26 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Pandemi, Bolak-Balik Waktu ke Masa Lalu dan Masa Depan

Santi DewibySanti Dewi
July 6, 2020
inEsai
Pandemi, Bolak-Balik Waktu ke Masa Lalu dan Masa Depan

ilustrasi diolah dari foto koleksi penulis

18
SHARES

Tak terasa, berbulan-bulan sudah kita terpenjara dalam rumah. Kalaupun keluar, rasanya seperti perang. Harus memakai seragam perang (masker), membawa senjata perang (handsanitizer) atau menyiapkan strategi perang (jaga jarak dan cuci tangan). Namun ada satu hal yang tidak pernah terpenjara dan terbatasi di tengah keterbatasan saat ini. Satu-satunya hal yang justru mendobrak, meradang, dan menerjang seperti kata Chairil Anwar.

Pandemi membuat begitu banyak orang menjadi kreatif, inovatif, produktif dan tif-tif lainnya. Ide-ide bermunculan dari liar pikiran yang tak pernah surut walau dihadang badai pandemi. Contohnya saja banyak sekali orang-orang yang tiba-tiba menjadi bisa memasak, bermunculan video resep-resep masakan di instagram, facebook, dan tak terkecuali tiktok. Tidak hanya video goyang-goyang, mau cari video resep makanan juga banyak lo di tiktok.

Seperti misalnya teman saya, saat ini ia jualan makanan karena terinspirasi dari tiktok, katanya. Atau orang-orang yang memposting hasil masakan mereka dengan presentasi yang sengaja dibuat secantik mungkin dengan angle foto yang membuat orang lain tergiur ketika melihatnya, juga membludaknya pedagang-pedagang online yang memenuhi beranda sosial media.

Semua orang menjadi tiba-tiba bisa dan kreatif di masa pandemi ini. Tentu itu menjadi salah satu sisi baik, karena yang lebih memenjarakan sesungguhnya bukan ketika kita tidak bisa berinteraksi langsung, tapi ketika kita dilarang untuk berpikir. Lagipula, siapa yang melarang orang berpikir? Haha…

Munculnya berbagai wacana video masakan yang ditawarkan untuk mengisi kegelisahan di rumah saja menggugah keinginan saya untuk turut mencoba. Dari awal pandemi sampai saat ini pun saya masih terus mengeksplorasi berbagai masakan. Seperti beberapa waktu lalu misalnya, saya mencoba membuat cilok dengan bumbu kacang. Bahannya sederhana dan mudah saja, sekali tonton tutorialnya, saya langsung eksekusi.

Namun ada yang berbeda pada gigitan pertama. Saat pertama kali mencoba, saya langsung di tarik ke belakang ke masa-masa kecil. Rasanya persis sama seperti pentol buatan nenek yang biasa dijualnya saat mengajar di sekolah dasar dulu, kenyal dan aromanya yang khas dan wangi dari campuran bawang putih dan bumbu lainnya.

Saya langsung teringat pada kenangan itu, dulu nenek adalah seorang guru sekolah dasar, setiap sore ia selalu membuat bulatan-bulatan pentol yang begitu banyak untuk kemudian dijual ke sekolahnya besok pagi. Lalu ketika saya berkesempatan diajaknya ke sekolah, maka di jam istirahat atau pulang sekolah, saya akan merengek meminta pentol kepada nenek yang ia titip di kantin.

Hal yang sama juga terjadi ketika saya memasak be mesisit atau yang biasa disebut ayam suwir. Kali ini tanpa tutorial, saya mencoba menerka bumbu-bumbunya sendiri. Saat ayam dengan bumbu merah itu saya aduk bersama nasi hangat, lagi-lagi saya teringat masa kecil. Saya baru ingat, bahwa dulu saya senang sekali dengan be mesisit.

Pokoknya setiap hari saya harus dibuatkan be mesisit, jika ada be mesisit, maka saya akan makan dengan sangat lahap. Tak peduli dengan lauk lain, bagi saya be mesisitlah yang paling spesial saat itu.

Dulu, saya tergolong anak kecil yang agak susah makan. Beranjak dewasa, saya mulai mengecap berbagai macam makanan hingga akhirnya favorite saya menjadi berubah-ubah. Walau ketika dewasa saya telah mencoba berbagai macam be mesisit dari banyak tangan, namun kesadaran tentang masa kecil justru baru muncul ketika saya membuatnya dengan tangan saya sendiri.

Beranjak dari be mesisit, beberapa tahun kemudianselera saya berpaling hati pada olahan ikan. Pindang bumbu merah sempat menjadi primadona lidah saya dulu. Tepatnya entah kapan saya mulai menyukainya, tapi yang pasti saya sangat suka pindang bumbu merah buatan kompyang saya, atau kalau di bahasa Indonesia berarti buyut.

Lagi-lagi ketika mencoba membuatnya sendiri beberapa waktu lalu dengan bermodalkan kekuatan kira-kira dan perasaan, saya berhasil membuat cita rasa yang sangat sama dan pas tanpa kekurangan sedikit pun. Sama sekali tidak ada bedanya dengan buatan kompyang dulu. Alhasil saya terheran-heran, saya merasa seolah-olah memakan masakan kompyang.

Lah, terus kok bisa masak tanpa liat resep atau diajari? Kenangan tersebut tiba-tiba bermunculan melalui masakan-masakan yang saya buat. Ingatan tentang masa kecil dibangkitkan kembali justru saat pandemi. Saya pun menaruh curiga pada diri saya, bahwa jangan-jangan diam-diam saya telah merekam apa yang saya lihat saat kecil di otak saya meski saya tidak pernah diajari memasak, meski saya hanya sliweran saja melihat orang tua memasak tanpa keinginan bertanya. Apa yang hanya saya lihat dulu ternyata menjadi tabungan yang mengendap di kepala dan kemudian terpanggil kembali ketika saya menuangkannya ke dalam laku.

Pandemi mengingatkan saya pada kenangan-kenangan masa kecil, dan mungkin dua atau tiga puluh tahun lagi apa yang saya kerjakan saat masa pandemi ini akan menjadi kenangan di masa depan. Seperti orang-orang yang beternak lele dalam ember misalnya, mungkin saat ini lele-lele tersebut masih berenang berhimpit-himpitan dalam ember, namun siapa tau saja lima atau delapan tahun kedepan orang-orang tersebut akan memiliki usaha ternak lele sukses dan lele-lele tersebut akan berenang-renang ria di dalam puluhan tambak yang luas sebelum akhirnya mati disantap juga.

Maka beberapa tahun ke depan akan ada kalimat-kalimat seperti ini “Gara-gara pandemi, saya jadi ketagihan beternak lele dan sukses hingga sekarang” atau “Gara-gara pandemi, pengeluaran saya jadi hemat karena tidak perlu membeli ikan” atau bahkan “Semenjak pandemi, aku jadi bisa memasak berbagai macam masakan dari seluruh dunia”. Ah, rasanya akan ada begitu banyak kalimat kalimat “sejak pandemi” atau “gara-gara pandemi” yang akan menyelip di tengah-tengah obrolan ketika apa yang terjadi kini akan menjadi kenangan di masa mendatang.

Hal-hal lampau yang terasa baru atau hal-hal baru yang terasa lampau mungkin saja tidak benar-benar baru dan lampau. Bahwa sesungguhnya kedua hal tersebut adalah bagian pengalaman yang secara sadar atau tidak akan tersimpan di alam bawah sadar kita. Pandemi melahirkan begitu banyak cerita-cerita mengejutkan.

Cerita-cerita soal bagaimana kita menanam keinginan yang mungkin baru sempat terisi saat pandemi, penemuan-penemuan baru dari hasil penyadaran lebih dekat pada rumah, menemukan sisi-sisi lain diri yang tidak pernah kita temukan sebelumnya dan merawat ingatan pada kenangan yang mungkin hampir terlupakan. Pandemi bagi saya justru menjadi momen kembali pulang. Pulang pada kenangan, pulang pada harapan, pulang pada diri sendiri. [T]

Tags: gaya hidupKreativitaspandemi
Previous Post

Bapak, Ingat Padanya Membuka Keharuanku…

Next Post

Merantau Memang Tidak Mudah, Namun Itu Bukan Alasan

Santi Dewi

Santi Dewi

Lahir di Kalimantan, 02 Mei 2000. Mahasiswa program studi Pendidikan Bahasa Inggris, Undiksha. Saat ini aktif dalam Teater Kampus Seribu Jendela. Suka menyanyi, teater, dan melukis wajah.

Next Post
Merantau Memang Tidak Mudah, Namun Itu Bukan Alasan

Merantau Memang Tidak Mudah, Namun Itu Bukan Alasan

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Abstrak Ekspresionisme dan Psikologi Seni

by Hartanto
May 25, 2025
0
Abstrak Ekspresionisme dan Psikologi Seni

"Seniman adalah wadah untuk emosi yang datang dari seluruh tempat: dari langit, dari bumi, dari secarik kertas, dari bentuk yang...

Read more

AI dan Seni, Karya Dialogis yang Sarat Ancaman?

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 25, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

“Seni bukanlah cermin bagi kenyataan, tapi palu untuk membentuknya.” -- Bertolt Brecht PARA pembaca yang budiman, kemarin anak saya, yang...

Read more

Catatan Ringkas dari Seminar Lontar Asta Kosala Kosali Koleksi Museum Bali

by Gede Maha Putra
May 24, 2025
0
Catatan Ringkas dari Seminar Lontar Asta Kosala Kosali Koleksi Museum Bali

MUSEUM Bali menyimpan lebih dari 200 lontar yang merupakan bagian dari koleksinya. Tanggal 22 Mei 2025, diadakan seminar membahas konten,...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Kala Bukit Kini Berbuku, Inisiatif Literasi di Jimbaran
Khas

Kala Bukit Kini Berbuku, Inisiatif Literasi di Jimbaran

JIMBARAN, Bali, 23 Mei 2025,  sejak pagi dilanda mendung dan angin. Kadang dinding air turun sebentar-sebentar, menjelma gerimis dan kabut...

by Hamzah
May 24, 2025
“ASMARALOKA”, Album Launch Showcase Arkana di Berutz Bar and Resto, Singaraja
Panggung

“ASMARALOKA”, Album Launch Showcase Arkana di Berutz Bar and Resto, Singaraja

SIANG, Jumat, 23 Mei 2025, di Berutz Bar and Resto, Singaraja. Ada suara drum sedang dicoba untuk pentas pada malam...

by Sonhaji Abdullah
May 23, 2025
Pesta Kesenian Bali 2025 Memberi Tempat Bagi Seni Budaya Desa-desa Kuno
Panggung

Pesta Kesenian Bali 2025 Memberi Tempat Bagi Seni Budaya Desa-desa Kuno

JIKA saja dicermati secara detail, Pesta Kesenian Bali (PKB) bukan hanya festival seni yang sama setiap tahunnya. Pesta seni ini...

by Nyoman Budarsana
May 22, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co