal bisnis akomodasi penginapan saja.

Alangkah eloknya jika sektor pariwisata dan bisnis olahan makanan/ minuman saling bergandengan, terutama yang bahan bakunya tersedia di alam NP. Dalam konteks ini, mangga lembongan. Masyarakat berbisnis, sambil melestarikan ikon mangga khas NP.

Di samping pengoptimalan olahan kreatif, kendala pendistribusian penting pula dicarikan jalan keluar—agar pendistribusian mangga lembongan ke Bali daratan dapat berjalan lebih lancar. Sehingga, para pengepul dapat membeli mangga nusa dalam jumlah yang lebih banyak. Kelancaran pendistribusian ini diharapkan dapat menjaga nilai mangga nusa (lembongan). Minimal ada tawaran dari pengepul untuk terus membeli mangga nusa, sehingga kasus pembiaran dan pembuangan mangga kian dapat diminalisasikan.

Ya, mungkin kuantitas moda transportasi laut terutama untuk mengangkut barang (termasuk mangga) mesti dimaksimalkan. Setidaknya, frekuensi trip penyeberangan dioptimalkan lagi. Jika masih belum maksimal, mungkin keberadaan perahu khusus mengangkut barang mesti diadakan lagi. Tentu dengan biaya yang terjangkau, sehingga saling mensupport. Bisnis transportasi laut dapat bertumbuh, bisnis mangga khas NP juga dapat berkembang dan ekonomi para petani tetap hidup.

Untuk kesehatan transaksi, mungkin model pembelian pengepul dapat diadaptasikan sehingga tidak terlalu merugikan petani. Misalnya, kurangi bermain sistem angka 200 nyaruk. Mungkin lebih bijak dengan sistem kiloan misalnya. Pasti lebih murah dengan harga di pasar Bali daratan. Akan tetapi, permainan sistem kiloan dirasakan lebih objektif.

Kita berharap realisasi pengolahan kreatif mangga nusa dapat terwujud, pendistribusiannya lebih lancar dan sistem transaksinya lebih modern sehingga mangga lembongan (nusa) tidak hanya tinggal cerita. Jangan sampai poh lembongan menjadi abadi dalam sebuah nama penginapan “Poh Manis Lembongan”. Akan tetapi, tetap real eksis dalam segala perubahan yang melanda NP. Semoga! [T]

Tags: buah lokalfloraNusa Penida
Previous Post

Buda Kliwon Sinta di Gunung Lebah Ubud

Next Post

Lima Pameran Seni yang Paling Berkesan di Bali

I Ketut Serawan

I Ketut Serawan

I Ketut Serawan, S.Pd. adalah guru bahasa dan sastra Indonesia di SMP Cipta Dharma Denpasar. Lahir pada tanggal 15 April 1979 di Desa Sakti, Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung. Pendidikan SD dan SMP di Nusa Penida., sedangkan SMA di Semarapura (SMAN 1 Semarapura, tamat tahun 1998). Kemudian, melanjutkan kuliah ke STIKP Singaraja jurusan Prodi Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah (selesai tahun 2003). Saat ini tinggal di Batubulan, Gianyar

Next Post
Lima Pameran Seni yang Paling Berkesan di Bali

Lima Pameran Seni yang Paling Berkesan di Bali

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Covid-19 dalam Alam Pikir Religi Nusantara – Catatan Harian Sugi Lanus

    Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Sumbangan Ketut Bimbo pada Bahasa Bali | Ada 19 Paribasa Bali dalam Album “Mebalih Wayang”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ritual Sebelum Bercinta | Cerpen Jaswanto

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tidak Ada Definisi untuk Anak Pertama Saya

by Dewa Rhadea
June 4, 2025
0
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

KADANG saya mencoba menjelaskan kepada orang-orang seperti apa anak pertama saya. Tapi jujur saja, saya tidak tahu bagaimana harus mendefinisikannya....

Read more

The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

by Wulan Dewi Saraswati
June 4, 2025
0
The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

MALAM di taman kuliner Ubud Food Festival sangat menggiurkan. Beberapa orang sudah siap duduk di deretan kursi depan, dan beberapa...

Read more

Susu dan Tinggi Badan Anak

by Gede Eka Subiarta
June 3, 2025
0
Puasa Sehat Ramadan: Menu Apa yang Sebaiknya Dipilih Saat Sahur dan Berbuka?

KALSIUM merupakan mineral utama yang diperlukan untuk pertumbuhan tulang kita, tepatnya untuk pertumbuhan tinggi badan. Kandungan kalsium tertinggi ada pada...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Kopernik dan Jejak Timor di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Kopernik dan Jejak Timor di Ubud Food Festival 2025

“Hey, do you sell this sauce? How much is it?” tanya seorang turis perempuan, menunjuk botol sambal di meja. “It’s...

by Dede Putra Wiguna
June 5, 2025
Menjaga Rasa, Menjaga Bangsa | Dari Diskusi Buku “Ragam Resep Pangan Lokal” di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Menjaga Rasa, Menjaga Bangsa | Dari Diskusi Buku “Ragam Resep Pangan Lokal” di Ubud Food Festival 2025

MATAHARI menggantung tenang di langit Ubud ketika jarum jam perlahan menyentuh angka 12.30. Hari itu, Minggu, 1 Juni 2025, Rumah...

by Dede Putra Wiguna
June 4, 2025
Lalapooh: Cinta, Crepes, dan Cerita di Tengah Pasar Senggol Pelabuhan Tua Buleleng
Kuliner

Lalapooh: Cinta, Crepes, dan Cerita di Tengah Pasar Senggol Pelabuhan Tua Buleleng

SORE menjelang malam di Pasar Senggol, di Pelabuhan Tua Buleleng, selalu tercium satu aroma khas yang menguar: adonan tipis berbahan...

by Putu Gangga Pradipta
June 4, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [18]: Bau Gosong di “Pantry” Fakultas

June 5, 2025
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co