Dimanakah kamu malam ini?
Masihkah menatap belenggu langit malam?
Yang mengharu biru?
Beberapa jam lalu
Kamu lari dari rumah
Berurai
Air mata dan sumpah serapah
Lampu kendaraan silaukan fokusmu
Seakan menarik ingatan ke belakang
Saat kalian berbahagia
Tertawa dan menangis bersama
Semua terasa sempurna
Hingga emosi bersahut
Dan kau memilih mengalah dan pergi
Apa yang salah dari hidupku? Kau bertanya
Aku tak memilih dilahirkan di mana
Mengapa semua terasa menyebalkan? Kau bertanya
Mungkin semua harus seperti ini
Mungkin semua harus seperti ini
Mungkin harus seperti ini
Malam ini kau melihat langit
Yang sama dengan pendar bulan dan bintang
Bintang biasanya
Biasanya dengan isak tangis
Biasanya dengan sakit hati
Memuncak di malam hari
Mencoba tertawa dalam pedih
Berusaha bercanda dengan perih
Tidak apa – apa
Habiskan semua tangismu
Mungkin semua harus seperti ini
Mungkin harus seperti ini
Setelah berapa lama
Angin dingin menyapa kulit menggigil
Dalam sepi
Menyepi dalam ramai yang kau cari
Seutas senyum terangkat
Dalam bayang lampu merkuri jalan
Kau seka hidung yang terluka
Kau seka beban yang berakar
Mungkin semua harus seperti ini
Mungkin harus seperti ini
Mungkin harus
— Lirik MUNGKIN HARUS, Ciptaan Bligungyudha
“Jangan Lebay” merupakan idiom yang muncul dari kebanyakan lawan bicara saat merespon kegelisahan individu yang menurutnya terlihat sepele. Sebagai lawan bicara yang hanya mendengar sepintas lalu, tentunya, tanpa merasakan seperti orang yang terkena masalahnya, idiom ini seolah memberikan semangat untuk si sakit hati. Alih-alih menjadi membaik yang ada malah menjadi pelik. Maunya semangat malah terasa menyengat. Tanpa sadar kita melakukan Toxic Positivity. Entah karena peduli atau agar dia cepat melupakan masalahnya yang, yah, menurut beberapa orang biasa saja.
Perlu untuk diketahui. Batasan manusia dalam menghadapi masalah berbeda-beda. Satu hal yang bisa dipercayai. Kapasitas manusia dalam menyelesaikan permasalahan kehidupannya juga sudah berada di takaran yang sesuai pada diri setiap manusia. Memang dalam proses, kita perlu jeda hanya untuk beristirahat atau menangis tatkala merasa apa yang telah diperjuangkan masih menemui jalan buntu. Layaknya langkah kaki yang berderap semangat di awal, akan ada momentum untuk berhenti sejenak agar selanjutnya bisa berlari.
Namun tidak semua memiliki kapasitas untuk memikirkan semuanya dengan sadar. Maka secara refleks, tubuh akan memberikan cara agar kesakitan keluar dengan semestinya. Membantu membersihkan mental agar tetap menjadi kuat. Mencerahkan otak agar tetap berfikir logis di tengah kekeruhan akibat rasa sakit yang di dera. Ada yang menangis. Ada yang berteriak. Ada yang berlari tanpa arah. Ada yang bercerita. Mencurahkan semua kepedihan pada orang yang dipercaya. Semoga kepada siapa yang diceritakannya, mau mendengarkan dengan sabar dan berfokus untuk membantu meringankan beban tanpa harus memberikan saran yang menyakiti.
“Lewat single kedua berjudul “Mungkin Harus”, saya ingin mengajak untuk menerima kepedihan hati dengan semestinya. Bukan dengan berpura – pura kuat. Bukan dengan melupakan karena rasa pedih akan meledak suatu hari nanti. Tapi dengan merespon dengan jujur pada apa yang seharusnya terjadi,“ ungkap Bligungyudha selaku pembuat lagu ini.
Kehidupan sosial kadang membentuk stigma pada kita untuk selalu menjadi kuat dan memberi solusi pada setiap permasalahan yang dihadapi. Itu bagus. Bahkan sangat baik memberikan kepercayaan yang membangun. Tapi tidak dipungkiri banyak yang justru terberangus akan aturan sosial yang tidak serta merta menguatkan semua pihak.
“Mungkin Harus” bisa menjadi pengingat bahwa semua terjadi untuk sebuah alasan. Jika ikhlas dianggap terlalu naif, menganggap semua yang terjadi adalah bagian dari yang seharusnya ada mungkin akan membantu memberikan pandangan lain untuk meringankan beban diri. Karena saat telah menerima dan kita meluapkan kepedihan dengan seharusnya, fisik dan mental akan menjadi lebih siap untuk beranjak menuju tatanan kehidupan yang lebih baik. “Apapun yang terjadi, terjadilah. Que Sera Sera!”
“Mungkin Harus” tercipta dari beberapa pengalaman kawan dalam menghadapi permasalahan yang menimpa. Mengambil sudut pandang seorang anak manusia yang berlari di penghujung malam, Bligungyudha mencoba menarasikannya menjadi rangkaian lirik yang menggambarkan pengembaraan makna singkat untuk mencari jalan keluar dengan merasa tidak apa – apa untuk menangis, berlari maupun cara refleks lainnya berdasarkan pengalaman pribadi setiap individu. Masih menggandeng Adit Onox untuk menerjemahkannya menjadi sebuah artwork bertema sama sebagai padanan visual dari Mungkin Harus.
Setelah dengan single perdananya dengan judul Rehat, Single kedua Bligungyudha dengan judul Mungkin Harus dapat diintip dengar di beberapa platform musik online. Spotify, Itunes, Apple Music, Deezer maupun Youtube Music secara gratis di bit.ly/MHbligungyudha “Merayakan kegembiraan adalah hak kita semua. Merayakan kepedihan dengan semestinya adalah pilihan kita juga. Rayakan dengan sadar. Semoga setelahnya kita menjadi lebih baik seperti apa yang telah kita panjatkan,” tutup Bligungyudha dengan memberikan penggalan lagu Mungkin harus lewat laman Instagram.com/bligungyudha.