Kalender Bali yang secara tradisional diterima sebagai warisan Bhagawan Gargha, adalah tabel dan penjadwalan kegiatan upakara, masa bercocok tanam atau pertanian, kerja di laut dan di darat, dan juga termasuk non-kerja fisik berupa aspek batin diatur, dan paling utama di dalamnya terkandung berbagai strategi hidup yang cermat.
Kalender Bali (yang warisan dari budaya Bali Kuno dan Jawa Kuno — bisa disebut kalender Nusantara Kuno) yang terwariskan di Bali, secara utuh mengatur dan memberi strategi menjalani kehidupan pemenuhan kebatinan atau hal niskala, dan pemenuhan lahiriah.
Skema kesejahteraan Pagerwesi adalah salah satunya. Runutan upakara dari Hari Ilmu Pengetahuan (Hari Suci Saraswati) sampai Hari Pager Jiwa & Peneguhan Lair Batin (Hari Raya Pagerwesi) secara strategis dan filosofis dirumuskan secara berjenjang, menjadi pedoman memahami kesejahteraan umat manusia.
Dapat dipahami sebagai 4 pilar kesejahteraan lahir batin yang tersirat dalam kalender Bali, sebagai berikut:
▪Pilar Ilmu Pengetahuan.
— Memuja Sang Hyang Saraswati, pondosi kemanusiaan adalah ilmu pengetahuan yang mutlak mendasari gerak kehidupan lahir batin. HARI PERAYAAN ILMU PENGETAHUAN — siap diri dalam segala situasi dengan NALAR, ILMU & KEJERNIHAN.
▪Pilar Ketahanan Pangan Keluarga.
— Menghaturkan upakara di lumbung dan di pulu (gentong beras), bersyukur atas anugraha Bhatari Dewi Sri kesuburan pertanian. HARI PENEGUHAN KETAHANAN PANGAN & PERTANIAN — siap lumbung pangan keluarga hadapi situasi.
▪Pilar Kesadaran Menyimpan Hasil Kerja.
— Memuja Sang Hyang Mahadewa, yang oleh masyarakat umum disebutkan sebagai sumber berkah atas semua “raja-berana”. HARI KESADARAN MENYIMPAN HASIL KERJA — siap diri dalam segala situasi dengan tabungan dan asset.
▪Pilar Keteguhan Sekala-Niskala.
— Memuliakan Sang Hyang Pramesti Guru, perayaan pagar jiwa dan peneguhan lahir batin, sadar bahwa hidup memerlukan keteguhan batin. PERAYAAN PENEGUHAN DIRI LAHIR BATIN — hati perlu dirawat, dijaga, diri perlu disiapkan menghadapi hidup dengan kejernihan prima.
Berturut-turut perayaan tersebut menyerupai langkah-langkah taktis sebagai petunjuk pedoman hidup membangun kesejahteraan lahir batin.
— Hari Saraswati jatuh pada pada Sabtu (Saniscara), Umanis (Legi), wuku Watugunung. Satu paket dengan Banyupinaruh penyucian diri keesokan harinya.
— Dua hari setelah Saraswati, masuk hari Soma Ribek, jatuh pada hari Soma (Senin), Pon, wuku Sinta.
— Sehari setelah Soma Ribek, masuk hari Sabuh Mas, jatuh pada Anggara (Selasa), Wage, wuku Sinta.
— Setelah Sabuh Mas masuk ke puncak tangga: Hari Raya Pagerwesi jatuh pada Budha (Rabu), Kliwon, wuku Sinta.
Runutan empat perayaan ini berpondasi atau berpilar utama ilmu pengetahuan, menuju kesiapan pangan, kesiapan simpanan, dan untuk memperteguh pagar jiwa, ketangguhan lahir-batin. [T]