Ramadhan, Hari Kesepuluh
Menggapai-Mu di malam hening
Ayat kudengar merdu di telinga
Tutupi luka di sekujur tubuhku
Masa lalu terasa begitu berat
Adakah aku pantas kembali
Teguran kudengar sangat jelas
Dosa-dosa tak bisa lagi kuhitung
Dunia adalah rumah sakit jiwa
Engkau maha menyembuhkan
Sembuhkan aku dari kekeliruan
Datang, datanglah wahai Kekasih
Rindu ini semoga tak jadi sembilu
Bertahun-tahun kutunggu dirimu
Beribu bintang di langit nurani
Bulan separuh terangi gelap hati
Peperangan sejati dalam batin
Melawan nafsu murka angkara
Kubersujud di kamar dini hari
Sepertiga malam bersama doa
Aku menghadap-Mu, ya Rabb
Air mata basahi kering sajadah
Bawalah aku pada madah jiwa
Tak ingin mengulang kesalahan
Terlahir menjadi manusia baru
Seperti bayi polos tanpa noda
2020
Menulis Halusinasi
Terbangun di tengah malam, entah
oleh sebab apa.
Tak bisa tidur lagi, hingga matahari
hampir terbit.
Pandemi melahirkan kecemasan,
tergambar di mata memerah.
Kita tak bisa berharap banyak, tahun
kehancuran melanda dunia.
Hanya pada cinta aku percaya, itu pun
jika masih ada, seperti lagu sore ini.
Aku bersiap pergi kapan saja, bersama
mimpi-mimpi yang kian jauh.
Ada saatnya kita butuh ruang kosong,
untuk berpikir tentang banyak hal.
Kota semakin sepi, tak ada harapan lagi,
wabah penyakit membunuh banyak orang.
Saat semua begitu sulit, aku merindukan
ibu, di pelukannya aku merasa tenang.
2020
Pada Kopi Aku Percaya
Aku kini lebih suka kopi pahit, agar paham
bahwa hidup tak selalu manis
Ada kepahitan yang tak bisa aku bicarakan,
bahkan pada ibu yang melahirkanku
Tak semua harus diketahui orang, terlebih
jika hanya dianggap angin lalu
Setiap manusia punya kesunyian, nasib
yang bahkan tuhan tak ikut campur
Ia hanyalah saksi, atas semua duka
dan luka batin terpaksa kita pendam
Kopi membuatku percaya pahit manis
hidup mesti dirasakan dan dirayakan
Genangan hitam membayang wajah diri,
bersama kepulan asap elegi pagi hari
2020
Ratnakara
Semua akan berubah, tak ada yang kekal
Kita pun bergegas di jalan penuh cemas
“Lompatlah!” dulu Guru kita pernah berkata
Namun aku memilih jatuh di jurang itu juga
Babak-belur dihantam duka lara kehidupan
Hingga akhirnya datang lagi kebijaksanaan
Kudengar nyanyian merdu malam purnama
Engkau memanggil mereka yang lupa jalan
Ada yang melupakan kenangan bersama
Mangkuk nasi bersama doa kebahagiaan
Kalender berganti dengan cepat dan tergesa
Kembang api menyala di malam kesia-siaan
Kutuk masa lalu tiba-tiba menghantui ingatan
Suara hati mengajakku masuk ke dalam diri
2020