16 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Korona, Belajar di Rumah, dan Matinya Belajar Hapalan

Putu Suweka Oka SugihartabyPutu Suweka Oka Sugiharta
April 8, 2020
inOpini
Korona, Belajar di Rumah, dan Matinya Belajar Hapalan

Ilustrasi tatkala.co/Nana Partha

41
SHARES

Banyak peristiwa menarik terjadi dalam dunia pendidikan ketika pemerintah memutuskan agar para siswa belajar di rumah guna memutus penyebaran Virus Korona. Tatkala pada sekolah-sekolah diumumkan jika pembelajaran akan dilakukan di rumah masing-masing, pekik girang dan raut wajah sukacita tampak dari sebagian besar siswa. Kendatipun esok harinya banyak siswa yang kecewa sebab mereka tidak benar-benar libur. Tugas datang bertumpuk-tumpuk dari masing-masing guru untuk diselesaikan dalam waktu tertentu.

Masalah lainnya adalah sebagian siswa baru menyadari jika belajar di rumah berarti tidak ada uang jajan dan kesedihanpun bertambah. Sementara masalah baru juga membebani banyak orangtua. Selain penghasilan yang seret akibat pembatasan sosial, anak-anak mereka meminta dibelikan smartphone dengan Random Access Memory (RAM) berkapasitas besar, alasannya ketika terjadi intekasi dengan gurunya secara daring (dalam jaringan) agar lebih lancar. Bahkan di desa-desa orangtua siswa prasejahtera menyebut dirinya telah pasrah jika seandainya anak-anaknya harus berhenti sekolah karena tidak mampu membeli smartphone.

Orangtua yang berkemampuan membelikan anaknya smartphonepun tidak lekas bebas dari gangguan. Anak-anaknya berkali-kali berteriak meminta bantuan untuk menjawab tugas yang dikirimkan gurunya secara online. Begitulah, seluruh anggota keluarga terkadang turut berembug dan menunda pekerjaan lainnya hanya untuk menjawab soal yang tidak bisa dipecahkan oleh seorang siswa. Bahkan ada orangtua siswa yang menuntut jika guru harus membuat video mengenai suatu materi untuk kemudian dikirim kepada siswa atau mengajar secara live lewat aplikasi sejenis zoom maupun cara lainnya, bukan malah menyulitkan orangtua rumah. Siswa yang lebih cerdas memilih mencari jawaban di google.

Lucunya dalam beberapa kejadian deskripsi di google ternyata berbeda dengan kunci jawaban yang dipegang sang guru. Siswa maupun orangtuanya harus berlapang dada menerima kunci jawaban yang tak terbantahkan itu. Seorang dosen bergelar Doktor mengumpat karena sang anak salah dalam menjawab soal yang diberikan gurunya. Padahal dirinya mengaku pernah membaca sendiri dokumen sejarah yang berkaitan dengan soal yang dijawab buah hatinya itu, ia menambahkan bila di googlepun tersurat demikian. Pembelajaran di rumah sering mengentarakan keotoriteran oknum guru, ketidakluasan wawasan, serta cara mengajarnya yang cenderung menganggap siswa sebagai save deposit box.

Cara mengajar bercorak verbalis begitu lumrah terutama sebelum reformasi. Guru menyuruh anak didiknya untuk menghapal nama presiden, wakil presiden, menteri-menteri, jaksa agung, gubernur, bupati, dan sebagainya. Murid yang tidak hapal tentu akan diberikan sanksi. Memang cara mengajar yang menempatkan siswa hanya sebagai objek pembelajaran yang tidak berdaya telah lama ditentang.

Nyatanya masih ditemui guru sepuh hingga guru muda yang belum sanggup meninggalkan ‘romansa’ pembelajaran hapalan itu. Bukan sesuatu yang mustahil mereka yang tidak menyukai cara belajar dengan hapalan malah mengajar dengan cara yang sama ketika menjadi guru. Sebabnya tentu karena kurangnya kreativitas untuk mengembangkan materi, daripada menyusahkan diri membaca banyak buku mereka memilih mengandalkan soal-soal yang telah dilengkapi kunci jawaban. Sedangkan yang lainnya hanya membaca paparan materi baku dengan minimnya analisis. Terbukti manusia paling hebatpun dari masa hapal menghapal akan dikahahkan oleh mereka yang tidak terlalu hebat pada masa pembelajaran pemaknaan.

Seorang dosen senior yang dikagumi karena pada ‘era mesin ketik’ telah mampu menuntaskan studi doktoralnya di luar negeri tiba-tiba termenung di teras kampus tempatnya mengajar selepas memberikan ujian akhir. Dosen-dosen yang lebih mudapun memberanikan diri untuk bertanya mengenai masalah yang telah mengganggu seniornya itu. Sang dosen sepuh menjelaskan jika semua mahasiswanya dapat menjawab soal-soal ujian yang tidak pernah dirubahnya sejak bertahun-tahun dengan sangat sempurna.

Dosen sepuh ini punya dua dugaan, pertama mahasiswanya mendapat bocoran dari kakak tingkatnya, kedua mereka sesungguhnya cerdas hanya saja tidak pernah aktif di kelas. Tampaknya untuk dugaan yang kedua dosen ini masih ragu-ragu. Dosen-dosen yang lebih mudapun segera paham bila kesempurnaan jawaban mahasiswa itu bersumber dari mesin pencari di internet. Hanya saja mereka merasa sungkan mengemukakan kepada seniornya

Ellen J. Langer (2008) dalam bukunya yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Mindful Learning, Membongkar 7 Mitos Pembelajaran yang Menyesatkan menganalogikan cerita Hansel dan Gretel dengan bahaya cara belajar hapalan. Hansel dan Gretel merupakan kakak beradik yang hidup pada suatu negeri yang tengah dilanda kelaparan, oleh karenanya mereka berupaya dibuang oleh kedua orangtuanya guna mengurangi beban makan keluarga. Pada upaya pembuangan pertama Hansel berhasil menuntun adiknya dari dalam hutan untuk kembali ke rumah dengan mengikuti sebaran kerikil yang telah ditabur sedemikian rupa ketika mereka berangkat.

Melihat kedua anaknya kembali, ayah dan ibunya berencana untuk membawa mereka ke dalam hutan yang lebih dalam lagi keesokan harinya. Mendengar rencana itu, Hansel bermaksud mengumpulkan kerikil sebagaimana yang dilakukannya pada hari sebelumnya ketika kedua orangtuanya telah tertidur. Celakanya sang ibu telah mengunci pintu kamarnya sehingga Hansel tidak dapat melakukan apapun.

Keesokan harinya sebelum berangkat ke hutan Hansel dan adiknya menerima sedikit potongan roti sebagai bekal. Hansel kemudian memecah-mecah roti bekalnya dan membuangnya secara teratur pada tempat-tempat perhentian. Ketika malam tiba, Hansel berjalan dari tempat pembuangan dan berharap masih dapat menemukan potongan-potongan roti yang telah ditebarnya. Sayangnya potongan-potongan roti itu sudah tidak tersisa, habis dimakan oleh burung-burung penghuni hutan. Hansel dan Gretel berjalan berhari-hari dan tidak menemukan petunjuk untuk kembali ke rumah.

Sebagaimana kerikil yang diganti dengan roti, hapalan tidak mempunyai banyak kontrol dalam situasi baru. Seorang siswa boleh saja memiliki kemampuan menghapal yang mengagumkan untuk mengingat barisan kata secara teratur tanpa ada satupun yang terlewatkan, namun ketika diberikan bacaan baru kemampuan menghapal yang hebat itu tidak akan banyak menolong. Lebih jauh Langer mengatakan jika menghapal adalah strategi untuk menyerap materi yang tidak memiliki arti personal. Acapkali pendidikan hanya memberikan paket informasi yang sebagian besar bebas konteks kepada siswa, bahkan ketika konteks tersedia cara informasi dipresentasikan juga masih mendorong proses mindless.

Begitulah paket informasi yang tertutup diterima sebagai fakta, fakta-fakta kemudian diterima sebagai kebenaran mutlak untuk dipelajari sebagaimana adanya, dihapalkan, serta hanya meninggalkan sedikit alasan untuk berpikir tentang fakta-fakta tersebut. Akibatnya hanya sedikit peluang suatu informasi dapat melahirkan pemikiran konseptual atau dipikirkan kembali dalam konteks baru. Metode-metode yang lebih efektif ketimbang keharusan menghapal hanya digunakan secara terbatas terutama oleh siswa-siswa pada tingkat yang lebih tinggi kendatipun banyak siswa yang masih menderita kerugian tersembunyi dari cara belajar yang masih familiar itu.

Para guru yang masih terbawa ‘romantisme’ cara mengajar verbalisme tentu demikian khawatir jika saat Ulangan Umum dilaksanakan di rumah terlebih diberikan waktu menjawab hingga satu minggu lamanya contek mencontek akan terjadi. Murid-murid pintar berpeluang besar ‘ditodong’ oleh kawan-kawannya yang malas belajar dan jawaban bisa beredar dengan cepat melalui bantuan internet, terutama untuk jenis soal pilihan ganda. Soal berjenis uraianpun masih bisa dicontek dengan apa yang dalam dunia siswa lumrah sebagai ATM (amati, tiru, dan modifikasi), kendatipun jenis soal ini masih memiliki harapan untuk merangsang kemampuan analisis siswa.

Kelemahan soal uraian yang dikerjakan di rumah adalah terlibatnya pihak lain yang mengaburkan kemampuan asli siswa. Kecurigaan semacam ini sangat perlu, sebab ada gejala ketika diberlakukan belajar di rumah banyak orang terdekat yang dimanfaatkan untuk menyelesaikan tugas oleh siswa. Memang ada guru yang tidak peduli dengan tindakan jiplak menjiplak dari Ulangan Umum di rumah, asalkan tugasnya menjadi lebih mudah. Banyak pula yang menjadikan Ulangan Umum hanya sebagai formalitas dan nilai ditentukan dari proses pembelajaran sebelumnya (sebelum himbauan belajar di rumah). Kendatipun demikian cara penilaian semacam ini tidak efektif karena berpeluang mengabaikan dinamika kurva belajar, bahwa daya serap siswa dapat naik turun pada masing-masing materi.

Guna mengatasi kecurangan atau kekaburan dalam menilai siswa, para guru yang mengajar dari jarak jauh harus memiliki strategi tertentu seperti melakukan ujian dengan memberikan pertanyaan secara live sehingga kemampuan asli siswa akan terlihat dari jawaban yang meluncur langsung dari bibirnya. Atau bila ada hambatan teknologi maupun ujian live memerlukan waktu yang panjang mengingat banyaknya jumlah siswa guru mesti membuat soal analisis dengan sedikit mungkin peluang tereduksinya gambaran kemampuan asli siswa.

Selanjutnya yang perlu diperhatikan adalah pemberian tugas di rumah diupayakan tidak menyediakan kesempatan bagi siswa untuk melalaikan jam belajar. Seringkali siswa bermain sejak pagi hingga sore hari dan hanya berhenti untuk mengirim tugas hasil menyontek atau dibuatkan orang lain. Tentu saja semua tantangan itu tidak bisa dimenangkan dari pembelajaran yang mengandalkan hapalan.[T]

Tags: belajar di rumahcovid 19Pendidikan
Previous Post

Mengenal “Social Distancing”, “Physical Distancing” dan Pembatasan Sosial Berskala Besar

Next Post

Desa Adat jadi Panglima Perang Hadapi Corona

Putu Suweka Oka Sugiharta

Putu Suweka Oka Sugiharta

Nama lengkapnya I Putu Suweka Oka Sugiharta, S.Pd.H.,M.Pd.,CH.,CHt. Lahir dan tinggal di Nongan, Rendang, Karangasem. Kini menjadi dosen dan terus melakukan kegiatan menulis di berbagai media

Next Post
Desa Adat jadi Panglima Perang Hadapi Corona

Desa Adat jadi Panglima Perang Hadapi Corona

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Sikut Awak : Mengukur Masa Depan Bali

by Mang Tri
May 16, 2025
0
Sikut Awak : Mengukur Masa Depan Bali

SORE itu beruntung hujan tidak turun seperti hari-hari sebelumnya. Krisna Satya atau yang kerap saya panggil Krisna sedang berada di...

Read more

Makan Apa Sih, Kok Masih Muda Bisa Asam Urat?

by Gede Eka Subiarta
May 16, 2025
0
Selamat Galungan, Selamat Makan Lawar! — Ingat Atur Gaya Makan Agar Tetap Sehat

BARU umur 30 tahunan, tetapi sudah mengalami asam urat yang parah, ada juga yang sudah gagal ginjal dan ada juga...

Read more

‘Prosa Liris Visual’ Made Gunawan

by Hartanto
May 15, 2025
0
‘Prosa Liris Visual’ Made Gunawan

SELANJUTNYA, adalah lukisan “Dunia Ikan”karya Made Gunawan, dengan penggayaan ekspresionisme figurative menarik untuk dinikmati. Ia, menggabungkan teknik seni rupa tradisi...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
45 Tahun Rasa itu Tak Mati-mati: Ini Kisah Siobak Seririt Penakluk Hati
Kuliner

45 Tahun Rasa itu Tak Mati-mati: Ini Kisah Siobak Seririt Penakluk Hati

SIANG itu, langit Seririt menumpahkan rintik hujan tanpa henti. Tiba-tiba, ibu saya melontarkan keinginan yang tak terbantahkan. ”Mang, rasanya enak...

by Komang Puja Savitri
May 14, 2025
Pendekatan “Deep Learning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila 
Khas

Pendekatan “Deep Learning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila

PROJEK Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P-5) di SMA Negeri 2 Kuta Selatan (Toska)  telah memasuki fase akhir, bersamaan dengan berakhirnya...

by I Nyoman Tingkat
May 12, 2025
Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space
Pameran

Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space

JUMLAH karya seni yang dipamerkan, tidaklah terlalu banyak. Tetapi, karya seni itu menarik pengunjung. Selain idenya unik, makna dan pesan...

by Nyoman Budarsana
May 11, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

May 11, 2025
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co