Bagi umat Buddha, perayaan Hari Tri Suci Waisak 2564 BE yang jatuh pada Kamis, 7 Mei 2020, boleh dikatakan sangat berbeda. Di tahun-tahun sebelumnya, hari suci tersebut disambut dengan berbagai rangkaian ibadah dan ritual, dilakukan secara bersama-sama baik di vihara, kuil, cetya, candi, dan lain sebagainya. Ada juga kegiatan lain seperti bazzar, pembagian makanan sehat, donor darah, ziarah ke makam pahlawan, dan masih banyak lagi.
Tahun ini, tidak ada perayaan dengan ibadah dan ritual bersama-sama. Tidak ada prosesi arak-arakan atau Pradaksina di Candi Burobudur. Prosesi pengambilan air suci di Jumprit, Kabupaten Temanggung dan pengambilan api dari Grobogan juga ditiadakan. Semua kegiatan yang bersifat mengerahkan massa atau kerumunan tidak dilaksanakan. Tujuannya tentu saja untu mencegah penyebaran Covid-19 yang masih mewabah hingga saat ini. Di vihara-vihara, atau rumah ibadah lainnya, hanya Bhikkhu Sangha atau Pandita pimpinan tempat ibadah yang boleh menggelar prosesi ritual atau puja bakti tanpa dihadiri umat Buddha lainnya. Sesuai intruksi dari Menteri Agama dan Dirjen Bimas Buddha Kementrian Agama RI, umat Buddha diimbau merayakan hari suci tersebut dan melakukan ritual puja bakti di rumah masing-masing.
“Pelaksanaan rangkaian hari raya Tri Suci Waisak 2564 BE/2020, seperti puja bakti (ibadah) dan meditasi detik-detik Waisak pada 7 Mei 2020 pukul 17.44 WIB agar tidak dilaksanakan secara massal dengan menghadirkan umat dalam jumlah banyak, baik di lingkungan rumah ibadah maupun tempat umum,” begitulah salah satu poin surat edaran dari Kemenag RI Dirjen Bimas Buddha.
Memperingati Hari Tri Suci Waisak tahun ini dapat dilakukan dengan cara mendengarkan Khotbah/Pesan Waisak Nasional pada tanggal 7 Mei 2020 Jam 17.00 yang disampaikan secara daring atau live streaming melalui kanal yang sudah tersedia, baik facebook, instagram, dan lain sebagianya, salah satunya melalui Channel Youtube Medkom STI (Sangha Theravada Indonesia). Kemudian, dilanjutkan dengan ibadah atau ritual puja bakti dan meditasi detik-detik Waisak. Di Bali sendiri, peringatan Hari Tri Suci Waisak tahun ini dapat disaksikan melalui Channel Youtube Vihara Buddha Sakyamuni Denpasar.
Meski begitu, hal tersebut tidak mengurangi sedikit pun kualitas dari penghayatan makna Hari Tri Suci Waisak. Di situasi yang tidak kondusif seperti sekarang ini, makna dari perayaan hari suci tersebut bagi umat Buddha tetaplah sama, tetap memperingati tiga peristiwa suci dalam hidup Buddha Sidharta Gautama, yaitu kelahiran Sidharta Gautama, tercapainya penerangan sempurna oleh Sidharta Gautama, dan parinibhanna atau mangkatnya Buddha Sidharta Gautama. Ketiga peristiwa tersebut terjadi hari yang sama saat bulan purnama di bulan Vesakha, salah satu nama bulan dalam kalender Buddhis yang menjadi cikal bakal kata ‘Waisak’.
“Mari kita peringati dan rayakan Trisuci Waisak di rumah masing-masing, mengembangkan laku bajik dalam keseharian, meneladani sifat-sifat luhur Guru Agung, Sang Buddha beserta para Siswa Mulia (Sangha),” demikian keterangan tertulis dari Medkom STI.
Ketika melakukan ritual puja bakti, umat Buddha akan mengingat kembali ajaran Sang Buddha agar senantiasa selalu mempraktikan teladan dan perilaku Sang Buddha, serta menerapkan ajaran agama Buddha dalam kehidupan nyata sehari-hari. Hal tersebut bisa diartikan sebagai perilaku mentaati peraturan moral dengan menjalankan Panca Sila Buddha atau 5 Sila Latihan Kemoralan: pertama, tidak membunuh mahluk hidup; kedua, tidak mencuri; ketiga, tidak berbuat asusila; keempat, tidak berucap bohong; kelima, tidak mengkonsumsi makanan atau minuman yang dapat melemahkan kesadaran. Selain kelima latihan kemoralan tersebut, umat Buddha ketika hari Waisak juga memupuk cinta kasih dengan cara membantu sesama atau mereka yang membutuhkan, melepas hewan (biasanya burung) sebagai bentuk cinta kasih dan penghormatan terhadap lingkungan, serta merenungi baik buruk segala perbuatan yang telah dilakukan sehingga diharapkan di tidak mengulangi perbuatan yang buruk dan merugikan di masa mendatang.
Terkait pandemi Covid-19 yang masih mewabah hingga saat ini, umat Buddha diharapkan agar tidak kehilangan asa dan harapan, serta ke depannya harus tetap optimis. Sebab salah satu ajaran Sang Buddha mengatakan bahwa di balik bencana yang besar terdapat kebaikan yang besar pula. Oleh karena itu, umat Buddha percaya bahwa pandemi ini akan membawa perubahan yang baik dalam kehidupan manusia dan makhluk hidup di bumi ini.
Hikmah yang barangkali bisa dipetik dari pandemi ini adalah hadirnya peradaban baru, yaitu kehidupan manusia yang lebih humanis, menguatkan rasa persaudaraan tanpa melihat latar belakang perbedaan suku, agama, ras, dan golongan. Tentu kondisi tersebut juga akan menguatkan sifat gotong royong yang sudah diwarisi oleh nenek moyang sejak dulu, saling tolong menolong sesame manuisa, memiliki kepedulian yang tinggi, dan sikap-sikap kebersamaan lainnya. Itulah yang kemudian melatar belakangi perayaan Hari Tri Suci Waisak tahun ini bertemakan “Persaudaraan Sejati Dasar Keutuhan Bangsa”.
Dalam perayaan Hari Tri Suci Waisak tahun ini, diharapkan tumbuhnya kepedulian terhadap sesama manusia dan semua mahluk baik yang tampak maupun yang tidak tampak. Saling menguatkan sesame untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi, tidak menyakiti orang lain, membantu kepada mereka yang membutuhkan uluran tangan, berdoa agar masyarakat Bangsa Indonesia selalu memiliki dan merawat toleransi, sejahtera jasmani dan rohani, dan selalu memperoleh kebahagiaan bersama dalam NKRI. Oleh karena itu, umat Buddha diajak untuk bersemangat menanamkan karma baik, membuat manusia hidup beruntung dan bahagia, beramal dan berkebajikan, sehingga buah karma baik nantinya bisa dipanen bersama-sama.
Kendati tidak bisa melalukan puja bakti secara bersama-sama, banyak umat Buddha yang masih bisa menyambut perayaan Hari Tri Suci Waisak dengan mengadakan bakti sosial, seperti pengadaan berbagai perlengkapan medis berupa masker, hand sanitizer, face shield, alat pelindung diri (APD), disinfektan, dan lainnya, yang distribusinya mencapai sejumlah rumah sakit dan komunitas tertentu yang tersebar di seluruh Indonesia. Ada juga yang membagikan bantuan berupa sembako kepada masyarakat yang membutuhkan, seperti yang dilakukan oleh umat Buddha di Desa Baturiti, Tabanan, pada Selasa, 5 Mei 2020 kemarin. Bertempat di Vihara Dhamma Dana Baturiti, bantuan tersebut diserahkan langsung kepada mereka yang dianggap layak menerima bantuan. Pelaksanaan bakti sosial ini tentu telah mematuhi protokol kesehatan yang dianjurkan pemerintah, seperti jaga jarak, cuci tangan dan berkoordinasi langsung dengan pihak yang membutuhkan.
Perayaan Hari Tri Suci Waisak tahun ini juga mengajak seluruh umat Buddha untuk berdoa demi keselamatan masyarakat dan bangsa Indonesia, khususnya agar segera terbebas dari musibah pandemi Covid-19. “Berkat perlindungan pada Tiratana, Buddha Dhamma Sangha, segala kesulitan, marabahaya, dan segala penyakit sirna. Semoga semua makhluk terlimpahi berkah-berkah kebaikan. Semoga semua makhluk berbahagia,” demikian isi keterangan tertulis Medkom STI kepada umat Buddha.
Di Hari Tri Suci Waisak 2564 BE tahun 2020 ini, tentu seluruh umat Buddha berharap semoga pandemic Covid-19 cepat berakhir, orang-orang yang terinfeksi virus Corona semoga cepat sembuh, dan tidak ada lagi korban dari virus tersebut. Semoga seluruh masyarakat bisa kembali melakukanaktivitas seperti hari-hari biasa, serta tim medis yang menjadi pahlawan di garda terdepan dan selalu membantu penanganan virus ini semoga diberikan kesehatan dan tetap semangat dalam menjalankan tugasnya.
Sabbe Sattā Bhavantu Sukhitattā, Semoga semua makhluk hidup berbahagia