15 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Metamorfosis Moda Transportasi Laut Nusa Penida: Dari Perahu Meolah, Bermesin, hingga Fast Boat

I Ketut SerawanbyI Ketut Serawan
June 5, 2020
inOpini
Metamorfosis Moda Transportasi Laut Nusa Penida: Dari Perahu Meolah, Bermesin, hingga Fast Boat

Celebrity, Salah Satu Perahu bermotor (jukung) Khusus Penumpang. Sumber foto: objekwisatanusapenida.blogspot.com

358
SHARES

Apa jadinya jika Nusa Penida (NP), Kabupaten Klungkung, Bali, tanpa moda transportasi laut? Wah, bisa jadi masyarakat NP akan statis. Kalau toh berkembang, tentu gerakannya lamban. Sebagai wilayah kepulauan, NP memang sangat tergantung dengan transportasi laut. Lewat moda transportasi inilah, masyarakat NP dapat menjalin kontak (hubungan) dengan dunia luar, menuju masyarakat yang dinamis dan modern. Karena itu, keberadaan moda transportasi laut ini sudah ada sejak dahulu kala dan terus mengalami “metamorfosis”—dari perahu meolah (tanpa mesin), perahu bermotor (mesin tempel) hingga fast boat modern seperti sekarang.

Era moda transportasi laut perahu meolah (didayung) adalah generasi ketika ayah saya masih remaja ke bawah (tahun 1970-an). Ia menuturkan bahwa perahu zaman itu ukurannya lebih kecil. Kapasitas penumpang berkisar 40-50 penumpang. Bahan dasarnya terbuat dari kayu, berisikan 3 awak perahu, 2 tukang dayung (meolah) dan 1 lagi mengendalikan pancer (mengarahkan laju perahu)dan sekaligus tali bidak (layar).Mereka adalah awak yang kuat, perkasa dan ahli atau handal memahami kondisi air laut (istilah di kampung saya “manda yeh pasih”).

Karena itu, tidak setiap hari ada penyeberangan. Aktivitas penyeberangan sangat tergantung dengan kondisi air laut (cuaca). Meskipun demikian, tetap saja zaman meolah riskan dengan musibah “kampih” (terdampar). Pernah suatu hari, ayah saya menyeberang dari Kusamba sekitar pukul 13.00 menuju Nusa Gede. Karena terjadi transisi air laut (dari pasang ke surut), kondisi arus menjadi sangat kuat. Perahu yang ditumpangi oleh ayah saya terdampar ke Nusa Lembongan. Sambil menunggu kondisi air membaik, ia baru menyeberang ke Nusa Gede dan tiba sekitar pukul 01.00 dini hari. Padahal, perjalanan normal (waktu itu) dari NP ke Kusamba kurang lebih 5-6 jam.

Model perahu (jukung) meolah merupakan penyempurnaan dari jukung-jukung sebelumnya. Dalam penelitiannya yang berjudul Penjara di Tengah Samudra, Studi tentang Nusa Penida sebagai Pulau Buangan, Sidemen (1984) pernah menyinggung tentang transportasi laut NP zaman dulu (kerajaan). Ia memaparkan bahwa transportasi untuk menyeberang dari NP ke Kusamba berupa jukung kecil (2-3 awak) dengan “jerupi” (dinding tambahan pada bibir jukung agar terhindar dari semburan air) yang dibuat dari daun kelapa dianyam dengan menggunakan layar dari bahan kaping. Jarak antara NP dengan pelabuhan kerajaan Klungkung (dari bandar Mentigi ke Kusamba), lebih kurang 18 km.

Moda transportasi perahu meolah tentumenyebabkan kontak (perdagangan, budaya, dsb) dengan dunia luar (Bali daratan) menjadi sangat terbatas. Situasi ini menyebabkan dunia transportasi laut NP terus mengevaluasi dan menyempurnakan diri. Di penghujung tahun 1970-an, dunia transportasi laut NP mulai mengenal dan menggunakan mesin tempel pada perahu mereka. Dunia transportasi laut NP mengenal mesin tempel tersebut, setelah ditemukan kurang lebih satu abad (sebelumnya) oleh Sir Dugald Clerk (1881). Mesin 2-Tak ciptaannya ini semula terbatas pada mesin gergaji dan mesin tempel perahu (https://www.motorplus-online.com/). Dibandingkan mesin 4-Tak, mesin 2-Tak punya ciri khas bersuara lebih berisik dan mengeluarkan asap karena pembakaran oli samping.

Saya termasuk generasi tahun 1980-an. Generasi dengan moda transportasi perahu (jukung) bermotor. Saya menjejakkan kaki pertama kali di Bali daratan tahun 1994, melalui pelabuhan tradisional di Kusamba. Waktu itu, perahu sudah bermesin dua. Awalnya, perahu bermesin satu (dengan PK yang relatif lebih kecil).

Perahu yang saya kenal tidak lagi seperti murni tubuh jukung, tetapi desainnya mirip sampan. Hanya saja, bodinya tetap menggunakan 4-6 cadik (seperti kaki kepiting) dan 2 kantih (terbuat dari bambu besar, panjang, berfungsi sebagai penyeimbang, penopang bodi perahu). Faktor inilah yang menyebabkan perahu dapat mengangkut muatan hingga mencapai ton-an. Selain itu, daya tempuh menjadi lebih singkat. Dari NP ke Kusamba, dapat ditempuh kurang lebih 50-60 menit. Sedangkan, dari NP ke Sanur menghabiskan waktu kurang lebih 2,5-3 jam.

Era perahu bermotor, trip penyeberangan (hampir semua) hanya sekali dalam sehari. Pagi (sekitar pukul 08.00) berangkat dari NP. Sore harinya (sekitar pukul 14.00-15.00), balik menuju NP. Meskipun tergolong cukup modern (bermesin), layanan era perahu bermotor tetap dirasakan kurang maksimal.

Servis Era Perahu Bermotor

Ada beberapa kekurangan penggunakan jasa perahu (jukung) bermotor. Pertama, segi keamanan dirasakan kurang maksimal. Hal ini paling dirasakan terutama oleh penumpang yang berlabuh di Kusamba (Klungkung)—di Sanur relatif lebih aman. Detik-detik berlabuh dan bongkar muat barang menjadi ancaman. Pasalnya, ombak di sepanjang Pantai Kusamba besar dan ganas. Di tambah lagi, para kru penarik tali jukung (untuk berlabuh) yang agak lambat di Klungkung daratan. Persoalan ini sering dikeluhkan oleh hampir seluruh penumpang asal NP.

Detik-detik turun di pasir Kusamba adalah momen yang cukup mengerikan. Karena itu, dibutuhkan kehatian-hatian dan arahan dari awak perahu. Salah sedikit, maka ombak dapat menggulung tubuh penumpang. Ini pernah dialami oleh teman saya ketika saya SMA di Klungkung daratan. Beruntung, Tuhan masih memanjangkan umurnya. Setelah beberapa detik tenggelam, dia dapat diselamatkan oleh awak perahu.

Naik perahu bermotor paling tidak nyaman ketika musim cuaca kurang baik (misalnya angin kencang, arus kuat, gelombang tinggi). Biasanya bulan Juli-Agustus. Risikonya, penumpang basah kuyup dihantam air laut, hanyut, “ngambang tai” (perahu dipenuhi air laut tapi tidak tenggalam ke dasar laut), bahkan tenggelam.

Saya teringat tahun 1997 (saya kelas 2 SMU di Semarapura), ketika ayah saya harus kembali ke kost sekitar pukul 19.00 (petang). Ia hendak balik ke NP sekitar pukul 14.30, lewat Kusamba. Nasib sial menimpa ayah saya. Ketika perahu siap-siap berangkat, hujan turun dengan lebat. Namun, bendega (awak jukung) tetap nekat menyeberang. Tanpa dilengkapi IT pelayaran, mereka akhirnya terdampar di Pantai Lebih, Gianyar—setelah kurang lebih 3 jam terombang-ambing di laut. Beruntung, bahan bakar masih tersisa. Akhirnya, bendega kembali mengarahkan perahu ke timur, menuju Kusamba, dengan menyisir pinggir pantai. Dan saya kaget ketika ayah saya balik ke kost dalam kondisi basah kuyup.

Beberapa tahun kemudian, sekitar tahun 2001 (saya mahasiswa semester 7 di STKIP Singaraja), giliran saya tertimpa musibah. Saya hendak pulang kampung karena momen Galungan, dengan naik perahu di Kusamba. Cuaca hari itu memang kurang bersahabat. Dari naik hingga hendak berangkat, ombak besar di Pantai Kusamba terus menghantam perahu yang saya tumpangi.

Begitu tali manggar dilepas, perahu berjalan hanya beberapa meter. Tiba-tiba kedua mesinnya mati. Awak perahu bekerja keras menghidupkan mesin, namun tak membuahkan hasil. Dalam sekejap, perahu diseret ke pinggir pantai dan berada pada posisi ngandang (moncong perahu tidak menghadap ke laut). Posisi yang sangat berbahaya, karena memudahkan ombak menggulung perahu.

Seluruh penumpang, yang jumlahnya tidak banyak (sekitar 30 orang) menjerit panik. Dalam situasi kalut, saya dan beberapa penumpang langsung melompat ke pasir menunggu momen pecahan ombak bergerak kembali ke laut. Astungkara, kami selamat semua dan tetap nekat menyeberang lagi ketika kami dijemput oleh perahu yang lain.

Kedua, masalah disiplin waktu. Umumnya, waktu pemberangkatan perahu sering molor—meskipun sudah memiliki jadwal pemberangkatan baku. Perahu harus mengangkut penumpang sebanyak-banyaknya. Karena keberadaan jumlah perahu sangat terbatas (minim persaingan). Dalam konteks inilah tidak berlaku prinsip bahwa penumpang adalah raja. Sebaliknya, awak perahu adalah raja.

Ketiga, etika pelayanan masih kurang baik. Tak jarang, penumpang “didamprat” oleh awak perahu ketika berperilaku tidak sesuai keinginan mereka. Keluhan ini paling umum  dialami oleh penumpang tujuan NP ke Sanur. Sekali lagi, mungkin berkaitan dengan awak perahu adalah raja.

Keempat, ongkos naik-turun barang di luar tanggung jawab perusahaan perahu. Naik-turun barang penumpang diangkut oleh tukang suun/ tegen (tukang angkut). Penumpang harus membayar lagi ongkos kepada tukang angkut. Rata-rata Rp 5.000 per sekali angkut. Di Sanur lebih mahal lagi yaitu berkisar Rp 5.000-Rp10.000. Tidak ada standar harga. Intinya, harga diciptakan dan dikendalikan sewaktu-waktu sesuai selera tukang angkut.

Kelima, kurang nyaman dan higienis. Perahu bermotor umumnya bukan transportasi murni untuk penumpang, tetapi sejatinya untuk mengangkut barang. Karena itu, sudah biasa jika penumpang berbaur dan menyatu dengan bahan bangunan, sembako, dan termasuk hewan ternak. Penumpang terbiasa berbaur dengan ayam, bebek, dan lain-lainnya. Sambil menikmati desir angin laut, sesekali menikmati aroma hewan yang tak sedap.

Setidaknya, hingga tahun 2017, moda transportasi perahu bermotor mengalami kedigjayaan. Bahkan, ada perahu bermotor khusus untuk mengangkut penumpang saja, menggunakan mesin lebih dari 3, yang PK per mesinnya mencapai ratusan, sehingga daya tempuh NP-Klungkung hanya berkisar 30 menit. Namun, esensi servisnya tetap dianggap tradisional dan kurang memuaskan.

Memasuki tahun 2018, bisnis perahu bermotor (jukung) runtuh—semenjak menjamurnya moda transportasi fast boat (speed boat). Perahu bermotor (jukung) tak ubahnya seperti barang rongsokan. Sementara, grafik keberadaan fast boat (FB) melonjak tajam. Kasi Perkapalan Bidang Pelayaran Dinas Perhubungan (Dishub) Klungkung, Komang Sudirta, menyebutkan bahwa tahun 2004 jumlah FB (NP-Klungkung) semula hanya 2 unit. Namun, per tahun 2018 jumlah boat penyeberangan Klungkung daratan-NP tercatat sebanyak 10 boat. Sedangkan, penyeberangan Sanur (Denpasar-NP) mencapai 28 boat (www.nusabali.com).

Keberadaan FB yang sedemikian banyak itu, membuat bisnis moda transportasi laut menjadi sangat kompetitif. Masing-masing perusahaan FB berlomba-lomba memberikan pelayanan optimal kepada penumpang. Mereka (para pengusaha FB) menyadari bahwa penumpang adalah raja. Untuk menjunjung prinsip ini, para perusahaan FB memberikan servis nyata kepada penumpang.

Pertama, efisiensi waktu. Dengan desain bodi yang modern, bahan fiber, bermesin otomatis minimal 4 (PK per mesin di atas 200) menyebabkan kecepatannya dua kali lipat lebih dibandingkan dengan perahu bermotor (jukung). NP-Kusamba hanya ditempuh dalam waktu 18-20 menit, sedangkan NP-Sanur kurang lebih 40 menit.

Kedua, trip lebih banyak. Rata-rata perusahaan FB menyediakan 3 kali trip dalam sehari sehingga penumpang bisa memilih waktu perjalanan sesuai dengan yang dijadwalkan (bisa pagi, siang, sore). Para penumpang tidak perlu khawatir, karena perusahaan FB konsisten dengan jadwal pemberangkatan. Ada atau tidak penumpang, FB tetap jalan (konsisten) sesuai jadwal.

Ketiga, lebih aman dan nyaman. FB dirancang khusus untuk penumpang. Minim percaloan. Bersih. Staf dan awak FB yang ramah (bahkan ada perusahaan yang memberikan minum gratis kepada calon penumpang). Berisi penumpang maksimal sesuai kapasitas dan jaket pelampung. Selain itu, kapten FB dilengkapi dengan IT pelayaran. Kemudian, berlabuh (nyender) menggunakan fasilitas jembatan ponton (kecuali di Sanur). Pun barang bawaan penumpang semua menjadi tanggung jawab perusahaan FB. Perusahaan FB memiliki tukang angkut tersendiri.

Keempat, pemesanan tiket bisa melalui manual atau online. Calon penumpang bisa memesan tiket langsung di loket tiket. Bisa juga memesan lewat telepon (HP), melalui layanan WA, messenger, dan aplikasi khusus ticketing lainnya—untuk menghindari waktu antrian yang lama.

Dengan beberapa kelebihannya itu, moda FB menjadi tren dan idola di kalangan para penumpang baik penumpang biasa dan termasuk dari kalangan para wisatawan (asing/ domestik). Bahkan, kapal Roro Nusa Jaya Abadi yang beroperasi sejak tahun 2007 kurang diminati oleh masyrakat NP. Di samping lambat, rawan percaloan, juga membosankan ketika berlabuh di Padang Bay.

Bayangkan, kapal yang konon merugi setiap tahun ini bisa menghabiskan waktu hingga berjam-jam hanya untuk bersender, karena status pelabuhan adalah pinjaman. Karena itu, FB menjadi satu-satunya transportasi laut yang diburu oleh masyarakat dewasa ini. Filosofi penumpang sebagai raja, menyebabkan FB mengalami kejayaan. Bahkan, FB termasuk transportasi paket tour half/ one day trip ketika kunjungan membludak ke NP (sebelum pandemi covid-19). Artinya, layanan perusahaan FB dianggap lebih memuaskan dibandingkan dengan moda transportasi sebelumnya, sehingga (sekarang) wajar beberapa titik pelabuhan di NP dikuasai oleh transportasi FB. [T]

_____

BACA: Tulisan lain tentang Nusa Penida dari penulis Ketut Serawan

Tags: jukungNusa Penidatransportasi
Previous Post

Jangan Menyerah pada Usia, Lakukanlah Segala Hal Semasih Bisa | Kabar dari Jepang

Next Post

Hati-Hati, Jangan “Mati” Karena Ekspektasi

I Ketut Serawan

I Ketut Serawan

I Ketut Serawan, S.Pd. adalah guru bahasa dan sastra Indonesia di SMP Cipta Dharma Denpasar. Lahir pada tanggal 15 April 1979 di Desa Sakti, Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung. Pendidikan SD dan SMP di Nusa Penida., sedangkan SMA di Semarapura (SMAN 1 Semarapura, tamat tahun 1998). Kemudian, melanjutkan kuliah ke STIKP Singaraja jurusan Prodi Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah (selesai tahun 2003). Saat ini tinggal di Batubulan, Gianyar

Next Post
Hati-Hati, Jangan “Mati” Karena Ekspektasi

Hati-Hati, Jangan “Mati” Karena Ekspektasi

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

‘Prosa Liris Visual’ Made Gunawan

by Hartanto
May 15, 2025
0
‘Prosa Liris Visual’ Made Gunawan

SELANJUTNYA, adalah lukisan “Dunia Ikan”karya Made Gunawan, dengan penggayaan ekspresionisme figurative menarik untuk dinikmati. Ia, menggabungkan teknik seni rupa tradisi...

Read more

Mengharapkan Peran Serta Anak Muda untuk Mengembalikan Vitalitas Pusat Kota Denpasar

by Gede Maha Putra
May 15, 2025
0
Mengharapkan Peran Serta Anak Muda untuk Mengembalikan Vitalitas Pusat Kota Denpasar

SIANG terik, sembari menunggu anak yang sedang latihan menari tradisional untuk pentas sekolahnya, saya mampir di Graha Yowana Suci. Ini...

Read more

‘Puisi Visual’ I Nyoman Diwarupa

by Hartanto
May 14, 2025
0
‘Puisi Visual’ I Nyoman Diwarupa

BERANJAK dari karya dwi matra Diwarupa yang bertajuk “Metastomata 1& 2” ini, ia mengusung suatu bentuk abstrak. Menurutnya, secara empiris...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
45 Tahun Rasa itu Tak Mati-mati: Ini Kisah Siobak Seririt Penakluk Hati
Kuliner

45 Tahun Rasa itu Tak Mati-mati: Ini Kisah Siobak Seririt Penakluk Hati

SIANG itu, langit Seririt menumpahkan rintik hujan tanpa henti. Tiba-tiba, ibu saya melontarkan keinginan yang tak terbantahkan. ”Mang, rasanya enak...

by Komang Puja Savitri
May 14, 2025
Pendekatan “Deep Learning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila 
Khas

Pendekatan “Deep Learning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila

PROJEK Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P-5) di SMA Negeri 2 Kuta Selatan (Toska)  telah memasuki fase akhir, bersamaan dengan berakhirnya...

by I Nyoman Tingkat
May 12, 2025
Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space
Pameran

Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space

JUMLAH karya seni yang dipamerkan, tidaklah terlalu banyak. Tetapi, karya seni itu menarik pengunjung. Selain idenya unik, makna dan pesan...

by Nyoman Budarsana
May 11, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

May 11, 2025
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co