Apa saja isi tubuh orang Bali?
Jika didekati secara ilmu anatomi umum, mungkin tidak ada bedanya dengan tubuh orang Jepang atau Korea, dll.
Namun, jika kita buka catatan lontar tentang tubuh orang Bali, dijelaskan bahwa anatomi tubuh orang Bali terkait dengan bentang alam semesta, Bhuana Agung, makrokosmos. Tubuh orang Bali adalah Bhuana Alit, apa yang ada di luar tubuh, makrokosmos ada di dalam tubuh kecil kita. Tubuh manusia Bali disebutkan terkoneksi bahkan mengandung di dalamnya planet-planet, sungai-sungai, pegunungan dstnya.
Banyak lontar di Bali menyebutkan simpul-simpul tubuh manusia adalah tempat bercokolnya berbagai hal, seperti:
1. Dewa-dewa
2. Planet-planet
3. Gunung-gunung dan parahyangan di Bali dan Jawa
4. Puncak-puncak pegunungan Himalaya di India
5. Sungai-sungai di India
6. Bija aksara suci, dari Hanacaraka, Pancabrahma dan Pancaksara, Pancamahabhuta, dstnya.
7. Saudara-saudara gaib menurut ajaran Kandapat
8. Cakra dan kundalini
9. Jalan Siwa (Siwadwara)
10. Bunga Padma
11. Lingga
12. Dstnya.
Inilah gambaran umum bagaimana orang Bali memaknai tubuh; berbagai cara mengkoneksikan imaji tubuh dengan alam raya dan alam sekitar; bahwa ada berbagai kemungkinan dalam melampaui keterbatasan tubuh untuk berjumpa dengan tidak terbatas, untuk melampaui imajinasi dan kepicikan dan cupit pikiran kita.
Dengan kata lain, tubuh dalam berbagai lontar Bali adalah pintu dan titik simpul menuju yang tiada terbatas; kulit dan tempurung kepala bukan penjara, tapi tapal batas menuju keluar ambang batas; tubuh bukan pagar tapi candi dan dwara serta “black-hole” untuk menuju yang tak terbatas.
Dalam berbagai departemen atau disiplin batin (Kadyatmikan, Kawisesan, dan Kamoksan) ada berbagai koridor seperti Aksara Ring Sarira, Catur Kanda, Niyasa Parahyangan, Kundalini, Pangraksa Jiwa, Kawaca, Pasuk Wetu, dll, untuk menuju ketakterbatasan yang bisa diraih dalam masa hidup kita, tidak harus menunggu mati. Perjumpaan dengan yang takterhingga dan kemahaluasan itu bisa dijumpai semasih hidup, semasih hayat dikandung badan, sepanjang kita tekun sungguh dan tepat mempelajari manual-book, berguru yang tepat, dan menjalankan praktek teknologi ruhani ini secara tepat dengan kelapangan hati, keheningan diri, dan kebebasan penuh dari halangan ikatan duniawi. Disebutkan, selama masih terikat dengan tali ikat duniawi, maka perjalanan diri berputar-putar hanya sepanjang tali dunia yang mengikat kita. [T]
Catatan Harian Sugi Lanus, 6 Juni 2020